Liputan6.com, Jakarta- Tragedi mencekam di Itaewon, Korea Selatan, mengubah perayaan Halloween yang seharusnya menyenangkan menjadi mimpi buruk. Tragedi Itaewon seolah telah membuat banyak orang trauma. Seorang ahli mengatakan bahwa tragedi tersebut akan tetap teringat di benak semua orang untuk waktu yang lama.
Baca Juga
Advertisement
Oleh karena itu, hal tersebut mungkin menjadi salah satu alasan industri penyiaran Korea Selatan melarang penggunaan kata “Halloween” selamanya. Sudah menjadi kebiasaan bagi perusahaan penyiaran untuk merencanakan episode atau tayangan khusus Halloween setiap tahun, tetapi tahun ini berbeda.
Setelah peristiwa Itewon pada 29 Oktober lalu yang menewaskan lebih dari 150 orang, semua acara dan tayangan yang berhubungan dengan Halloween dibatalkan.
Semua siaran dan layanan VOD mulai mengedit episode yang berkaitan dengan Halloween atau bagian tertentu yang menampilkan para pemainnya menggunakan kostum Halloween
Episode 'Hong Kim Dong Jeon' yang ditayangkan pada 23 Oktober lalu telah dihapus dari layanan VOD, karena memungkinkan penonton untuk menonton ulang episode sebelumnya.
Beberapa episode yang telah dihapus atau diedit konten Halloween-nya adalah Hong Kim Dong Jeon, 2 days and 1 Night, dan The Return of Superman. Salah satu pejabat industri penyiaran menjelaskan, "Tampaknya program, acara, dan pertunjukan yang berhubungan dengan Halloween tidak akan diproduksi atau diadakan di industri penyiaran dan pertunjukan di Korea di masa depan, tidak hanya tahun ini," seperti dikutip dari Allkpop, Jumat (4/11/2022).
Satu alasan mengapa hal tersebut akan dilakukan adalah karena Halloween di Korea kini tak hanya mengarah pada hal-hal yang menakutkan namun juga menyedihkan.
Beberapa Program yang Dihapus
Program hiburan KBS 2TV, '2 Days and 1 Night' juga memutuskan untuk mengedit beberapa konten yang berhubungan dengan Halloween. Acara ini memutuskan untuk mengedit segmen konsep Halloween yang telah direkam sebelumnya sebelum ditayangkan. 'The Return of Superman' juga menghapus tayangan ulang episode yang terkait dengan Halloween.
Tidak terkecuali acara OTT dan radio. Tving menghapus konten terkait Halloween yang dihiasi emoticon bertema Halloween seperti labu dan lentera di halaman utamanya. Watcha juga langsung menghapus bagian khusus berjudul 'Anda adalah protagonis Halloween'.
Acara radio juga membatalkan siaran pra-rekaman untuk episode khusus Halloween, dan saluran radio malah menyiarkan siaran peringatan khusus. 'Radio Show' KBS Radio Cool FM membatalkan pra-rekaman dengan Park Myung Soo dan sebagai gantinya mengadakan siaran langsung karena komentar dan bahasanya tidak pantas disiarkan pada masa berkabung.
Agensi K-pop juga membatalkan acara yang berhubungan dengan Halloween. SM Entertainment memutuskan untuk tidak melanjutkan 'SMTOWN WONDERLAND 2022,' yang dijadwalkan disiarkan secara langsung pada pukul 18:15 pada 30 Oktober selama 1 jam.
'Strike Music Festival,' yang dipromosikan sebagai 'Fantasy Halloween' yang diadakan mulai dari 28 Oktober, membatalkan semua pertunjukan pada 30 Oktober.
Advertisement
Menyisakan Trauma
Profesor Rumah Sakit Universitas Ulsan dan pakar psikiatri, Jun Jin Yong, mengatakan, bahwa banyak orang, bahkan yang tidak terlibat dalam insiden tersebut, mengalami trauma setelah tragedi kerumunan massa Halloween yang tragis itu terjadi.
Orang-orang ini mencari jawaban, yang oleh sebagian orang dianggap menyalahkan para korban itu sendiri. Jun Jin menambahkan bahwa gambar-gambar yang mengganggu dipublikasikan pada jam-jam pertama bencana, meninggalkan efek emosional dan kesehatan mental ke semua sudut masyarakat.
"Ini menyebar dengan sangat cepat melalui media berita dan media sosial, membuat orang secara langsung dan tidak langsung terpengaruh," jelasnya.
Bahkan mereka yang tidak terpengaruh mungkin merasa tertekan dan frustrasi. Atas hal tersebut, Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, mengumumkan periode berkabung nasional yang akan berlangsung hingga dampak dari bencana ini dapat dikendalikan. Kini, para pejabat di Korea sedang melakukan tinjauan darurat terhadap semua perayaan Halloween dan perayaan lokal lainnya.
Terjadi Berulang
Otoritas setempat meyakini sebanyak 100.000 orang memadati daerah itu. Gang-gang sempit di Itaewon menjadi jauh lebih padat. Anthony Spaeth, editor senior surat kabar JoongAng Daily, berada di Seoul untuk perayaan tersebut dan mengatakan kepada DW bahwa tidak ada pengendalian massa meskipun jumlah manusia di area itu sangat banyak.
"Untuk sementara saya berada di dalamnya. Sekitar 20 menit setelah saya keluar dari kerumunan itu, orang-orang sekarat," katanya.
Wartawan Spaeth mengatakan dia skeptis jika tragedi itu mampu menghasilkan perubahan institusional.
"Tragedi semacam ini terjadi berulang kali di Korea Selatan," katanya, menunjuk pada tragedi feri Sewol pada April 2014, di mana 299 orang tewas ketika kapal tenggelam di Pulau Jeju. Sebagian besar korban adalah anak-anak dalam perjalanan sekolah.
"Segera setelah kecelakaan itu, Presiden Park Geun-hye saat itu mengatakan dia ingin mengubah budaya Korea menjadi budaya keselamatan terlebih dahulu, tapi saya pikir itu jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan," katanya.
Advertisement