Pakar Meteorologi PBB: Laju Kenaikan Permukaan Laut Kini Lebih Cepat

Badan Urusan Meteorologi Dunia (WMO) mengingatkan cuaca yang menghangat di Bumi dan naiknya air laut telah semakin memburuk.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2022, 07:13 WIB
Ilustrasi perubahan iklim (AFP)

Liputan6.com, New York - Badan Urusan Meteorologi Dunia (WMO) mengingatkan cuaca yang menghangat di Bumi dan naiknya air laut telah semakin memburuk, dan terjadi lebih cepat dari sebelumnya. Hal ini disampaikan dalam catatan suram badan itu menjelang KTT Iklim di Mesir mulai Minggu ini (6/11).

Dalam laporan iklim tahunannya, badan PBB itu mengatakan kenaikan permukaan laut dalam dekade terakhir ini dua kali lipat dari tahun 1990an, dan sejak Januari 2020 telah melonjak pada tingkat yang lebih tinggi lagi.

Sejak dekade ini dimulai, permukaan laut naik lima milimeter per tahun, dibandingkan dengan 2,1 milimeter pada tahun 1990-an

“Sayangnya kita telah kalah dalam permainan gletser yang mencair ini, yang berarti kenaikan permukaan laut akan terus berlanjut selama ratusan atau bahkan ribuan tahun mendatang,” ujar Kepala WMO Petteri Taalas, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (8/11/2022).

Ditambahkannya, “dalam beberapa studi terbaru NASA tampak ada risiko kenaikan permukaan laut beberapa meter pada tahun 2300. Ini adalah salah satu berita buruk yang harus saya sampaikan.”

Satu-satunya alasan mengapa dunia tidak memecahkan rekor suhu tahunan dalam beberapa tahun terakhir ini adalah fenomena cuaca La Nina tiga tahun yang langka, tambahnya.

Data tentang permukaan laut dan suhu rata-rata tidak ada apa-apanya dibanding dengan bagaimana perubahan iklim telah menyelimuti sebagian warga dunia dalam cuaca ekstrem.

 


Musim Panas di Pakistan

Ilustrasi bendera Pakistan (pixabay)

Laporan itu menyoroti banjir luar biasa saat musim panas di Pakistan yang menewaskan lebih dari 1.700 orang dan memaksa 7,9 juta lainnya mengungsi. Juga kekeringan selama empat tahun yang melumpuhkan negara-negara di Afrika Timur dan membuat lebih dari 18 juta orang kelaparan.

Keringnya Sungai Yangtze ke tingkat terendah pada bulan Agustus, dan rekor gelombang panas yang membakar wilayah di Eropa dan China adalah catatan buruk lainnya.

 


Peningkatan Hal Berbahaya

Ilustrasi Penyebab Perubahan Iklim Credit: pixabay

Tingkat karbondioksida, metani, dinitrogen oksida yang memerangkap panas semuanya telah mencapai rekor tertinggi, di mana metana meningkat pada kecepatan yang memecahkan rekor, tambah laporan tahunan itu. Hal ini berarti lebih dari sekadar pemanasan suhu di darat.

Es, baik lapisan es di Greenland, dan gletser dunia, menyusut drastis. Selama 26 tahun berturut-turut, Greenland kehilangan es ketika semua jenis es diperhitungkan. Volume salju gletser di Swiss turun lebih dari sepertiga dari tahun 2001-2022.

Infografis Suhu Panas Menerjang Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya