Pede Indonesia Tak Resesi, Warganet Malah Sibuk Bahas PO iPhone Terbaru

Hasil survei menunjukkan hanya 4 persen responden yang mengkhawatirkan terjadinya resesi di Indonesia tahun depan. Artinya, 96 persen merasa optimis Indonesia mampu melalui badai resesi global 2023.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2022, 17:45 WIB
Ilustrasi resesi, ekonomi. Hasil survei menunjukkan hanya 4 persen responden yang mengkhawatirkan terjadinya resesi di Indonesia tahun depan. Artinya, 96 persen merasa optimis Indonesia mampu melalui badai resesi global 2023. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Awan gelap resesi tengah membayangi ekonomi global. Mulai dari Presiden Joko Widodo hingga para menterinya telah memperingatkan adanya dampak resesi global ke Tanah Air.

Namun siapa sangka, pembicaraan di sosial media justru malah menyatakan sebaliknya. Warganet optimis Indonesia kebal dari dampak resesi global. Hal tersebut tercermin dari survei yang dilakukan Continuum.

Hasil survei menunjukkan hanya 4 persen responden yang mengkhawatirkan terjadinya resesi di Indonesia tahun depan. Artinya, 96 persen merasa optimis Indonesia mampu melalui badai resesi global di tahun depan.

"Kenapa mereka ini tidak khawatir? Mereka optimis Indonesia tidak akan resesi di tahun 2023. Kalaupun resesi, dampaknya tidak seburuk yang kita bayangkan," kata Analis Continuum Data Indonesia, Natasha Yulian dalam konferensi pers: Waspada Perlambatan Ekonomi Akhir Tahun secara virtual, Jakarta, Selasa (8/11).

Natasha menjelaskan, perbincangan di media sosial warganet sangat optimis Indonesia aman dari resesi (69,33 persen). Topik pembahasan lainnya bukan lagi resesi, melainkan pemesanan gadget terbaru yang dikeluarkan Apple (21,6 persen).

"Artinya ini tanda tidak jadi resesi karena masyarakat masih berbondong-bondong membeli HP keluaran terbaru," kata Natasha.

Sebagian lainnya juga menyatakan resesi 2023 tidak untuk ditakuti (4,24 persen). Mereka berpendapat di masa resesi ini masyarakat harus tetap hidup normal seperti biasa.

Ada juga responden yang tidak perlu takut dengan resesi karena sudah pernah melewati masa pandemi (3,69 persen). Bahkan ada yang menyatakan tidak perlu khawatir dengan resesi (1,14 persen).

 


Menko Airlangga Yakin Indonesia Jauh dari Resesi

Ilustrasi Grafik Resesi Ekonomi Credit: pexels.com/energepic.com

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, optimis Indonesia jauh dari resesi. Hal itu dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 masih tetap kuat, dan tahun 2023 diproyeksikan juga tumbuh positif.

“Di tahun 2022 secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi diprediksi tetap optimis di angka 5,2 persen, dan di tahun 2023 itu juga di atas 5,3 persen. Kita ketahui dari berbagai lembaga juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam range 4,7 persen sampai dengan 5,1 persen, artinya tahun depan Indonesia juga diharapkan jauh dari Resesi,” kata Menko Airlangga dalam Konferensi Pers Capaian Pertumbuhan Ekonomi Triwulan ke-3, yang akan diselenggarakan secara daring, Senin (7/11/2022).

Dalam data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada kuartal III-2022 tumbuh impresif sebesar 5,72 persen (YoY) atau 1,81 persen (qtq), dan secara kumulatif tumbuh 5,40 persen.

“Pertumbuhan perekonomian Indonesia bulan ketiga mencatatkan pertumbuhan impresif yaitu 5,72 persen,” ujar Airlangga.

Tercatat dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh solid sebesar 5,39 persen yang didukung dengan kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,96 persen.

Sementara dari sisi sektoral, transportasi pergudangan dengan pertumbuhan tinggi sebesar 25,81 persen dan akomodasi makanan dan minuman tumbuh 17,83 persen. Pertumbuhan yang solid tersebut didukung seiring pulihnya mobilitas masyarakat akibat penanganan pandemi yang baik dan terkendali.

Airlangga menegaskan, secara spasial pertumbuhan ekonomi menguat. Hal itu dilihat dari beberapa daerah yang menunjukkan kinerja positif. Hampir seluruh provinsi pertumbuhan ekonominya lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional.

