Ekonomi digital Indonesia Bisa Sentuh Rp 1.207,7 Triliun di 2022

Meskipun aktivitas belanja offline kini mulai kembali bergairah, sektor e-commerce menyumbang 77 persen dari keseluruhan ekonomi digital di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2022, 12:50 WIB
Nasabah beraktivitas di salah satu kantor cabang digital Bank BNI di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai transaksi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2020 mencapai USD 44 miliar. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi digital Indonesia bisa mencapai Gross Merchandise Value (GMV) USD 77 miliar atau setara Rp 1.207,7 triliun di 2022. Hal ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company berjudul e-Conomy SEA 2022 Report.

Dalam riset tersebut, ekonomi digital Indonesia ke depan masih akan mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan setelah sebelumnya juga tumbuh 22 persen dalam setahun terakhir.

Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf menjelaskan, sektor e-commerce terus mendorong ekonomi digital Indonesia. Dalam hitungannya, bisa mencapai USD 59 miliar pada 2022.

“Indonesia memiliki sektor e-commerce dengan pertumbuhan tercepat kedua (setelah Vietnam) tetapi selain GMV ada banyak dimensi pertumbuhan yang kini juga harus difokuskan,” ucap Randy dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Selasa (8/11/2022).

Meskipun aktivitas belanja offline kini mulai kembali bergairah, sektor e-commerce menyumbang 77 persen dari keseluruhan ekonomi digital.

Hingga tahun 2025, ekonomi digital diproyeksikan mencapai USD 130 miliar. Tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 19 persen. Sementara itu pada tahun yang sama, sektor e-commerce Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 17 persen dan nilai GMV mencapai USD 95 miliar.

Perkembangannya masih akan terus tinggi hingga tahun 2030 yang diperkirakan akan tumbuh lebih dari tiga kali lipat di kisaran USD 220 sampai USD 360 miliar.

“Untuk mendorong pertumbuhan jangka pendek, bisnis kini lebih berfokus mencapai profitabilitas dengan memangkas biaya dan mengoptimalkan operasi,” kata dia.

 


Akselerasi

Ilustrasi ekonomi digital. Freepik.

Dia menambahkan, setelah bertahun-tahun mengalami akselerasi, pertumbuhan penggunaan teknologi digital kini berangsur normal. Kalangan mampu dan kaum muda yang melek teknologi di perkotaan menjadi pengguna terbesar layanan digital.

Di sisi lain, mayoritas pemain digital mengalihkan prioritasnya dari akuisisi pelanggan baru ke menciptakan engagement yang lebih dalam dengan pelanggan yang sudah ada.

Sebagai informasi, laporan multi-tahunan ini menggabungkan data dari Google Trends, Temasek, dan analisis dari Bain & Company.

Selain itu juga memadukan informasi dari berbagai sumber di industri dan wawancara dengan para ahli yang menyoroti ekonomi digital enam negara di Asia Tenggara: Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Infografis Journal_ Kerugian Ekonomi Akibat Sampah Sisa Makanan Capai Rp 500 Triliun per tahun (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya