Liputan6.com, Jakarta Banyak dari kita yang memiliki keinginan untuk menurunkan berat badan, merasa bahwa sudah melakukan kebiasaan baik dan olahraga tetapi tidak kunjung terlihat hasilnya. Bahkan seolah tidak ada perubahan. Seringkali Anda akhirnya jadi bertanya-tanya sendiri: apa yang salah dan kurang dari usaha yang dilakukan. Tak jarang, ini juga menimbulkan keputusasaan untuk terus konsisten demi sesuatu yang diinginkan.
Dr. Henry Suhendra, SpoT adalah seorang dokter sekaligus Founder & Managing Director of VDSI (Vitamin D Society, Indonesia. Ia juga sekaligus ketua dari Faith Orthopaedic Group yang sudah memiliki pengalaman selama 10 tahun sebagai dokter umum, dan lebih dari 30 tahun sebagai ahli bedah ortopedi, bahkan merangkap sebagai kepala bagian bedah di Rs. Siloam Kebon jeruk, Jakarta.
Advertisement
Dalam sebuah video Youtube, ia memaparkan rahasia dari hasil berolahraga. Ia manyampaikan bahwa orang kerap kali mengatakan, 'Saya sudah jalan pagi, sudah kurangi makanan tapi kok tetap gemuk?"
Dr. Henry pun mengatakan bahwa jawaban dari semua itu adalah olahraga yang terukur.
"Kalau Anda pernah dengar video-video saya sebelumnya, saya selalu mengatakan olahraga itu kuncinya 2T: teratur dan terukur. Teratur artinya ada jadwalnya dan terukur makanya kita tidak ngawur. Kalau Anda bilang saya sudah jalan pagi. Berapa jauh? Berapa banyak kalori yang Anda buang?“ ujar dokter Henry.
Mengukur dengan Stopwatch
Beliau juga menyarankan untuk memiliki alat ukur untuk mempermudah kita mengetahui sejauh mana penerapan terukur yang dilakukan berhasil.
“Makanya saya bilang perlu ada alat ukur, di jam sekarang itu kan sudah ada. Bisa tau kalorinya, karena walaupun kita udah bilang secara umum perlu 10 ribu langkah per hari 'dibagi ya jangan sekaligus' tapi kita lihat kalori kita berapa, kalori outnya berapa, kalori in berapa. Jadi kalau mau fat loss tentu ada dalam kategori kolori defisit jadi yang masuk lebih sedikit daripada yang keluar,” dr. Henry, menjelaskan.
"Jadi tidak bisa hanya sekedar bilang 'saya sudah jalan pagi', namun perlu dengan memaksimalkan seberapa jauh dan seberapa banyak kalori yang dibakar," ia menambahkan.
Kemudian, Ia menjelaskan bahwa 'saya sudah kurangi makan' itu juga memiliki konsep yang sama, yakni lagi-lagi berapa kalorinya? Dokter Henry menegaskan bahwa rata-rata ahli nutrisi akan mengatakan jika Anda ingin kurus, turunkan kalorinya.
"Selalu kan kalori in dan out itu perbandingannya bagaimana? Kalau kalori in lebih banyak Anda gemuk, kalau kalori in lebih sedikit dari kalori out Anda bisa lebih ramping, fat loss bisa terjadi."
Advertisement
Versus Ahli Luar
Dokter Henry mengatakan bahwa cara yang dilakukan banyak ahli luar di luar adalah diet ketat sampai kalorinya turun di bawah seribu. Sayangnya, itu adalah sesuatu yang berbahaya.
"Nah kalo di bawah 1000, atau 750 itu mimpi lah. Anda tidak bisa ngapa-ngapain dan tidak akan pernah ada orang yang akan tahan dengan kalori yang rendah begitu, paling cuma bisa sebentar, satu bulan, Anda akan tidak tahan akhirnya apa yang disebut 'yoyo' naik lagi turun lagi,” ucapnya.
"Jadi cara terbaik yakni dengan menambah kalori in dan Anda bisa latihan, karena mesti dingat kalau saat Anda latihan Anda punya otot. Otot itu secara metabolik lebih aktif dari pada fat. Contohnya begini satu tahun otot itu makan kalori untuk pemeliharaannya antara 7 sampai 10 kalori per pound otot, sedangkan lemak itu cuma per pound hanya butuh kalori 2 sampai 3,” dokter Henry, menambahkan.
Jadi artinya jika Anda gantikan 1 pound lemak di tubuh Anda dengan 1 pound otot maka calorie expenditure atau pembakaran kalori itu akan naik 4-6 kalori per pound otot.
Sehingga jika ada yang mengeluh susah turun, itu adalah sesuatu yang wajar. Sebab untuk menghilangkan 1 pound fat Anda harus kalori defisit kira-kira 3600 kalori.
Sedangkan sebaliknya untuk membentuk otot Anda perlu kalori surplus kurang lebih 1600 jadi selalu perbandingan.
"Dan tentu untuk memastikan hal itu cukup atau tidak dengan itu tadi, terukur. Mengukur kalori in dengan melihat misalnya sepiring nasi itu berapa kalorinya, dada ayam berapa kalorinya," terang dia.
Analogi Istilah dari Teratur dan Terukur
Terakhir, lagi-lagi Dr. Hendra menegaskan bahwa olahraga itu teratur dan terukur, tidak boleh ngawur. Sebab jika hal itu terjadi, beliau menegaskan bahwa hasilnya akan sama saja.
“Karena kalau ngawur aja yah sama aja misalkan Anda sekolah udah belajar, Anda bilang gini ‘saya belajar kok ngga pintar-pintar’, ngga bisa. Anda sekolah pun ada ujiannya, untuk tahu terukurnya itu. Ada ujiannya Anda betul-betul sudah mengerti atau tidak. Jadi ngga bisa belajar aja,” ucapnya
"Beliau mengatakan bahwa analogi ini sama halnya dengan tadi, ‘saya sudah jalan, saya sudah kurangi makan’, tetapi balik lagi berapa? Sebab olahraga itu teratur dan terukur," tambah dia.
Ia mengingatkan sekali lagi bahwa olahraga sebaiknya dilakukan dengan teratur dan terukur. Sebab dengan demikian, otot akan lebih aktif secara metabolik.
"Latihan otot itu sampai 24 jam 48 jam pembakaran kalori bisa tinggi, begitu sebaliknya kalau Anda cuma jalan ya saat itu saja ketika Anda berhenti ya balik ke aktif seperti biasa kalorinya,” ucapnya.
Advertisement
Olahraga Terbaik
Dokter Hendra mengatakan jika ditanya olahraga apa yang sebaiknya dilakukan agar teratur dan terukur, maka jawabannya adalah yang penting olahraga itu Anda senangi sehingga Anda tidak berhenti melakukannya.
“Ingat untuk berhasil itu 2 yakni komitmen dan konsistensi," ucapnya.
Namun jika boleh memilih maka dia akan memilih strength training. Hal ini dikarenakan dengan strength training, Anda akan membentuk otot.
“Tapi kalau cuma pilih satu, pilih latihan kekuatan, strength training atau weight training, kalau senang dengan cardio bisa jalan, sepeda, lari pilih saja. Tapi ingat kalau sudah tambah umur seperti komunitas saya di atas 50 tahun hati-hati dengan hight impact (lari ) maka saya bilang yang paling gampang jalan, setiap hari bisa dilakukan," tutupnya.