Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia baru saja merilis program Rumah Digital Untuk Disabilitas. Ini merupakan wadah bagi para penyandang disabilitas untuk berekspresi dan mengembangkan diri di era digitalisasi.
Acara peluncuran program ini dihadiri para penyandang disabilitas salah satunya pejuang cerebral palsy (CP) sekaligus pendiri komunitas disabilitas Sobat Ciho Andre Genta Senjaya.
Advertisement
Menurutnya, ini merupakan langkah awal yang diharapkan akan membuat Indonesia menjadi ramah disabilitas.
"Dengan adanya aplikasi ini saya berharap ini enggak hanya seremonial belaka tapi bisa menjadi langkah awal yang ujungnya bisa bikin Indonesia ramah disabilitas sehingga mencapai kesetaraan,” ujar pria yang akrab disapa Genta ketika ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (4/11/2022).
Ia juga menyinggung soal aksesibilitas di Indonesia. Menurutnya, di lingkungan kota khususnya Jakarta, akses dan fasilitas sudah cukup baik. Namun, ketika beranjak ke pinggiran kota sejauh ini belum akses.
“Untuk di perkotaan sudah oke, tapi untuk daerah-daerah pinggir kota ini masih belum (akses). Seperti ramp (bidang miring), bukan hanya itu, fasilitas seperti guiding block itu kan sebenarnya di lantai ini (dalam gedung) juga seharusnya ada idealnya.”
Fasilitas-fasilitas ini dinilai belum hadir secara merata bahkan di Jakarta. Sedangkan untuk transportasi umum, pria yang berprofesi sebagai dosen ini menilai bahwa sudah jauh lebih baik.
“Kalau transportasi umum sudah jauh lebih baik. Cuman sekali lagi pemerataannya masih kurang, kadang-kadang di kereta kita masih diangkat padahal idealnya ada penyangga ramp juga. Tidak semua stasiun kereta ada ramp-nya, jadi kadang-kadang teman-teman yang pakai kursi roda itu harus diangkat (untuk naik atau turun kereta).”
Wadah Berkarya
Sebelumnya, Angkie menjelaskan bahwa program ini dilatarbelakangi pengetahuan digital para penyandang disabilitas yang masih kurang.
Ini salah satunya karena ketersediaan komputer di Sekolah Luar Biasa (SLB) sangat terbatas. Akibatnya siswa-siswa disabilitas yang sekolah di SLB sedikit tertinggal.
Menurutnya, program ini adalah wadah dan ruang ekspresi untuk berkomunikasi, mengasah, dan meningkatkan kemampuan para penyandang disabilitas di Indonesia.
“Rumah Digital untuk Disabilitas adalah wadah teman-teman disabilitas di seluruh Indonesia untuk berkarya dan mendapatkan akses informasi seperti forum digital, agenda acara, pelatihan kerja dan UMKM, hingga lowongan kerja seputar dunia disabilitas.” ujar Angkie dalam sambutannya.
Sebagai penyandang Tuli, Angkie menyadari kesulitan para penyandang disabilitas dalam mendapatkan akses informasi dan pola berkomunikasi. Hal itu yang juga dirasakan hampir semua ragam penyandang disabilitas di Indonesia.
“Kemampuan literasi digital penyandang disabilitas sangat minim, salah satunya adalah minimnya komputer di Sekolah Luar Biasa. Sehingga setelah lulus, banyak penyandang disabilitas kesulitan dalam beradaptasi dengan era digitalisasi yang semakin berkembang.”
Advertisement
Meningkatkan Literasi Digital
Dengan adanya program ini, Angkie berharap para penyandang disabilitas bisa meningkatkan kemampuan literasi digital mereka.
“Dengan adanya wadah rumah digital untuk disabilitas, ini menjadi jawaban sehingga penyandang disabilitas memperoleh informasi, pelatihan kerja dan UMKM, serta pendampingan untuk meningkatkan kemampuan literasi digital” jelas Angkie.
Angkie mengatakan kemunculan Rumah Digital Untuk Disabilitas sebagai wadah yang dapat melahirkan talenta digital yang memenuhi kebutuhan pasar kerja nasional secara vokasi.
Hal ini, didukung juga oleh forum inklusif dan interaktif berbasis digital pertama di Indonesia yang mempertemukan seluruh penyandang disabilitas dengan para pemangku kebijakan, yakni Productive+.
Waktunya Meningkatkan Potensi Diri
Peluncuran program ini didukung pula oleh Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Menurutnya, mendukung peluncuran program ini termasuk salah satu upaya mendorong Jakarta yang ramah disabilitas.
“Salah satunya mendukung infrastruktur secara teknologi,” ujar Heru dalam acara yang sama.
Angkie pun mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh Heru.
“Kami ucapkan terima kasih pada Pj Gubernur DKI Jakarta yang mendukung Jakarta ramah terhadap disabilitas. Bagaimanapun Jakarta menjadi contoh untuk beberapa provinsi di Indonesia tentang bagaimana membentuk lingkungan inklusi yang ramah terhadap disabilitas,” kata Angkie.
Ia menambahkan, sektor-sektor yang berkaitan dengan disabilitas dewasa ini bukan lagi berbasis sumbangan. Namun, bagaimana berbagai sektor termasuk pendidikan, ekonomi, ketenagakerjaan, informasi, komunikasi, dan teknologi terlibat.
“Pak Gubernur sangat mendukung, ini waktunya penyandang disabilitas di Jakarta update skill dan potensi diri dan mengajak seluruh kebijakan agar memberikan akses seluas-luasnya kepada penyandang disabilitas.”
Pasalnya, masih banyak penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan akses termasuk pada informasi yang valid.
“Ini adalah momen agar tak ada satupun penyandang disabilitas yang tertinggal.”
Advertisement