Liputan6.com, Jakarta - Ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM) yang juga Grand Sheikh Al Azhar Prof. Dr. Ahmad Al-Tayeb menegaskan bahwa Islam mengharuskan umatnya untuk menjaga lingkungan hidup, mengembangkan dan melestarikan sumber dayanya. Islam melarang aksi menebang pohon dan tumbuh-tumbuhan atau menenggelamkannya ke dalam air untuk tujuan merusak.
Syekh Al-Tayeb mengingatkan bahwa kerusakan yang terjadi di muka bumi dan sikap sewenang-wenang terhadap sumber daya alam di mana manusia diberi amanat untuk menjaga dan memakmurkannya, adalah sesuatu yang berlawanan dengan kehendak Allah di alam raya yang luas ini.
Syekh Ahmad Al-Tayeb menambahkan, orang yang mengetahui besarnya biaya yang diperlukan untuk mengatasi krisis perubahan iklim, terutama mengingat praktik negara-negara industri besar menahan dana yang dibutuhkan secara moral dan manusiawi, pasti akan merasa ngeri dan takut.
“Kita, para pemuka dan tokoh agama, punya kewajiban untuk menyuarakan hal ini kepada para pemegang kebijakan dan pemilik kekayaan besar,” katanya pada pertemuan reguler ke-16 MHM di Manama, Bahrain, Jumat (4/11/2022), yang dikutip dari keterengan tertulisnya.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Grand Syekh, pemegang kebijakan dan pemodal harus berpikir, walau sedikit, tentang masa depan mereka sebelum masa depan orang lain. Mereka harus berbuat, suka atau tidak suka, untuk mengatasi bencana ini.
"Tidak penting bagi kita apakah mereka mau mendengarkan seruan kita atau mau menutup telinga. Jalan yang kita tempuh, sebagai pemeluk agama samawi, adalah jalan Nabi yang mendapat wahyu dari atas langit ketujuh: 'Sesungguhnya kamu hanya bertugas menyampaikan',” tegas Imam Akbar.
Diketahui Majelis Hukama Muslimin menyelenggarakan sidang ke-16 dengan tema “Dialog Antaragama dan Tantangan Abad Ke-21” di Masjid Istana Sakhir, Manama, Bahrain. Sidang tahunan itu dipimpin langsung oleh Ketua MHM dan Grand Shekh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Al-Tayeb bersama Pemimpin Gereja Katolik Sri Paus Fransiskus.
Sidang tahunan MHM diselenggarakan setelah berakhirnya penyelenggaraan Forum Dialog Bahrain dengan tema “Timur dan Barat untuk Koeksistensi Manusia” pada 3 dan 4 November 2022 yang dihadiri oleh Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa.
Quraish Shihab Bicara Fobia Agama
Cendekiawan Muslim Indonesia M Quraish Shihab menjadi salah satu pembicara pada Sidang Reguler ke-16 Majelis Hukama Muslimin (MHM) di Manama, Bahrain. Sidang digelar setelah parhelatan Forum Dialog Bahrain ini dipimpin Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al Tayeb yang juga Ketua MHM. Berbeda dengan biasanya, sidang ini dihadiri juga Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus.
Hadir juga, anggota Komite Eksekutif MHM asal Indonesia, TGB Zainul Majdi.
Di hadapan para pemuka agama dari berbagai negara, M Quraish Shihab yang juga anggota dan pendiri MHM ini berbicara tentang fenomena fobia agama dan tantangan perubahan iklim yang kini melanda dunia.
M Quraish Shihab mengawali pandangannya dengan menyatakan bahwa meneruskan dialog Islam-Kristen yang diamanatkan oleh Piagam Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi tiga tahun yang lalu adalah suatu tujuan yang mungkin dicapai. Menurutnya, tema “Tantangan yang Dihadapi Umat Manusia Abad ke-21” yang dibahas dalam pertemuan itu menjadi bukti bahwa dialog antara pemimpin agama di dunia, yang diwakili Paus Fransiskus dan Syekh Ahmad Al-Tayeb, mulai menunjukkan hasilnya.
"Salah satu tantangan terbesar umat beragama saat ini adalah fobia terhadap agama sehingga membuat orang terancam mengalami kekeringan rohani. Fobia terhadap agama membuat orang mengalami kemiskinan moral yang dampaknya dapat terlihat pada perilaku individu, keluarga, dan masyarakat," terang Quraish Shihab di Bahrain, Jumat (4/11/2022), dalam keterangan tertulisnya.
Dalam hal berkeluarga, kata Quraish, ada kecenderungan orang untuk keluar dari fitrah suci manusia. Mereka mengeksploitasi anak untuk bekerja, serta melakukan tindak kekerasan terhadap perempuan.
Di sisi lain, fobia terhadap agama juga berdampak pada terjadinya krisis pangan akibat tidak adanya keadilan dan solidaritas. Hal itu pada gilirannya mengancam kehidupan jutaan manusia, terutama kaum lemah, yang menjadi korban perang.
"Fobia agama juga menjadi ancaman serius bagi umat manusia yang muncul dalam bentuk senjata nuklir," tegasnya.
Advertisement