“Tentu dari segi keseluruhan Jawa masih 56,3 persen, dan kemudian wilayah timur kinerjanya impresif, Sulawesi pertumbuhannya 8,2 persen demikian pula demikian di Maluku dan Papua pertumbuhannya impresif,” ujarnya.

Oleh karena itu neraca perdagangan masih positif. Namun, kata Menko Airlangga, tantangan kedepan perlu diwaspadai adanya penurunan harga komoditas dan kelemahan permintaan Global.

Kata Airlangga, pada September kemarin pertumbuhan neraca perdagangan surplus USD 4,99 miliar, dan ini kontinu 29 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 hingga September 2022.

“Dari Januari sampai dengan September ini total surplus mendekati USD 40 miliar atau USD 39,87 miliar,” pungkas Airlangga Hartarto.


JK Sebut ASEAN dan Indonesia Aman dari Resesi Dunia, Ini Buktinya

Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Wakil Presiden ke-10 dan 12 Indonesia, Jusuf Kalla (JK) menyatakan pertemuan G20 nanti adalah pertemuan yang paling dilematis dan mungkin yang paling ribet. Kemungkinan adanya banyak kendala karena adanya perang Rusia-Ukarina.

Pertentangan Amerika, Rusia dan terakhir dengan Saudi. Adanya saling embargo Rusia dengan negara-negara Eropa hingga terjadilah krisis ekonomi di Eropa.

Hal tersebut disampaikan JK dalam diskusi panel dengan tajuk Global Economy: Reflections and Challenges for Indonesia post G20 Presidency pada Rabu (2/22/2022) bertempat di Hotel JS Luwansa, Jakarta.

“Kita bersyukur dihadiri seluruh pemimpin negara-negara G20, kita berharap agar Indonesia bisa mendamaikan pimpinan-pimpinan negara, Putin-Biden dsb. Walaupun saya yakin ini bukan pekerjaan mudah," ujar JK.

Namun akibat konflik-konflik antar negara ini dan kebijakan-kebijakan bukan hanya di Rusia dan Ukraina juga China, Jepang, Amerika, Korea Selatan dan utara itu juga bagian di Asia Timur yang memberi dampak kepada ekonomi kewilayahan.

“Namun di Asia Tenggara relatif jauh termasuk indonesia. Karena itu kalau kita lihat ramalan World Bank, Vietnam bisa tumbuh 7,5 persen, Filipina 6,5-7 persen, Malaysia 6,4 persen, Indonesia 5 persen. Jadi di ASEAN kita nomor 4, artinya kita mempunyai peluang lebih baik lagi. Itu Artinya ada peluang dari krisis energi, krisis pangan di dunia justru memberikan suatu kebutuhan yang dapat kita berikan.” Imbuhnya.

Menurut JK, dimanapun terjadi suatu krisis di suatu wilayah itu bisa memberikan manfaat apabila negara itu mampu mengisi kebutuhan itu.

“Jadi jangan dianggap krisis dunia itu merupakan krisis keseluruhan, ada yang mengambil manfaat, Vietnam mengambil manfaat, Filipina, kenapa kita tidak? Berarti ada harus evaluasi kebijakan kita sehingga kita bisa dapat," ungkapnya.


Pengalaman

Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020. Kondisi ini akan berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat hingga PHK. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

"Saya yakin resesi dunia tidak banyak menyentuh Asia Tenggara. Karena kita cukup listrik berlebih untuk PLN, harga batubara naik. Kita baru swasembada pangan beras diberi penghargaan. Itu artinya kita tidak memiliki 2 masalah yang menyebabkan resesi negara-negara Eropa," jelas JK.

“Pengalaman krisis keuangan perekonomian Amerika jatuh. tapi kita masih tumbuh 4,5 persen turun dari 6, tapi dalam 1 tahun kembali naik. Jadi ekonomi dunia tidak berarti semua ekonomi tersambung. Karena itu saya mengatakan jangan pesismis, mari kita optimis. Justru dari krisis itu kita mengambil manfaat mendukung dunia dengan mengambil manfaat ekonominya," papar JK.

Lebih lanjut JK menyarankan bahwa Indonesia harus mempunyai hubungan baik dengan bangsa lain, perjanjian perdagangan harus cepat, jangan ketinggalan mengambil manfaatnya seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, karena Indonesia jauh lebih baik Sumber Daya Alam kita jauh lebih baik.

“Berarti kebijakan kita, kebijakan keungan, moneter, investasi, energi, harus kita perbaiki. Hukum yang menyebabkan orang khawatir untuk investasi harus serius kita perbaiki," pungkasnya.

Infografis Peringatan IMF dan Antisipasi Indonesia Hadapi Resesi Global. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya