Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) melihat bahwa Bank Indonesia (BI) masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga untuk menahan laju depresiasi.
Peneliti Makroekonomi di LPEM, yakni Teuku Riefky mengakui bahwa Indonesia masih menghadapi tekanan pada stabilitas harga domestik (tingkat inflasi) dan harga eksternal (nilai tukar), meski inflasi dalam negeri masih jauh lebih ringan dari berbagai negara di dunia yang mengalami lonjakan.
Advertisement
"Kita juga terus mengalami deprisasi di mana nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menyentuh 15.600," ujar Teuku dalam konferensi pers Indonesia Economic Outlook 2023, pada Kamis (3/11/2022).
"Instrumen yang perlu digunakan untuk menjaga inflasi dapat dikendalikan, serta untuk menekan depresiasi, adalah BI perlu terus melalukan pengetatan suku bunga moneter," ungkapnya.
Teuku pun melihat bahwa pengetatan suku bunga moneter ini tengah menjadi tren di berbagai bank sentral di dunia, dan menjadi hal yang relatif.
"Artinya, kalau kita mau menahan laju depresiasi maka yang perlu dijaga adalah yield differences atau interest rate differential dengan negara lain. Ditambah lagi kita melihat sejauh ini The Fed masih akan cukup agresif meskipun tekanan inflasi sudah berkurang di berbagai negara maju, tetapi berbagai laporan menunjukkan mereka masih akan agresif (menaikkan suku bunga)," jelas dia.
"Kita juga melihat dalam setahun belakangan ini belum ada kemungkinan BI menurunkan suku bunga dan most likely akan ada beberapa episode kenaikan sepanjang 2022," sebut Teuku.
LPEM FEB UI Ramal Ekonomi Indonesia Bakal Tumbuh Di Atas 5 Persen
Dalam kesempatan itu, LPEM juga mengungkapkan perkiraan terbaru mereka tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ketiga 2022.
"Kami mengestimasi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal ketiga 2022 mencapai kisaran 5,81 persen yoy, dengan range 5,77 - 5,85 persen," demikian paparan peneliti Makroekonomi di LPEM, Teuku Riefky dalam konferensi pers Indonesia Economic Outlook 2023, pada Kamis (3/11/2022).
Beberapa faktor pendukung, adalah low-base effect yang masih cukup dominan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2021, konsumsi domestik yang kuat, dan surplus neraca perdagangan yang menonjol mendongkrak perkiraan pertumbuhan untuk kuartal ketiga 2022.
Teuku Riefky pun menyatakan bahwa LPEM optimis pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mampu mencapai di atas 5 persen.
"Melihat perkembangan terakhir, Indonesia kemungkinan akan mencapai pertumbuhan PDB di atas 5 persen secara keseluruhan kuartal 2022," ungkap Teuku.
LPEM pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun fiskal 2022 mampu mencapai sebesar 5,3 - 5,4 persen yoy.
"Ke depan, kami masih optimistis Indonesia dapat mencapai tingkat pertumbuhan 5 persen pada tahun 2023 di tengah perlambatan global," tambahnya.
Namun, Teuku juga melihat sejumlah tantangan yang akan dihadapi ekonomi Indonesia mengingat situasi di berbagai negara maju yang menghadapi lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga yang agresif.
"Di tahun 2023 memang masih akan ada banyak tantangan, baik untuk perekomonian global dan perekomonian Indonesia. Beberapa tantangannya, adalah harga komoditas yang nampaknya akan relatif ternormalisasi di 2023, dan agresifnya sikap moneter bank sentral di seluruh dunia, serta inflasi yang tampaknya masih akan meningkat hingga akhir 2023," bebernya.
Advertisement