Mitos Kesehatan Sepekan: Kulit Pohon Jambu Mete Netralisir Racun hingga COVID-19 Subvarian XBB 5 Kali Lebih Mematikan

Beberapa kabar hoaks dan mitos kesehatan masih bermunculan di media sosial. Berikut penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 07 Nov 2022, 15:00 WIB
Ilustrasi Cek Fakta

Liputan6.com, Jakarta - Informasi hoaks terus bermunculan di media sosial, tidak terkecuali hoaks dan mitos kesehatan yang dapat mempengaruhi masyarakat.

Satu di antaranya klaim mengonsumsi kulit pohon jambu mete bisa menetralisir racun akibat gigitan ular. Klaim tersebut disebarkan salah satu akun Facebook.

Akun Facebook tersebut mengunggah narasi berisi cara mengonsumsi kulit pohon jambu mete untuk menetralisir racun akibat digigit ular.

"ANTI-POISON.

There are many snakes with a very poisonous venom that kills within some hours

If you are a victim of snakes bites or poison, just look for a cashew tree, use your cutlass to get the bark of the cashew tree, and chew the bark of the tree

As you chew, swallow the juice, don't swallow the chaff. It will neutralize every poisonous substance from the snake even if it's a black mamba bite.

Very effective and powerful to destroy snake venoms.

You can keep the bark for any emergency, even if it's a dry one, just soak it in water. it doesn't spoil, it can be kept for years

God has blessed us with so many herbs but many don't know it," tulis salah satu akun Facebook.

Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 13 kali dibagikan dan mendapat 6 komentar dari warganet.

Namun setelah ditelusuri, mengonsumsi kulit pohon jambu mete dapat menetralisir racun akibat gigitan ular ternyata tidak benar. Faktanya, mengonsumsi atau mengunyah kulit pohon jambu mete tidak bisa menetralisir racun akibat gigitan ular.

Selain klaim mengonsumsi kulit pohon jambu mete bisa menetralisir racun, terdapat mitos kesehatan lain yang telah ditelusuri selama sepekan. Berikut rangkumannya.

 


Korban Tewas Tragedi Itaewon akibat Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Cek Fakta Tragedi Itaewon karena vaksin covid-19 AstraZeneca

Beredar di media sosial postingan yang menyebut Tragedi Itaewon disebabkan karena vaksin covid-19 AstraZeneca. Postingan itu beredar sejak pekan lalu.

Salah satu akun ada yang mempostingnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 30 Oktober 2022.

Dalam postingannya terdapat video dengan gambar korban Tragedi Itaewon bersama narasi sebagai berikut:

"Festival Halloween di Itaewon diadakan tiap tahun & selalu berjubel pengunjung. Kenapa baru sekarang banyak korban gagal jantung? Karena tahun ini hampir semuanya udah divaxsin AstraZeneca

- AstraZeneca menyebabkan pembekuan darah

- Pembekuan darah berujung pada cardiac arrest / jantung"

Postingan itu juga disertai link berikut ini:

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6377133/horor-kerumunan-di-itaewon-picu-serangan-jantung-sedikitnya-149-tewas?

Setelah ditelusuri, postingan yang menyebut Tragedi Itaewon disebabkan karena vaksin covid-19 AstraZeneca adalah tidak benar. Korban meninggal dunia akibat berdesak-desakkan karena kerumunan yang membeludak.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini.

 


COVID-19 Subvarian XBB 5 Kali Lebih Beracun dan Mematikan

Cek Fakta covid-19 Omicron subvarian XBB.

Beredar di media sosial postingan pesan berantai yang menyebutkan gejala baru covid-19 subvarian Omicron XBB lima kali lebih beracun dan mematikan daripada varian delta. Postingan itu beredar sejak awal pekan ini.

Salah satu akun ada yang mempostingnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 3 Oktober 2022.

Berikut isi postingannya:

berita singapura!

"Semua orang disarankan memakai masker karena virus corona varian baru COVID-Omicron XBB berbeda, mematikan dan tidak mudah terdeteksi dengan baik:- Gejala virus novel COVID-Omicron XBB adalah sebagai berikut:

- 1. Tidak batuk.

2. Tidak ada demam. Hanya akan ada banyak :

- 3. Nyeri sendi.

4. Sakit kepala.

5. Sakit leher.

6. Sakit punggung bagian atas.

7. Pneumonia.

8. Umumnya tidak nafsu makan. Tentu saja, COVID-Omicron XBB 5 kali lebih beracun daripada varian Delta dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada Delta. Dibutuhkan waktu yang lebih singkat untuk kondisi mencapai tingkat keparahan yang ekstrim, dan kadang-kadang tidak ada gejala yang jelas.

Mari lebih berhati-hati!Jenis virus ini tidak ditemukan di daerah nasofaring, dan secara langsung mempengaruhi paru-paru, "jendela", untuk waktu yang relatif singkat.

Beberapa pasien yang didiagnosis dengan Covid Omicron XBB akhirnya diklasifikasikan sebagai tidak demam dan tidak sakit, tetapi rontgen menunjukkan pneumonia dada ringan. Tes usap hidung umumnya negatif untuk COVID-Omicron XBB, dan kasus negatif palsu dari tes nasofaring meningkat. Artinya, virus tersebut dapat menyebar di masyarakat dan langsung menginfeksi paru-paru, sehingga menyebabkan pneumonia virus, yang pada gilirannya menyebabkan stres pernapasan akut.

Ini menjelaskan mengapa Covid-Omicron XBB menjadi sangat menular, sangat ganas, dan mematikan.

Harap diperhatikan, hindari tempat keramaian, jaga jarak 1,5m meski di tempat terbuka, pakai masker dua lapis, pakai masker yang sesuai, dan sering cuci tangan saat tidak menunjukkan gejala (tidak batuk atau bersin). "Gelombang" Covid Omicron ini lebih mematikan dari gelombang pertama Covid-19.

Jadi kita harus sangat berhati-hati dan mengambil berbagai tindakan pencegahan virus corona yang ditingkatkan. Juga menjaga komunikasi waspada dengan teman dan keluarga.

Jangan simpan informasi ini untuk diri sendiri, bagikan sebanyak mungkin dengan kerabat dan teman lain, terutama milik Anda."

Setelah ditelusuri, postingan pesan berantai yang menyebutkan gejala baru covid-19 subvarian Omicron XBB lima kali lebih beracun dan mematikan daripada varian delta adalah tidak benar.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini.

 


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya