Pemerintah Buka Kran Impor Kedelai 350 Ribu Ton, Desember Dilempar ke Pasar

Harga kedelai impor berulang kali mencetak level tertinggi sejak awal tahun. Pemerintah memutuskan impor kedelai tahun ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Nov 2022, 11:31 WIB
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Pabrik Tahu Krukut, Depok, Jawa Barat, Senin (31/10/2022). Kenaikan harga kedelai yang sekarang mencapai Rp 14 ribu/kg menyebabkan produksi tahu menurun dari 2,5 - 3 kwintal kedelai/hari kini hanya 2 kwintal/hari, sementara jumlah tenaga kerja pun harus dikurangi dari enam menjadi hanya lima orang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Perum Bulog akan mengimpor 350 ribu ton kedelai. Langkah impor demi mengatasi kenaikan harga komoditas tersebut yang mempengaruhi kenaikan harga tempe dan produk lainnya di dalam negeri.

Rencana impor kedelai ini diungkapkan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan. "Kedelai memang naik. Ini pasti belinya pada Juli-Agustus, karena mahal. Untuk itu, Presiden Joko Widodo langsung perintahkan pada rapat kemarin untuk Bulog impor kedelai," kata Mendag melansir Antara di Purbalingga.

Kenaikan harga kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai internasional yang naik dan pelemahan rupiah. Harga kedelai impor berulang kali mencetak level tertinggi sejak awal tahun. Pada 31 Januari 2022 harga kedelai terpantau Rp12.600 per kilogram (kg). Kemudian pada Juni 2022, harganya menjadi Rp14.100 per kg.

Selanjutnya pada 1 Juli 2022 harganya menjadi Rp14.200 per kg. Harga kedelai impor terus naik menjadi Rp14.300 per kg pada 29 September 2022.

Bulog akan mengimpor kedelai dengan harga sekitar Rp 11.000 per kg dan akan dijual di dalam negeri sebesar Rp 10.000, sehingga pemerintah mensubsidi sisa harganya.

Mendag menambahkan, kedelai tersebut akan diimpor dari beberapa negara, di antaranya Amerika Serikat dan Kanada.

"Perjalanan hingga sampai ke Indonesia kira-kita 40-50 hari. Jadi, Desember 2022 kita sudah punya kedelai murah, yakni Rp 10.000 per kg," ujar Zulkifli.

 


Kedelai Mahal, Harga Tahu dan Tempe Melonjak

Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Pabrik Tahu Krukut, Depok, Jawa Barat, Senin (31/10/2022). Kenaikan harga kedelai yang sekarang mencapai Rp 14 ribu/kg menyebabkan produksi tahu menurun dari 2,5 - 3 kwintal kedelai/hari kini hanya 2 kwintal/hari, sementara jumlah tenaga kerja pun harus dikurangi dari enam menjadi hanya lima orang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, harga beras, tempe dan tahu terpantau merangkak naik pada Oktober 2022. Itu berkebalikan dengan harga komoditas pangan lain yang justru mengalami deflasi pada bulan tersebut.

"Di tengah menurunnya harga beberapa komoditas, harga beras, tempe dan tahu mengalami kenaikan," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Selasa (1/11/2022).

Setianto menyampaikan, harga beras memang konsisten melonjak sejak Juli 2022. Kala itu, beras masih dipatok Rp 11.525 per kg, naik jadi Rp 11.555 per kg di Agustus 2022, Rp 11.720 per kg di September 2022, dan menjadi Rp 11.850 per kg Oktober 2022.

"Harga beras mengalami inflasi 1,13 persen (per Oktober 2022) dibanding bulan sebelumnya, dan memberikan andil terhadap inflasi 0,34 persen," terang dia.

Senada, harga tempe dan tahu juga terpantau melambung tinggi. Setianto melaporkan, harga tempe per Oktober sebesar Rp 12.667 per kg, naik dari bulan sebelumnya Rp 12.421 per kg.

Sementara harga tahu juga alami lonjakan dari Rp 11.328 per kg menjadi Rp 11.438 per kg pada Oktober 2022.

Adapun kenaikan kedua harga pangan itu disebabkan oleh meroketnya harga kedelai dunia. Itu terus melambung dari sebelumnya USD 606 per ton di Januari 2022 menjadi USD 664 per ton pada September 2022.

"Kenaikan harga tempe tahu terjadi karena harga kedelai naik terus. Jadi harga kedelai yang terus meningkat dari USD 606 per ton Januari 2022 menjadi USD 664 per ton di September 2022, ini yang menyebabkan dampak pada peningkatan harga tempe dan tahu," tutur Setianto.


Pengusaha Tempe Usul Subsidi Kedelai Rp 3.000 per Kg

Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Pabrik Tahu Krukut, Depok, Jawa Barat, Senin (31/10/2022). Kenaikan harga kedelai yang sekarang mencapai Rp 14 ribu/kg menyebabkan produksi tahu menurun dari 2,5 - 3 kwintal kedelai/hari kini hanya 2 kwintal/hari, sementara jumlah tenaga kerja pun harus dikurangi dari enam menjadi hanya lima orang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan terus berdiskusi dengan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) mengenai nilai subsidi harga kedelai impor. Hal ini agar harga pangan dengan bahan baku kedelai bisa stabil.

Sebetulnya harga kedelai impor saat ini turun dari negara asal. Namun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tengah melemah dari 14.500 per dolar AS menjadi 15.500 per dolar AS. Dengan pelemahan rupiah ini harga kedelai masih tetap tinggi di Indonesia.

"Tapi harga turun, rupiah kita juga kan melemah kursnya. Karena kan kedelai ini 99 persen impor. Oleh karena itu harganya 13 ribu per kilogram, ada yang lebih. Oleh karena itu, ini kan subsidinya Rp 1.000, nah sekarang para pengusaha, Gakoptindo mengusulkan agar ada subsidi Rp 2.000-Rp 3.000," katanya dikutip dari Antara, Senin (31/10/2022).

Permasalahan harga kedelai impor kini mendapatkan jalan untuk berbagi subsidi bersama pemerintah daerah dengan adanya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2022 yang di dalamnya menetapkan cadangan pangan pemerintah (CPP) terdiri atas 11 komoditas.

Pangan pokok tertentu yang ditetapkan sebagai CPP meliputi beras, jagung, kedelai, bawang, cabai, daging unggas, telur unggas, daging ruminansia, gula konsumsi, minyak goreng, dan ikan.

"Nah tadi saya coba, kalau Rp 1.000 memang sudah enggak nendang. Akhirnya kita bisa Rp 2.000, nanti apakah dari pusat kan bisa dengan Perpres yang baru ini kan bisa juga dengan pemerintah daerah," jelasnya.

 

Infografis Harga Kedelai Melambung, Perajin Tahu Tempe Kelimpungan. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya