Harga Saham CBUT Melesat 16,67 Persen di Perdagangan Perdana

Saham CBUT berada di level tertinggi Rp 850 dan terendah Rp 690 per saham.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 08 Nov 2022, 11:45 WIB
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Citra Borneo Utama Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham CBUT pada Selasa (8/11/2022).

Dalam perdagangan perdana, saham CBUT dibuka Rp 690 saham dari harga perdana Rp 690 per saham. Harga saham CBUT melesat Rp 115 atau 16,67 persen ke level Rp 805. Pada pukul 09.35 WIB, saham CBUT ke posisi Rp 805 per saham.

Saham CBUT berada di level tertinggi Rp 850 dan terendah Rp 690 per saham. Total frekuensi perdagangan 6.111 kali dengan volume perdagangan 23,50 juta lot saham dengan nilai transaksi Rp 18,12 miliar.

PT Citra Borneo Utama Tbk, sebuah perusahaan yang didirikan pada 2013, dan merupakan bagian dari Citra Borneo Indah Group.

CBUT merupakan perusahaan penyulingan dan fraksinasi minyak kelapa sawit yang dihasilkan melalui proses penggilingan dan pemurnian, yang melepas saham sebanyak 625.000.000 lembar saham baru atau setara dengan 20 persen dari modal disetor dan ditempatkan Perseroan, dengan harga Rp 69 per lembar saham.

Direktur Utama Perseroan, Balakrishnan Naidu Ramasamy Naidu mengatakan, manajemen Perseroan optimis, investor akan merespon sangat positif saham yang akan mereka lempar ke pasar modal.

Dalam melakukan penawaran umum perdana Perseroan, yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Maybank Sekuritas Indonesia, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas.

Per 2021, Kapasitas Refinery Perseroan sebesar 2500 Ton/Hari dengan total produksi sebesar 586.000 MT, dengan pangsa pasar mencakup pangsa pasar lokal maupun international.

Balakrishnan menambahkan, bahwa seluruh dari dana yang diperoleh dari dari hasil penawaran umum setelah dikurangi dengan biaya‐biaya emisi, akan nantinya dipergunakan untuk pengembangan usaha Perseroan, yang meliputi 54 persen akan digunakan untuk pembangunan refinery extension dan infrastrukturnya.

Kemudian sisanya akan digunakan oleh Perseroan untuk peningkatan modal kerja termasuk namun tidak terbatas pada pembelian bahan baku yaitu CPO dan Palm Kernel dalam rangka meningkatkan utilisasi produksi pada pabrik kernel crushing dan refinery.

 


Kinerja

Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan laporan keuangan terbaru CBUT, pendapatan per 31 Maret 2022 meningkat sebesar 114 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2021.

Ini terutama dipicu oleh pertumbuhan produksi dan volume penjualan produk, yakni RBDPO, RBD OLEIN, RBD STEARIN, PFAD, CPKO, dan PKE.

Dalam lima tahun terakhir margin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan apresiasi nilai tukar (EBITDA) menunjukkan tren kenaikan.

Jika dibandingkan secara year‐on‐year (yoy) terdapat kenaikan yakni 98,93 persen. Kenaikan dipicu peningkatan EBITDA yang lebih tinggi ketimbang kenaikan penjualan. EBITDA Perseroan per Desember 2021 tercatat Rp 410,46 miliar sedangkan per Desember 2020 sebesar Rp 37,52 miliar.

Tak hanya itu, CBUT juga optimis, tahun ini penjualan dan laba, terutama laba bersih, bisa mengalami kenaikan.

"Kami optimis pendapatan dan laba bersih sampai akhir tahun bisa naik 10‐15 persen," ujar Balakrishnan.

Akhir tahun lalu, CBUT membukukan penjualan Rp 8,66 triliun dan laba bersih Rp 286,66 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya