Liputan6.com, Jakarta - Kereta bawah tanah penuh penumpang, terutama di jam pergi dan pulang kantor, sebenarnya bukan pemandangan baru di Seoul, Korea Selatan. Namun, suasana familiar ini ditanggapi berbeda setelah tragedi pesta Halloween di Itaewon, Sabtu lalu, 29 Oktober 2022.
Melansir Korea Times, Kamis (3/11/2022), seorang pekerja kantoran berusia 30 tahun bermarga Lee, yang melakukan perjalanan di Seoul Metro Line 9 dalam perjalanan paginya dari Stasiun Dangsan ke Stasiun Sinnonhyeon, turun dari kereta pada Senin pagi, 31 Oktober 2022, merasa sesak napas.
Baca Juga
Advertisement
"Saya tidak bisa bernapas. Ini bukan pertama kalinya saya merasa seperti tercekik selama perjalanan kereta bawah tanah pagi saya, tapi itu sangat serius, seperti serangan panik," katanya. Lee naik kereta ekspres di Jalur 9 yang terkenal karena kepadatannya selama jam sibuk.
Ketika orang-orang terus berdesakan di dalam kereta yang sudah penuh sesak, Lee tidak bisa berhenti membayangkan seperti apa jadinya selama lonjakan massa yang mematikan di Itaewon dua hari sebelumnya. "Meski saya tidak ada di sana malam itu, saya merasakan sesuatu yang mengerikan seperti itu bisa terjadi di kereta bawah tanah juga," tuturnya.
Di laporkan sebelumnya bahwa kejadian nahas melanda orang-orang yang berkerumun di gang sempit yang miring di Itaewon, akhir pekan kemarin. Itu mengakibatkan setidaknya 156 orang meninggal dunia dan 151 luka-luka, menurut laporan terakhir pada Selasa, 1 November 2022.
Kecelakaan kerumunan paling mematikan dalam sejarah negara itu tampaknya mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Orang Korea, yang telah terbiasa dengan kepadatan kota dan kepadatan di jalan-jalan, sekarang tiba-tiba menyadari betapa berbahayanya kondisi ini.
Terus Waspada
Menurut data Seoul Metro 2021, kepadatan rata-rata pada jam sibuk pagi hari antara stasiun Noryangjin dan Dongjak di Jalur 9, salah satu daerah yang paling padat, mencapai 185 persen. Jika tingkat kepadatan melebihi 150 persen, penumpang tidak bisa bergerak bebas di dalam kereta api sama sekali.
Disebut sebagai "neraka" oleh para komuter, orang-orang di kereta bawah tanah yang penuh sesak terjepit satu sama lain, tidak dapat bergerak dengan bebas. Perkelahian kecil pecah saat mereka berdesak-desakan masuk atau keluar dari kereta, sementara beberapa penumpang gagal turun di perhentian mereka.
"Kereta bawah tanah di Seoul sangat padat, sehingga dapat menyebabkan kesulitan bernapas atau serangan panik bagi beberapa penumpang. Tapi, kami sudah terbiasa dengan kepadatan tinggi dalam kehidupan kami sehari-hari," kata Park Cheong Woong, seorang profesor manajemen keselamatan di Universitas Siber Sejong.
Lee Song Kyu, kepala Asosiasi Profesional Keselamatan Korea, memperingatkan bahwa bencana kerumunan yang tidak terduga dapat terjadi pada pertemuan atau acara besar apapun.
Lee berkata, "Saya tidak akan mengatakan ada kemungkinan besar kereta bawah tanah yang penuh sesak akan menyebabkan kerumunan massa yang serius. Tapi, saya pikir tragedi Itaewon telah menunjukkan pada kita bahwa bencana kerumunan dapat terjadi secara tidak terduga di tempat-tempat sehari-hari dan dengan demikian, pemerintah setempat, serta masyarakat biasa, harus tetap waspada."
Advertisement
Bertahan di Kerumunan
Mengutip Washington Post, para ahli dalam manajemen kerumunan mengatakan bahwa pejabat keselamatan publik dan penyelenggara acara harus bertanggung jawab untuk menjaga orang-orang tetap aman di acara-acara besar. Begitu situasi kerumunan yang berisiko mulai berkembang, ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang Anda bertahan hidup.
Kepadatan kerumunan dapat berubah dalam hitungan detik, dan saat situasi mulai terasa berisiko, kerumunan mungkin sudah terlalu padat, sehingga tidak dapat ditinggalkan oleh seseorang. Tapi, ada beberapa tanda bahaya yang tidak kentara.
Jika kerumunan bergerak, lalu melambat, itu pertanda kepadatan meningkat, kata G. Keith Still, profesor tamu ilmu kerumunan di University of Suffolk di Inggris. Mendengarkan suara orang banyak itu penting. Jika mendengar orang mengeluh tentang ketidaknyamanan dan terdengar jeritan kesusahan, itu adalah sinyal bahwa segala sesuatu jadi di luar kendali.
Begitu kepadatan kerumunan mulai melebihi sekitar lima orang per meter persegi, situasinya berpotensi berbahaya, kata Martyn Amos, pakar kerumunan dan profesor ilmu komputer dan informasi di Universitas Northumbria. Para ahli kerumunan memperkirakan, berdasarkan rekaman video, bahwa ada sekitar delapan hingga 10 orang per meter persegi dalam tragedi Itaewon.
Meski sulit untuk mengukur kepadatan kerumunan, Anda akan melihat ketika Anda mulai merasa terkurung. Itu berarti sudah waktunya untuk pergi.
Perhatikan Posisi Tangan
Setelah kerumunan berhenti bergerak, prioritas Anda adalah tetap berdiri, menjaga lengan agar tidak terjepit di samping, melindungi dada, dan menghemat oksigen. Untuk tetap berdiri, Anda perlu menguatkan diri, tapi juga bergerak dengan kerumunan daripada mendorongnya.
Kerumunan yang padat dapat melonjak, beriak, dan bergerak dalam gelombang. "Ikuti arus," kata Amos. "Sangat menggoda untuk melawan arus atau tekanan kerumunan, tapi Anda tidak mungkin menang melawan massa."
Jaga kaki Anda dalam posisi seperti petinju, dengan kaki terpisah, satu kaki di depan yang lain dan lutut sedikit ditekuk, kata Paul Wertheimer dari Crowd Management Strategies, layanan konsultasi keselamatan kerumunan Los Angeles.
Penting untuk tetap mengangkat tangan. Begitu orang banyak dikemas terlalu padat, tangan Anda bisa terjepit di sisi Anda. Gunakan tangan dominan Anda untuk meraih lengan bawah Anda yang berlawanan, yang menciptakan semacam perisai di depan dada Anda dengan siku sebagai penahan tubuh lain.
Ini akan membantu melindungi dada Anda dan mempertahankan zona pernapasan. Jika memiliki ransel, balikkan ke depan di atas dada Anda, kata Wertheimer. Orang pendek berisiko lebih tinggi mengalami keterbatasan oksigen daripada orang tinggi.
Jangan membawa anak-anak ke keramaian. Jika itu terjadi, letakkan mereka di bahu Anda atau pegang mereka dan lingkarkan kaki mereka di pinggang Anda. Jangan mencoba menggandeng mereka.
Berteriak adalah pemborosan energi dan oksigen. Para ahli mencatat bahwa kebanyakan orang yang selamat relatif tenang karena orang-orang bekerja bersama dan mencoba saling membantu. Tetap tenang dan tegakkan kepala untuk mendapatkan udara maksimal.
Jika menjatuhkan ponsel atau barang lain, lepaskan. Setelah membungkuk untuk mengambil sesuatu, Anda tidak mungkin bangkit kembali. Jika jatuh atau tersandung, cobalah berdiri, tapi jika tidak bisa, meringkuk menghadap kiri dan melindungi kepala Anda. Anda paling rentan jika Anda telentang atau tengkurap.
Advertisement