Indonesia jadi Produsen Bahan Baku Plastik PVC Terbesar di ASEAN

Kapasitas PVC Nasional saat ini mencapai 1.062.000 ton per tahun dan menjadikan Indonesia sebagai produsen PVC terbesar di ASEAN.

oleh Tira Santia diperbarui 05 Nov 2022, 11:00 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengamati garam industri sebagai bahan baku industri kimia di PT Asahimas Chemical di Cilegon, Banten, 13 April 2022. Kapasitas PVC Nasional saat ini mencapai 1.062.000 ton per tahun dan menjadikan Indonesia sebagai produsen PVC terbesar di ASEAN. (Dok Kemenperin)

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi ASEAN Vinyl Council (AVC) dan PT Asahimas Chemical (ASC) berkomitmen mendukung program pemerintah, terkait kecukupan bahan baku plastik dalam negeri khususnya komoditas Poly Vinyl Chloride (PVC).  

Seperti diketahui, PVC merupakan salah satu produk petrokimia yang strategis karena sangat luas aplikasinya. Kapasitas PVC Nasional saat ini mencapai 1.062.000 ton per tahun dan menjadikan Indonesia sebagai produsen PVC terbesar di ASEAN.

Komitmen kuat AVC dan ASC untuk meningkatkan peran PVC dalam ekonomi sirkular, salah satunya diwujudkan dalam bentuk kolaborasi dengan menggelar seminar berskala internasional. Adapun tema yang diusung adalah PVC For Sustainable Future -  Enhance PVC Role in Circular Economy.

Wakil Ketua ASEAN Vinyl Council (AVC) yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Asahimas Chemical (ASC), Jun Miyazaki menjelaskan, seminar ini selain  bertujuan untuk mendukung program pemerintah terkait kecukupan bahan baku plastik dalam negeri khususnya komoditas PVC.

Selain itu, juga untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals dalam pilar keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Miyazaki menambahkan, industri berpotensi menjadi katalis dan akselerator pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia.

“Tidak hanya pada Industri, SDG’s juga memberi kesempatan kepada pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan institusi akademik untuk menciptakan peluang baru, mengembangkan inovasi baru, dan membangun pasar baru di mana ekonomi baru dapat dibangun," ungkapnya dikutip Sabtu (5/11/2022).

 


Ekonomi Sirkular

Asosiasi ASEAN Vinyl Council (AVC) dan PT Asahimas Chemical (ASC) berkomitmen mendukung program pemerintah, terkait kecukupan bahan baku plastik dalam negeri khususnya komoditas Poly Vinyl Chloride (PVC)

Lebih lanjut Miyazaki menuturkan, dalam praktik bisnisnya ASC sudah mengoptimalkan 3R yakni Reduce, Reuse, dan Recycle sebagai kontribusi pada ekonomi sirkular.

ASC sudah mengurangi emisi CO2 dalam aktivitas bisnis sehari-hari.  Sehubungan dengan hal ini, salah satu upaya terbaru yang dilakukan ASC adalah menandatangani kontrak pembelian 18 juta unit Sertifikat Energi Terbarukan (setara 18.000 GWh) dengan PLN. Selain itu, ASC juga mengendalikan mikroplastik secara sukarela.

Plt. Direktur Jendral Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas partisipasi semua pihak dalam seminar ini. 

Dengan keberagaman latar belakang peserta, ia berharap seminar ini dapat memberikan output berupa masukan untuk penyusunan strategi industri PVC jangka Panjang dan kebijakan ekonomi sirkular secara komprehensif.

Selain itu juga dapat menumbuhkan pemahaman yang lebih baik terhadap keberlanjutan PVC, dan diikuti dengan tindakan nyata serta berkontribusi lebih pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


Beli REC PLN Setara 18 Ribu GWh, Asahimas Tekan Emisi CO2 15 Juta Ton

PT Asahimas Chemical (ASC), anak usaha dari group AGC Inc. Jepang, produsen kaca dan kimia yang besar di dunia, melakukan pembelian Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN).

PT Asahimas Chemical (ASC), anak usaha dari group AGC Inc. Jepang, melakukan pembelian Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN).

Kerjasama ini dituangkan dalam bentuk Penandatanganan Perjanjian antara ASC dan PLN yang dilaksanakqn di Bali, pada hari Selasa (1/11/2022) kemarin.

 Adapun Perjanjian ini ditandatangani oleh Presiden Direktur ASC Jun Miyazaki dan manajemen PLN. Menurut Miyazaki, sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kimia dasar terintegrasi, listrik merupakan salah satu dari bahan baku utama  ASC. Selama ini, ASC dikenal sebagai salah satu konsumen terbesar PLN di Jawa dan Bali.

“ASC mendapat kehormatan untuk bekerjasama dengan PLN melalui penandatanganan kontrak pembelian REC sebanyak 18 juta unit (setara dengan 18.000 GWh) dalam periode kurang lebih 15 tahun dengan target pengurangan emisi CO2 sebesar 15 juta ton. Hal ini selaras dengan komitmen net zero emission Indonesia tahun 2060 dan AGC Jepang tahun 2050,” ujar Miyazaki kepada media.

Seiring dengan pelaksanaan kerjasama ini, demikian Miyazaki, manajemen ASC berharap bahwa keterlibatan Perseroan pada program Energi Terbarukan dapat mendukung program pemerintah untuk dapat melakukan perluasan pembangkit listrik Energi Terbarukan di wilayah Indonesia.

“Oleh karena itu, program penurunan emisi secara otomatis dapat diterapkan secara masif yang dapat dikonsumsi oleh banyak industri dan masyarakat sekaligus dalam penerapan sumber energi yang ramah lingkungan,” imbuh Miyazaki.


Industri Kimia Dasar

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengamati garam industri sebagai bahan baku industri kimia di PT Asahimas Chemical di Cilegon, Banten, 13 April 2022. (Dok Kemenperin)

Untuk diketahui, ASC bergerak dalam bidang industri kimia dasar terintegrasi dengan pabrik Chlor Alkali- Vinyl Chloride dan PolyVinyl Chlorida terbesar di Asia Tenggara. Berlokasi di Cilegon propinsi Banten, Perseroan telah beroperasi sejak tahun 1989. Adapun total investasi ASC di Indonesia sampai dengan tahun 2022 mencapai USD 1,6 miliar.

Produk utama ASC berupa Caustic Soda (NaOH) dan Polyvinyl Chloride (PVC). Ini dibutuhkan oleh sekitar 400 industri nasional dalam negeri seperti industri Rayon, Alumina, Pulp & Paper, Tekstil, Makanan dan lain-lain.

Produk utama ASC juga dibutuhkan oleh industri pendukung infrastruktur seperti industri Pipa PVC, Kabel dan Industri plastik lainnya. Produk-produk tersebut juga diperuntukan guna memenuhi pasar ekspor yang cukup besar. Kegiatan tersebut tentunya dapat mendongkrak devisa negara. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya