Soal Gagal Ginjal Akut, Menkes Budi Gunadi: Kita Berhasil Turunkan Secara Drastis Kasus Baru dan Kasus Kematian

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus gagal ginjal akut telah berhasil turun sejak penggunaan obat sirup dihentikan sementara sejak 18 Oktober 2022.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 06 Nov 2022, 18:00 WIB
IDAI imbau orang tua untuk tidak memberikan obat bebas tanpa rekomendasi nakes pada anak terkait kasus gagal ginjal akut. (unsplash.com/Myriam Zilles)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus berupaya mengatasi kasus gagal ginjal akut di Tanah Air. Meski ada penambahan kasus di akhir Oktober, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus gagal ginjal akut telah berhasil turun sejak penggunaan obat sirup dihentikan sementara sejak 18 Oktober 2022.

"Kita sudah berhasil menurunkan secara drastis kasus baru dan kasus kematian," kata Menkes Budi Gunadi di Jakarta, Minggu (6/11/2022).

Data Kementerian Kesehatan per 5 November 2022 menunjukkan, kasus harian gagal ginjal akut terbanyak berdasarkan tanggal onset Prodromal atau timbulnya gejala, terjadi pada 22 Oktober 2022, yakni mencapai 12 anak.

Kasus harian menurun secara signifikan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan merilis daftar obat sirup atau cair yang tidak mengandung pelarut Propilen Glikol ataupun Polietilen Glikol serta aman dari cemaran Etilen Glikol (EG) maupun Dietilen Glikol pada 23 Oktober 2022.

Kasus harian gagal ginjal akut pada 24 hingga 31 Oktober tercatat menurun mulai dari 5 hingga 1 kasus per hari. Bahkan Kemenkes mencatat 0 kasus gagal ginjal akut pada 30 Oktober 2022. Lalu, sejak 2 November hingga 5 November 2022 belum ada penambahan kasus gagal ginjal akut baru.

Adanya penambahan kasus gagal ginjal pada 29 Oktober dan 1 November 2022, kata Budi Gunadi, karena pasien masih mengonsumsi obat sirup yang didapat di apotek kota tier 2.

"Setiap ada kasus baru, kita kejar penyebabnya apa. Kasus minggu lalu terjadi di tanggal 29 Oktober dan 1 November. Karena pasien masih saja mengonsumsi obat sirup di apotek kota tier 2," ujar Budi Gunadi.

Untuk itu, Menkes meminta bantuan dinas-dinas kesehatan untuk mengontrol pemberian obat di apotek dan bidan. 

 

 


Penurunan Kasus yang Dirawat dan Kasus Kematian

Dalam kesempatan berbeda, Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr M Syahril turut menyampaikan penurunan kasus baru dan kematian terkait gagal ginjal akut pada anak.

“Penambahan kasus baru dan jumlah kematian setelah tanggal 18 Oktober 2022 menurun jauh dibandingkan dengan sebelum tanggal 18 Oktober 2022,” kata Syahril dalam Konferensi Pers Update Penanganan COVID-19 dan Gangguan Ginjal Akut (AKI) di Indonesia pada Jumat (4/11).

Pihaknya menjelaskan bahwa penurunan kasus tidak hanya terjadi pada kasus harian, tapi juga terjadi pada kasus yang dirawat dan kasus kematian. Bahkan ada daerah yang seluruh kasusnya telah sembuh.

Menurut Syahril, penurunan kasus tersebut dipengaruhi beberapa hal. Salah satunya kebijakan pemerintah yang melarang memberikan obat sirup yang diduga mengandung unsur kimia EG dan DEG kepada anak.

Sebagai gantinya, masyarakat bisa memberikan obat dalam bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya.

 


Fomepizole untuk Mitigasi GGA

Angka kematian dalam kasus gagal ginjal akut juga berhasil ditekan sejak pelarangan sementara penggunaan obat sirup serta pemberian Fomepizole pada pasien.

"Jumlah kasus dan jumlah kematian sudah turun secara drastis," Budi kembali menekankan.

Fomepizole merupakan antidote atau penawar yang diberikan sebagai bagian dari terapi atau pengobatan pasien gagal ginjal akut. Sepuluh dari 11 pasien di RS Cipto Mangunkusumo mengalami perbaikan signifikan setelah mengonsumsi obat tersebut.

Melihat perkembangan yang baik ini, Kemenkes terus berupaya mendatangkan obat injeksi Fomepizole dari berbagai negara sebagai langkah mitigasi penyakit gagal ginjal akut. Sejak 25 Oktober 2022, Fomepizole pun telah didistribusikan dan digunakan di rumah sakit-rumah sakit pemerintah untuk mengatasi kasus gagal ginjal akut. 


Didistribusikan ke 17 RS

Hingga saat ini, kata Syahril, ada sekitar 246 vial obat Fomepizole dari Jepang, Singapura dan Australia tiba di Indonesia. Sebagian besar dari jumah tersebut merupakan hibah.

Sejak 25 Oktober 2022, Fomepizole yang telah tiba di Indonesia didistribusikan ke sejumlah rumah sakit pemerintah selain RSCM. 

Syahril merinci dari total 246 vial Fomepizole, 146 vial telah didistribusikan ke 17 RS rujukan di Indonesia. Sementara sisanya, sekitar 100 vial Fomepizole akan dijadikan buffer stok pusat.

“Kami sampaikan bahwa sekitar 87 persen Fomepizole injeksi adalah hibah gratis dan tidak ada komersialiasi, ini semata-mata untuk menyelamatkan anak-anak Indonesia dari GGA,” terang Syahril.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya