Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jaringan Moderat Indonesia, Gus Islah Bahrawi, membeberkan bahayanya seseorang jika terpapar paham radikal terorisme Lone Wolf yang saat ini sudah banyak terjadi di berbagai negara.
Menurut Islah, metodelogi teror dengan cara Lone Wolf belakangan memang mulai tren akibat dari infiltrasi dan indoktrinasi melalui jalur-jalur media sosial digital. Siti Elina adalah bagian dari produk tersebut.
Advertisement
Untuk diketahui, nama Siti Elina beberapa waktu lalu mampu membuat gempar masyarakat Indonesia. Sebab, wanita berusia 24 tahun itu mencoba untuk menerobos pintu masuk Istana dengan membawa senjata api. Bahkan, ia juga diduga menodongkan pistol ke arah anggota Paspampres hingga akhirnya diamankan polisi.
Islah menjelaskan, Lone Wolf merupakan sebuah ajaran paham radikal terorisme yang sifatnya eksklusif dengan menyebarkan ideologi berbasis agama lewat doktrin kebencian dan ideologi sekuler seperti komunisme dan anarkisme.
"Ini pada awalnya terpapar oleh ajaran-ajaran yang sifatnya eksklusif, lalu dia merasa terasingkan sendiri sehingga dia merasa bahwa dia adalah orang yang paling benar dan orang lain yang berbeda dengan dia itu salah," kata Islah dalam keterangan yang diterima, Jumat (4/11/2022).
"Ajaran kebencian kepada pihak lain kebencian terhadap negara terhadap pemerintah dan sebagainya ini akan dipupuk secara terus-menerus karena dia meyakini bahwa negara ini jika tidak menggunakan hukum buatan agama itu artinya adalah orang-orang jahiliyah yang harus diubah harus diperangi. Artinya apa kebencian-kebencian yang ada di dalam dirinya itu merasa dibenarkan oleh keimanannya. Bahkan, banyak orang yang rela mati demi ideologi karena mereka memang diajari oleh berbagai ideologi-ideologi yang sifatnya eksklusif," ungkapnya.
Fokus Tangkal Penyebaran Ideologi Radikal
Islah meminta kepada pemerintah untuk fokus menangkal upaya penyebaran ideologi-ideologi radikal melalui media sosial yang berbasis digital. Menurutnya, Kominfo selaku stakeholder harus selalu berperan aktif untuk bisa menyisir berbagai gerakan-gerakan ideologi digital.
"Pemerintah harus betul-betul fokus terhadap upaya penyebaran ideologi-ideologi radikal melalui media sosial yang berbasis digital. Algoritma digital hari ini tidak hanya bergerak di dataran media sosial normatif dan ini yang harus kita pahami bahwa Kominfo di sini selaku stakeholder yang harus berperan aktif menyisir gerakan ideologi digital ini harus betul-betul fokus untuk berusaha melakukan pemetaan ditambah dari pihak keamanan maupun pertahanan kita, TNI, Polri. Semua harus membangun untuk mengantisipasi berbagai infiltrasi dan indoktrinasi digital terhadap masyarakat kita. Kalau ini tidak diatasi maka kita akan menyimpan barang sekam masa depan kita. Anak-anak muda kita yang hari ini lebih banyak hidup dengan dunia digital tentu akan menjadi sasaran utama."
Selain itu, Islah juga berharap para influencer yang memiliki popularitas di negara ini harus peduli dan berani menyuarakan soal bahaya paham radikal terorisme yang saat ini menyerang lewat media digital.
Apalagi saat ini semua ideologi punya tujuan politik. Dengan begtu peran influencer sangat penting agar negara ini tidak mudah dikoyak-koyak oleh berbagai kepentingan politik yang mengatasnamakan agama tidak boleh terpengaruh oleh gerakan-gerakan politik dan politisasi identitas agama.
"Yang harus kita ketahui adalah semua ideologi punya tujuan politik semua ideologi menunggangi agama karena tujuan-tujuan politik dan semua ideologi transisional yang masuk di Indonesia hari ini adalah orang-orang yang pada dasarnya ingin melumpuhkan Pancasila," ujarnya.
"Lalu kemudian negara ini bisa dikuasai oleh mereka kalau kita lemah dalam penanganan dan mengantisipasi, kita akan berkubang konflik yang tidak berkesudahan seperti negara-negara di Afrika di Asia tengah di Timur tengah dan berbagai negara di Amerika Selatan. Kita tidak mau seperti mereka biarkan negara ini berjalan damai aman dan selalu menjunjung tinggi kemanusiaan," tegasnya.
Advertisement