7 Tradisi Paling Ekstrem di Indonesia, dari Bacok hingga Penggal Kepala

Mengutip dari beberapa sumber, berikut tujuh tradisi paling ekstrem di Indonesia

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Nov 2022, 03:00 WIB
Mandau dan perisai menjadi pemandangan dan perlengkapan harian suku Dayak ketika menempuh perjalanan. (foto: Liputan6.com / FB / edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Yogyakarta - Budaya dan tradisi sudah menjadi hal yang tak bisa dilepaskan dari Indonesia. Berbagai tradisi hingga yang terekstrem sekalipun ada di Indonesia.

Tak jarang, tradisi ekstrem dan unik tersebut juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Para wisatawan seolah menemukan hal baru yang bahkan tak pernah terpikirkan sekalipun.

Mengutip dari beberapa sumber, berikut tujuh tradisi paling ekstrem di Indonesia:

1. Tradisi Carok, Madura

Carok memiliki arti pembunuhan sebagai upaya balas dendam terhadap seseorang atau sekelompok. Namun, bagi masyarakat Madura, carok merupakan bentuk pemulihan harga diri.

Dalam tradisi ini, seseorang akan bertarung dengan menggunakan senjata berupa celurit untuk menyelesaikan masalah tertentu. Biasanya, permasalahan yang sering dipertarungkan berkaitan dengan harta, tahta, hingga wanita.

Meski terdengar ekstrem, tradisi ini dianggap wajar bagi sebagian masyarakat Madura. Namun, tradisi ini tetqp memiliki beberapa ketentuan dan tak boleh asal dilakukan.

2. Tradisi Ngayau, Kalimantan

Suku Dayak memiliki salah satu tradisi ekstrem yang disebut ngayau. Ngayau merupakan tradisi berburu kepala musuh.

Tradisi ini hanya dilakukan oleh anggota suku yang merasa sangat terancam. Pada 2001, tradisi ini sempat heboh lantaran para anggota Suku Dayak memburu beberapa pendatang baru dari Madura.

Mereka menganggap para pendatang merampas sumber daya ekonomi yang ada di sana. Tragedi ini menyebabkan ratusan nyawa melayang.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Tradisi Ma’ Nene, Sulawesi Selatan

3. Tradisi Ma’ Nene, Sulawesi Selatan

Tradisi Ma’ Nene merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya Desa Pangala dan Desa Baruppu. Tradisi ini merupakan kegiatan membersihkan jasad para leluhur yang sudah meninggal ratusan tahun lalu.

Tradisi ini dimulai dengan kedatangan anggota keluarga ke patane (kuburan keluarga) yang berbentuk layaknya rumah. Tujuannya untuk mengambil jasad dari anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Setelah jasad dikeluarkan dari kuburan, selanjutnya jasad tersebut akan dibersihkan dan dikenakan pakaian baru.

4. Tradisi Suku Naulu, Maluku

Suku Naulu merupakan suku yang tinggal di Pulau Seram. Masyarakat pulau ini memiliki tradisi daerah yang mengerikan, yakni berburu kepala manusia untuk dijadikan persembahan kepada nenek moyang.

Selain sebagai simbol kebanggan dan kekuasaan, masyarakat setempat percaya bahwa tradisi ini wajib dilakukan agar dapat terhindar dari malapetaka. Biasanya, kepala manusia ini dijadikan mas kawin ketika salah satu anggota mereka menikah.

5. Tradisi Nasu Palek, Papua

Terdapat sebuah tradisi di Papua yang mengharuskan masyarakatnya memotong daun telinga. Tradisi yang diberi nama nasu palek tersebut dilakukan sebagai bentuk ungkapan belasungkawa.

Tradisi ini dilakukan oleh Suku Dani yang mendiami Papua. Namun, tak semua anggota Suku Dani melakukan tradisi ini. 

Adapun obat-obat tradisional diberikan untuk menyembuhkan luka akibat tradisi ini. Meski sudah tak banyak dilakukan, tradisi ini masih tetap dapat ditemukan hingga saat ini.

 


Tradisi Debus, Banten

6. Tradisi Debus, Banten

Debus merupakan tradisi di daerah Banten yang juga tergolong ekstrem. Pasalnya, tradisi ini menggunakan benda tajam, seperti golok atau pisau sebagai bagian dari atraksi.

Senjata tajam tersebut digesekkan atau ditusukkan ke tubuh manusia, tetapi tak dapat menimbulkan luka. Tradisi yang juga merupakan kesenian ini sudah ada sejak tahun 1532 atau tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin dari Banten.

Pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692), debus digunakan sebagai alat pemompa semangat masyarakat Banten dalam melawan penjajah. Kini, debus masih dilestarikan sebagai seni bela diri yang dipertontonkan saat acara tertentu, seperti acara seni atau upacara adat.

7. Tradisi Iki Palek, Wamena

Tradisi iki palek di Wamena dilakukan oleh Suku Dani. Tradisi ini merupakan tradisi potong jari sebagai ungkapan kesedihan yang mendalam apabila ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia.

Tradisi ini biasanya dilakukan menggunakan kapak atau pisau. Namun, bagi perempuan, memotong jari bisa juga dilakukan dengan cara menggigitnya hingga putus, kemudian dililit benang untuk menghentikan pendarahannya.

(Resla Aknaita Chak)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya