Liputan6.com, Jakarta Harga emas melonjak 3 persen pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) dipicu pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) setelah data menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran AS pada Oktober 2022.
Hal ini meningkatkan optimisme bahwa Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) akan menjadi kurang agresif pada kenaikan suku bunga ke depan.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, Sabtu (5/11/2022), harga emas dunia di pasar spot naik hampir 3,19 persen menjadi USD 1.684,90 per ounce. Harga emas batangan (Bullion) naik hampir 2,2 persen pada minggu ini, menjadi kenaikan mingguan terbesar secara persentase sejak akhir Juli 2022 lalu.
Sedangkan harga emas berjangka AS naik 3,3 persen menjadi USD 1.684,70.
Pengusaha AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari yang diharapkan pada bulan Oktober, tetapi kenaikan tingkat pengangguran menjadi 3,7 persen menunjukkan beberapa pelonggaran dalam kondisi pasar tenaga kerja.
“Laporan pekerjaan AS telah mencapai sweet spot dari apa yang ingin dilihat pasar dan itu memungkinkan harga emas untuk reli,” kata Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Mengikuti data pekerjaan, indeks dolar turun 1,6 persen membuat emas yang dihargai dengan greenback lebih menarik bagi pembeli luar negeri.
Suku Bunga The Fed
Bank sentral AS pada hari Rabu menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, tetapi mengisyaratkan mereka akan segera mengurangi siklus kenaikan suku bunga yang agresif demi memberikan waktu bagi ekonomi untuk menyerap pengetatan kebijakan moneter tercepat dalam 40 tahun.
Pembuat kebijakan Fed pada hari Jumat mengindikasikan mereka masih akan mempertimbangkan kenaikan suku bunga yang lebih kecil pada pertemuan kebijakan berikutnya.
Emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, tetapi suku bunga yang tinggi mengurangi daya tarik aset yang tidak memberikan imbal hasil.
“Keterlambatan variabel panjang dari pengetatan Fed membuat para pedagang yakin mereka memilih laju kenaikan yang lebih lambat dan memutuskan nanti kapan harus berhenti,” kata Analis Senior OANDA, Edward Moya.
“Jika laporan inflasi AS minggu depan berisi kejutan ke bawah, emas mungkin dapat bergerak menuju level USD 1.700," tutup dia.
Advertisement
Harga Emas Hari Ini di Pasar Global Terjerembab Omongan Jerome Powell
Kemarin, harga logam mulia turun ke level terendah lebih dari satu bulan. Harga emas hari ini susut dipicu lonjakan Dolar AS dan imbal hasil Treasury setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengeluarkan pernyataan yang hawkis, merusak daya tarik logam non imbal hasil.
Melansir laman CNBC, Jumat (4/11/2022), harga emas di pasar spot terakhir turun 0,2 persen menjadi USD 1.630,93 per ounce, setelah jatuh lebih dari 1 persen sebelumnya, mencapai level terendah sejak 28 September.
Sedangkan harga emas berjangka AS menetap 1,2 persen lebih rendah ke posisi USD 1.630,9. "Saya tidak melihat gelombang berbalik untuk emas dan itu mengumpulkan momentum bullish lagi sampai setelah Fed selesai menaikkan suku, mungkin tidak sampai Maret 2023," kata Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures di Chicago.
Bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada hari Rabu seperti yang diharapkan. Powell mengatakan "sangat prematur" untuk memikirkan jeda dan bahwa puncak suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Harga emas dunia sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS karena hal ini meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Dolar naik 1,4 perse, membuat emas lebih mahal bagi investor luar negeri. Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun mendekati puncaknya baru-baru ini.
"Kita bisa melihat penurunan lebih lanjut (dalam emas) menuju posisi terendah September dan kemungkinan penembusan level USD 1.600, jika imbal hasil terus meningkat," kata Michael Hewson, kepala analis pasar di CMC Markets UK.