Rusia Sepakat Lanjut Kesepakatan Ekspor Gandum Ukraina

Rusia telah setuju untuk melanjutkan kesepakatan untuk mengizinkan ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam pada Rabu 2 November 2022 siang.

Oleh DW.com diperbarui 03 Nov 2022, 14:05 WIB
Ilustrasi bendera Rusia (pixabay)

, Ankara - Rusia telah setuju untuk melanjutkan kesepakatan untuk mengizinkan ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam pada Rabu 2 November 2022 siang. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan kabar tersebut pada hari yang sama.

Erdogan mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu telah berbicara dengan rekannya dari Turki Hulusi Akar, dan mengatakan bahwa koridor gandum akan "berlanjut dengan cara yang sama seperti sebelumnya."

Presiden Turki itu menambahkan, seperti dikutip dari DW Indonesia, Kamis (3/11/2022), ekspor ke negara-negara Afrika akan diprioritaskan. Ia mengatakan bahwa Rusia khawatir sebagian besar biji-bijian yang diekspor berakhir di negara-negara kaya.

Rusia selama akhir pekan menangguhkan keterlibatannya dalam kesepakatan yang ditengahi PBB yang memungkinkan ekspor biji-bijian yang aman dari Ukraina. Rusia mengatakan keputusan itu diambil setelah serangan terhadap armada Laut Hitamnya.

PBB sebelumnya mengatakan pada Senin 31 Oktober, bagaimanapun gandum harus terus meninggalkan pelabuhan Ukraina, meskipun ada penangguhan kesepakatan oleh Rusia.

"Dalam pidato video Selasa malam 1 November, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kapal-kapal masih bergerak keluar dari pelabuhan Ukraina dengan kargo berkat kerja Turki dan PBB."

"Tetapi pertahanan yang andal dan jangka panjang diperlukan untuk koridor biji-bijian," kata Zelensky. "Rusia jelas harus disadarkan bahwa mereka akan menerima tanggapan keras dari dunia terhadap langkah apa pun yang mengganggu ekspor pangan kita," katanya. "Yang dipermasalahkan di sini jelas adalah kehidupan puluhan juta orang."

Kesepakatan biji-bijian bertujuan untuk membantu mencegah kelaparan di negara-negara miskin dengan menyuntikkan lebih banyak gandum, minyak bunga matahari dan pupuk ke pasar dunia dan untuk mengurangi kenaikan harga yang dramatis.


Rusia Terus Gempur, Stok Air Bersih di Ukraina Berkurang

Ilustrasi Biji Gandum Credit: pexels.com/Sony

Rusia terus menembakkan rudal ke kota-kota Ukraina, termasuk ibukota Kyiv, dalam apa yang disebut Presiden Vladimir Putin sebagai pembalasan atas serangan terhadap Armada Laut Hitam Rusia.

Kyiv diserang lebih lanjut semalam, kata pihak berwenang. Kepala staf Presiden Zelenskyy, Andriy Yermak mengatakan, tentara Ukraina menembak jatuh 12 dari 13 drone Iran. "Kami sekarang aktif melakukan dialog mengenai pasokan sistem pertahanan udara modern, kami mengerjakan ini setiap hari,” katanya di aplikasi pesan Telegram.

Ukraina mengatakan pihaknya menembak jatuh sebagian besar rudal itu, tetapi beberapa telah menghantam pembangkit listrik, melumpuhkan pasokan listrik dan air. Sembilan daerah mengalami pemadaman listrik. "Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk menyediakan listrik dan panas untuk musim dingin mendatang," kata Zelenskyy. "Tetapi kita harus memahami bahwa Rusia akan melakukan apa saja untuk menghancurkan kehidupan normal."

Pihak berwenang di Kyiv sedang mempersiapkan lebih dari 1.000 titik pemanas di seluruh kota jika sistem pemanas distriknya dinonaktifkan, kata Wali Kota Vitali Klitschko.


Rusia Mundur dari Rantai Pangan Global, Pasokan Dunia Terancam

Bendera Ukraina dan Rusia. (Xinhua/Kantor Berita Belta)

Sebelumnya, Rusia mundur dari kesepakatan yang dimediasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengekspor bahan baku pangan dan biji-bijian dari Laut Hitam pada akhir pekan. Hal itu diperkirakan akan memukul pengiriman ke negara-negara yang bergantung pada impor pangan.

Dilansir DW Indonesia, Senin (31/10/2022), kemunduran ini juga kemungkinan akan memperdalam krisis pangan global dan memicu kenaikan harga sejumlah bahan pangan dan minyak nabati.

Ukraina mengatakan Rusia telah membuat-buat alasan untuk menarik diri dari kesepakatan itu dan Washington mengatakan negara itu mempergunakan makanan sebagai senjata.

Ratusan ribu ton gandum yang dipesan untuk pengiriman ke Afrika dan Timur Tengah terancam tidak bisa dikirim setelah penarikan Rusia. Ekspor jagung Ukraina ke Eropa juga diperkirakan akan terpukul, ujar pedagang komoditas yang berbasis di Singapura.

Pada Sabtu (29/10) Rusia menangguhkan partisipasinya dalam "jangka waktu tidak terbatas" dari kesepakatan ekspor bahan pangan yang ditengahi oleh PBB. Penarikan ini dilakukan menyusul apa yang mereka klaim sebagai: serangan besar-besaran pesawat tanpa awak Ukraina terhadap armada Laut Hitam di Krimea.

Di bawah kesepakatan tersebut, Pusat Koordinasi Gabungan (JCC) yang terdiri dari pejabat PBB, utusan Turki, Rusia dan Ukraina menyetujui pergerakan kapal yang membawa bahan pangan antara lain gandum dan jagung.

Lebih dari 9,5 juta ton jagung, gandum, produk bunga matahari, barley, rapeseed dan kedelai telah diekspor dari Laut Hitam sejak Juli di bawah kesepakatan ini.

Selengkapnya di sini...


Usai Diserang Rusia, Warga di Kyiv Ukraina Kekurangan Air Bersih

Perempuan lansia mendorong alat bantu jalan yang penuh dengan botol plastik setelah diisi ulang ke dalam tangki, di pusat kota Mykolaiv, Ukraina, Senin (24/10/2022). Sejak pertengahan April warga Mykolaiv telah hidup tanpa pasokan air minum. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Orang-orang di ibu kota Ukraina, Kyiv, harus mengantre untuk mendapatkan air setelah rudal Rusia menghantam fasilitas utama di seluruh negeri itu pada hari Senin.

Menurut informasi terbaru dari walikota kota, Vitaliy Klitschko, mengatakan 40% konsumen di Kyiv masih berusaha bertahan tanpa air, dan 270.000 rumah tidak memiliki listrik.

Dilansir Channel News Asia, Selasa (1/11/2022), tiga belas orang terluka dalam serangan di seluruh negeri itu, kata Ukraina.

Sementara itu, Rusia mengatakan serangan itu ditujukan pada kontrol militer dan sistem energi Ukraina, dan bahwa semua target terkena. Tujuang utamanya adalah sebagian tanggapan atas serangan terhadap kapal perang Rusia selama akhir pekan. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin.

Dalam informasinya, militer Ukraina mengatakan telah menembak jatuh 45 dari 55 rudal yang diluncurkan. 

Untuk alasan keamanan, dunia luar jarang menunjukkan penghancuran infrastruktur kritis Ukraina oleh serangan udara Rusia.

Pejabat Ukraina mengatakan ini untuk menghindari berbagi informasi yang dapat digunakan dalam serangan di masa depan, termasuk lokasi yang terkena - atau berpotensi terlewatkan .Tetapi konsekuensi dari terhentinya air dan listrik pada hari Senin terlihat di mana-mana. Pemadaman listrik bergilir pun telah terjadi di beberapa daerah.

 

INFOGRAFIS JOURNAL_Konflik Ukraina dan Rusia Ancam Krisis Pangan di Indonesia? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya