Liputan6.com, Jakarta - Dunia kerja kadang-kadang membuat seseorang merasa overwhelm, terlalu sering sibuk, tergesa-gesa, kewalahan dengan keseharian yang begitu padat, dan loncat dari satu kerjaan ke kerjaan lainnya. Terlalu fokus sampai tidak punya waktu untuk bernapas.
Melansir youtube Maudy Ayunda dengan tema Maudy Ayunda’s Booklist. Di sini Maudy membagikan berbagai tips dari sumber buku “The Long Game” dengan penulis Dorie Clark.
Advertisement
Dorie Clark adalah seorang konsultan dan juru bicara yang mengajar program eksekutif di Duke and Coloumbia University.
Di sana Maudy Ayunda berbagi 3 insight yang menurutnya menarik, tentang bagaimana cara keluar dari endles cycle (situasi tidak berujung) dan membangun hidup yang lebih bermakna. Penasaran? Berikut tips-tipsnya.
1. Beri ruang berpikir jangka panjang
Situasi kerja tanpa napas bisa berbahaya karena tidak sempat berhenti, mengevaluasi, dan melakukan planning untuk hal-hal yang sifatnya jangka panjang.
"Untuk itu kita harus membuat ruang untuk reflection atau berpikir tadi. Kuncinya berani menolak untuk berkata tidak pada sesuatu atau hal-hal yang memakan waktu," kata Maudy Ayunda.
Adapun Maudy memberikan beberapa tips dari penulis dalam buku tersebut, yaitu:
- Berhenti membuat to do list dan langsung menjadwalkan di kalender apa yang harus dikejar.
"Dengan begitu kita lebih disiplin dengan penggunaan waktu kita dan bisa lebih selektif juga dalam merancang schedule, karena dengan kalender kita bisa melihat schedule dan waktu kita dihabiskan untuk apa," kata Maudy.
- Maudy mengatakan jika ingin memutuskan sesuatu, harus yakin terlebih dahulu, dan selain itu juga harus disiplin dan berani berkata tidak.
"Kita harus yakin banget baru kita iya-in. Kita harus benar-benar merasa 'Oh yeah kayaknya menarik', dan di luar itu kita harus disiplin berkata tidak. Di satu sisi kita akan lebih menggunakan intuisi kita untuk lebih memperioritaskan hal-hal yang lebih worth it untuk kita kerjakan," katanya.
2. Berpikir seperti Gelombang
Maudy mengatakan bahwa hidup itu ibarat seperti gelombang akan ada masa heads up dan heads down. Waktu heads up adalah waktu kita mencari peluang, hal baru, melihat sekitar dan networking. Adapun waktu heads down adalah saat kita benar-benar dalam mode kerja yang mendalam dan fokus berkreasi.
"Dengan itu mungkin kita bisa mengatur satu tahun ini, kita pilih fase enam bulan gift work lalu sisa enam bulan lainnya kita fokus ke networking dan upskilling," kata Maudy Ayunda.
"Ini menurut aku cocok banget buat orang yang sudah punya struktur untuk dirinya sendiri, dengan itu kita bisa fokus dan disiplin mengerjakan satu hal dalam beberapa bulan dan beralih ke fase yang lain dan fokus ngerjain yang lain," Maudy menambahkan.
Advertisement
3. Lakukan yang Menarik
Maudy mengatakan ada satu hal di buku ini yang mungkin bukan menjadi poin utama penulis, tapi di satu sisi dia merasa relate tentang itu yakni perihal bagaimana menemukan passion dan purpose.
"Kadang-kadang kita tidak selalu tahu apa yang kita mau dan apa yang harus kita lakuin. Dan bagi yang masih menacari-cari passion itu, tipsnya coba lakuin apapun yang kamu anggap menarik," ujar Maudy.
Karena bagi Maudy, meskipun berawal dari sebuah pertanyaan sederhana, tapi rasa ingin tahu dan ketertarikan ini lambat laun bisa menjadi skill atau pun keahlian yang mengarahkan kita kepada kesempatan lainnya.
Maudy mengatakan bahwa cara berinvestasi melakukan hal-hal menarik tidak harus berhenti bekerja, tapi lakukanlah secara step by step. Seperti dengan menghabiskan 20 persen dari waktu yang kita miliki untuk eksplore dan mencoba hal-hal baru.
"Dengan begitu kita bisa pelan-pelan membangun passion atau ketertarikan kita di bidang tersebut," ujar Maudy Ayunda.
Dikenal Pintar, Maudy Ayunda Mengaku juga Punya Rasa Malas
Sebelumnya, Maudy Ayunda merupakan lulusan Stanford University, Amerika Serikat. Tak tanggung-tanggung dua Master Degree diraih sekaligus. Tak salah apabila dirinya dianggap pintar.
Banyak yang penasaran apakah orang sepintar Maudy juga pernah malas. Pertanyaan tersebut pun dijawab bintang film Perahu Kertas itu di kanal YouTube-nya. Dirinya mengaku juga kerap dihinggapi rasa malas.
"Jangan salah, aku pun orang yang juga bisa merasa malas tapi aku gunakan rasa malas itu jadi indikasi bawah ini buka sesuatu yang aku suka dan aku gemari," ujar bintang film Untuk Rena itu.
Maudy Ayunda menjelaskan bahwa rasa malasnya itu dijadikan sebagai sebuah kelebihan.
"Kita harus melihat perasaan-perasan negatif itu sebagai sinyal sebenarnya. This is not what i supposed to do, this is not what i supposed to be with. Hati kita tuh kadang-kadang tahu," kata Maudy Ayunda.
Menurutnya apabila muncul rasa malas atau tak bersemangat saat melakukan sesuatu harus dicari penyebabnya.
Bisa jadi memang kita tak menyukai atau tak ada motivasi untuk melakukannya.
"Pada saat kalian males berarti motivasinya aja belum ada dan itu yang harus dicari," ujarnya.
Maudy juga mengatakan bahwa rasa malas itu bukanlah karakter. Namun hal itu lebih kepada gejala dalam sebuah keadaan.
“Menurut aku malas itu bukan sebuah karakter ya, menurut aku lebih kaya symptom atau kaya gejala atau sinyal bahwa kita belum menemukan apa yang bener-bener memberikan kita energi," ujarnya.
Advertisement