Ada Gerhana Bulan Total pada 8 November 2022, Bisa Dilihat di Indonesia

Gerhana Bulan Total pada bulan ini akan bisa dilihat di Indonesia pada 8 November 2022

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Nov 2022, 18:00 WIB
Pemandangan penumbra saat mulai menutupi permukaan bulan pada proses terjadinya gerhana bulan yang terlihat di atas langit Jakarta, Rabu (31/1). Gerhana Bulan Total ini disertai dengan Supermoon dan Blue Moon. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Gerhana bulan total bakal mampir dan dapat diamati dari beberapa wilayah Indonesia pada tanggal 8 November 2022 mendatang.

"Gerhana Bulan Total kali ini terjadi pada 8 November 2022 dengan durasi total selama 1 jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian + total) selama 3 jam 39 menit 50 detik," kata Andi Pangerang, Peneliti Pusat Riset Antariksa, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa, BRIN.

Mengutip laman lapan.go.id, Minggu (6/11/2022), lebar gerhana bulan total kali ini sebesar 1,3589 dengan jarak pusat umbra ke pusat Bulan sebesar 0,2570. Gerhana ini termasuk ke dalam gerhana ke-20 dari 72 gerhana dalam Seri Saros 136 (1680-2960).

Gerhana bulan total merupakan fenomena astronomis ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti atau umbra Bumi. Hal ini disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi dan Matahari yang membentuk garis lurus.

Selain itu, Bulan berada di dekat titik simpul orbit Bulan, yaitu perpotongan antara ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) dengan orbit Bulan. Gerhana Bulan Total terjadi ketika fase Bulan Purnama, akan tetapi, tidak semua fase Bulan Purnama dapat mengalami Gerhana Bulan.

Menurut jadwal BRIN, puncak gerhana sendiri bakal berlangsung pada 18.00.22 WIB/19.00.22 WITA/20.00.22 WIT dan dapat diamati di Indonesia kecuali Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu.


Dampak Gerhana Bulan Total

Ilustasi gerhana Bulan, (Sumber Pixabay/skeeze)

Lebih lanjut, Andi menjelaskan, saat Bulan memasuki umbra, warna umbra cenderung hitam. Seiring Bulan seluruhnya berada di dalam umbra, warna Bulan akan menjadi kemerahan.

Selain itu saat gerhana, tidak ada cahaya Matahari yang dapat dipantulkan oleh Bulan sebagaimana ketika fase Bulan Purnama. Gerhana dapat berwarna menjadi lebih kecokelatan bahkan hitam pekat jika partikel seperti debu vulkanik ikut menghamburkan cahaya.

"Dampak dari Gerhana Bulan Total bagi kehidupan manusia adalah pasang naik air laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya ketika tidak terjadi gerhana, Purnama maupun Bulan Baru," kata Andi Pangerang.

Gerhana Bulan Total yang bisa dilihat di Indonesia untuk satu dekade berikutnya, akan terjadi pada 8 September 2025, 3 Maret 2026, Malam Tahun Baru 2029, 21 Desember 2029, 25 April 2032 dan 18 Oktober 2032.


Teleskop James Webb Abadikan Cincin Debu yang Kelilingi Dua Bintang Langka

Teleskop James Webb Abadikan Cincin Debu. Photo: NASA, ESA, CSA, STScI, JPL-Calte

Beberapa waktu lalu, teleskop James Webb menangkap gambar cincin debu berpola cantik di sekitar dua bintang yang dapat melacak perjalanan waktu, mirip dengan pola cincin di bagian dalam batang pohon.

Gambar tersebut, yang dirinci oleh Badan Antariksa Eropa dan Laboratorium Propulsi Jet (Jet Propulsion Laboratory/JPL) NASA, menunjukkan pola 17 cincin konsentris yang terdiri dari partikel debu mengelilingi dua bintang (dikenal sebagai Wolf-Rayet 140).

Menurut JPL, bintang Wolf-Rayet dianggap langka (bintang langka) di galaksi kita, dan sejauh ini hanya 600 yang telah ditemukan. Demikian sebagaimana dikutip dari Engadget, Jumat (1310/2022).

Wolf-Rayet 140 juga satu-satunya sistem yang ditemukan memiliki pola cincin jenis ini, karena bentuk orbitnya yang aneh alias memanjang.

 


Reaksi Dua Bintang Saling Berdekatan

Sebuah gambar baru James Webb Space Telescope (JWST) menunjukkan setidaknya 17 cincin debu menyerupai sidik jari manusia (NASA).

Cincin itu sebagian dari reaksi yang terjadi ketika kedua bintang saling berdekatan, setiap delapan tahun sekali, membentuk semacam 'sidik jari' di sekitar bintang.

“Setiap cincin tercipta ketika dua bintang saling berdekatan dan angin bintang (aliran gas yang mereka tiup ke luar angkasa) bertemu, mengompresi gas dan membentuk debu,” jelas Badan Antariksa Eropa.

“Orbit bintang menyatukan mereka setiap delapan tahun sekali, seperti lingkaran batang pohon, lingkaran debu menandai berlalunya waktu,” sambungnya.

Gambar yang ditangkap James Webb juga menunjukkan tingkat detail yang cukup dalam. Sebelum penangkapan ini, para ilmuwan yang menggunakan teleskop berbasis darat hanya bisa melihat dua cincin debu di sekitar Wolf-Rayet 140.

(Dio/Ysl)

Gerhana bulan parsial atau sebagian. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya