Pernah Jadi Eksportir di 1800-an, Jokowi Ingin Indonesia Tak Impor Gula di Masa Depan

Menurut Presiden, Indonesia pernah menjadi eksportir gula pada 1800-an. Namun, saat ini Indonesia harus mengimpor gula dengan jumlah yang sangat besar untuk kebutuhan konsumsi maupun industri dalam negeri.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Nov 2022, 15:13 WIB
Presiden Jokowi kunjungan kerja ke pabrik gula Bombana yang dikerjakan oleh PT Barata Indonesia (Foto: Dok Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin Indonesia tidak lagi melakukan impor  gula di masa depan. Ini bagian dari mencapai ketahanan pangan, antara lain termasuk pada memastikan persediaan gula di dalam negeri.

Jokowi menginstruksikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk meningkatkan kualitas bibit tebu dengan varietas yang terbaik di dunia. Ini diungkapkan kepala negara saat  meresmikan program "Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi" yang digelar di pabrik bioetanol PT. Energi Agro Nusantara (Enero) di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

"Kita bekerja sama dengan Brazil untuk ini dan sudah memiliki pengalaman yang baik dalam manajemen mengenai tebu dan pergulaan," kata Jokowi melansir Antara, Jumat (4/11/2022).

Menurut Presiden, Indonesia pernah menjadi eksportir gula pada 1800-an. Namun, saat ini Indonesia harus mengimpor gula dengan jumlah yang sangat besar untuk kebutuhan konsumsi maupun industri dalam negeri.

Meski kepala negara mengakui jika mencapai ketahanan pangan gula ini membutuhkan waktu. Targetnya ini bisa tercapai dalam 5 tahun ke depan. "Tapi memang butuh waktu mungkin dalam jangka lima tahun ke depan. Target kita seperti itu," ujar Jokowi.

Guna mencapai target tersebut, Presiden meminta para petani dan pabrik gula di Tanah Air bekerja sama dengan baik. Selain itu, mesin-mesin yang ada di pabrik gula juga harus diperbarui dengan yang lebih modern dan menggunakan teknologi terkini.

 


Bioetanol

Presiden Jokowi memamerkan beras dan gula murah untuk warga tak mampu.
Tanaman tebu. (Dok. Holding Perkebunan Nusantara PTPN III)

Dia mengharapkan produktivitas dan kualitas tebu meningkat dengan adanya program produksi bioetanol dari tanaman tersebut di Mojokerto, Jawa Timur. "Kita telah memulai menanam tebu yang ditanam secara modern dan kita harapkan nanti produktivitas dari tanaman itu menjadi lebih baik dan lebih meningkat," kata Presiden Jokowi dalam keterangan tertulis Biro Pers Sekretariat Presiden diterima di Jakarta, Jumat.

"Kuncinya memang bibit yang baik, mesin dengan memberikan rendemen yang baik juga kepada petani. Kuncinya ada di situ, dan ini memang memerlukan investasi yang tidak sedikit, memerlukan uang yang tidak sedikit, tetapi sudah kita niatkan untuk mengubah ini," ucap Presiden.

Tebu selama ini dikenal sebagai bahan baku untuk produksi gula. Namun, tebu yang diproduksi dengan teknik fermentasi juga dapat menghasilkan bioetanol, yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar.

"Kalau tebu ini berhasil, kemudian B30 sawit itu bisa ditingkatkan lagi, ini akan memperkuat ketahanan energi negara kita Indonesia," Jokowi menambahkan.

Turut hadir dalam acara tersebut adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, dan Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya