Liputan6.com, Jakarta Tahun 2020 lalu, secara mengejutkan, Selena Gomez mengungkap diagnosis gangguan bipolar yang ia derita. Kini, ia kembali mengungkap kenyataan pilu yang ia hadapi karena gangguan mental ini.
Dilansir dari People dan E! News, Jumat (4/11/2022), mantan kekasih The Weeknd tersebut mengungkap efek samping dua jenis obat bipolar disorder yang ia konsumsi dalam wawancara bersama Rolling Stone edisi baru. Ia terancam tak bisa memperoleh anak dari kehamilan.
Namun, Selena Gomez tak patah arang. Ia tetap menyimpan asa agar bisa menyandang status sebagai seorang ibu dalam tahun-tahun mendatang, meski harus menempuh cara selain kehamilan.
“Bagaimanapun, aku ditakdirkan memiliki mereka (anak), dan aku akan (memilikinya),” kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Menangis Tersedu
Meski kini bisa menyatakan hal ini dengan berani, Selena mengakui ada masa di mana ia sulit menerima kenyataan. Salah satu yang ia ingat adalah saat mengunjungi seorang rekannya yang sedang menjalani program kehamilan.
Setelah mengunjungi rekannya tersebut, Selena Gomez menangis tersedu-sedu dalam mobil karena mengingat kondisi yang ia hadapi.
People juga melansir publikasi WebMD, bahwa obat-obatan gangguan bipolar ada yang berpotensi menyebabkan masalah pada janin.
Termasuk gangguan tabung saraf dan jantung, keterlambatan perkembangan dan lainnya. Namun di sisi lain, ada kemungkinan gejala bipolar memburuk saat hamil.
Advertisement
Berdamai dengan Kondisinya
Di luar isu mengenai kehamilan, Selena Gomez juga bicara mengenai upayanya berdamai dengan kondisi kesehatan mentalnya ini.
“Aku harus bekerja keras untuk pertama, menerima bahwa aku menderita bipolar, tapi juga yang kedua, belajar bagaimana menghadapinya. Karena (gangguan) itu tidak akan hilang,” ujarnya.
Aktivis Kesehatan Mental
Berkat deretan medikasi dan terapi yang ia jalani, kondisi Selena Gomez kini jauh membaik. Bintang Only Murders in the Building ini bahkan menjadi aktivis kesehatan mental. Salah satunya dengan merilis film dokumenter Selena Gomez: My Mind & Me.
Film yang tayang di Apple TV+ ini merekam momen saat ia berada di London, Paris, dan Kenya. Pembuatan dokumenter ini, bahkan ia rasakan sebagai bentuk terapi.
“Semua hal yang kualami di Kenya benar-benar mengubah hidup dan membuatku tergerak, dan aku benar-benar merasa terhubung dengannya," kata dia.
"Dan kemudian aku pergi ke London dan Paris, begitu rumit memiliki perasaan seperti ini, dan berada dalam industri yang begitu dangkal."
Advertisement