Khasiat Ajaib Kelor untuk Mencegah Stunting

Pemanfaatan tanaman kelor menjadi inovasi BKKBN untuk menekan angka stunting di Indonesia. Sulawesi Tengah sendiri dinilai cocok menjadi pionir pengembangan tanaman tersebut.

oleh Heri Susanto diperbarui 06 Nov 2022, 12:00 WIB
Kepala BKKN Pusat, Hasto Wardoyo bersama Anggota DPR, Edy Wuryanto, Wakil Wali Kota Palu, Kepala BKKBN Sulteng, dan Dirut PT KOI saat meninjau kebun kelor milik PT KOI di Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Kamis (3/11/2022). (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Palu - Kepala BKKBN Pusat, Hasto Wardoyo menilai kandungan nutrisi kelor yang tinggi yang dibutuhkan balita kekurangan gizi bisa menjadikan olahan tanaman tersebut sebagai makanan tambahan termasuk untuk ibu hamil.

“Saya sudah sampaikan ke DPR, kelor bisa dikukuhkan menjadi pangan nasional untuk mengatasi masalah stunting,” Kata Hasto Wardoyo, di Kota Palu, Kamis (3/11/2022).

Kelor yang disebut tanaman ajaib itu juga dinilai mewaliki kearifan lokal di Indonesia karena sudah dikonsumsi masyarakat di beberapa daerah, salah satunya di Sulawesi Tengah. Terlebih dengan intruksi presiden untuk mendorong pengembangan produk pangan lokal.

Gayung bersambut, Anggota Komisi IX DPR, Edy Wuryanto bahkan menyebut pemanfaatan kelor bisa menggantikan biskuit yang selama ini menjadi makanan tambahan untuk balita stunting, yang dinilainya tidak tepat sasaran karena berbahan gandum yang masih impor.

“Saya pikir APBN harus kita arahkan ke pangan lokal seperti kelor yang sudah terbukti kandungan manfaatnya untuk mencegah stunting,” Edy menuturkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Kandungan Nutrisi Kelor

Pengembangan kelor sebagai bahan pangan untuk atasi stunting itu dinilai cocok dimulai dari Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu lantaran budaya konsumsi kelor, ekosistem tanaman, hingga industri skala besar pengolahan tanaman berdaun kecil itu yang sudah terbangun dengan adanya PT Kelor Organik Indonesia (KOI) yang berbasis di Kota Palu.

Daun kelor memiliki kandungan protein, serat, lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, magnesium, fosfor, besi, sulfur, asam oksalat, hingga berbagai vitamin yang sangat dibutuhkan untuk gizi balita dan ibu hamil. Tingkat kandungan itu bahkan lebih tinggi dibanding sumber lain seperti susu dan telur.

Inovasi penanganan dengan kelor itu diharap bisa turut menekan angka stunting di Indonesia yang hingga Oktober tahun 2022 di angka 24,4 persen. Sementara di Sulteng angkanya mencapai 29,7 persen.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya