Napak Tilas KAA Bandung, Akademisi Sebut Pandangan Bung Karno dan Gerakan Non-Blok Masih Relevan

Para akademisi mancanegara berkumpul di Indonesia pada acara Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective pada 7-12 November 2022.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 08 Nov 2022, 20:32 WIB
Para akademisi mancanegara berkumpul di Indonesia pada acara Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective pada 7-12 November 2022 (Liputan6.com/Delvira Hutabarat)

Liputan6.com, Bandung - Para akademisi mancanegara berkumpul di Indonesia pada acara Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective pada 7-12 November 2022.

Acara tersebut berisi napak tilas dan membahas bagaimana gerakan non-blok dan konferensi Asia-Afrika (KAA) Bandung yang digagas Presiden Soekarno memiliki nilai yang masih sangat relevan hingga saat ini.

Akademisi wakil dari Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie, menyebut acara tersebut ingin menghidupkan kembali nilai-nilai kolaborasi dalam peristiwa KAA dan perannya pada sejarah dunia.

“Ini adalah acara yang sangat penting karena kolaborasi para akademisi seluruh dunia yang terlibat dalam nonaligned movement untuk memperingati untuk kembali revisit nilai nonaligned movement. Apresiasi untuk Unpad ada wakil rektor, terutama dari MPR atas perhatiannya,” kata Connie di Hotel usai acara di Savoy Homan Bandung, Selasa (8/11/2022).

Connie menyatakan gerakan non-blok dan nilai dari dasasila Bandung masih relevan hingga saat ini. “Kami akademisi dari gabungan akademisi nonaligned movement merasa ini adalah sebuah nilai yang masih berlaku. Apa yang dikenalkan Presiden Soekarno pada 1955 yang kemudian kita lihat overlook tapi sekarang itu ternyata masih sangat diperlukan. Misalnya pernyataan Soekarno bahwa aliansi penjajahan di muka bumi itu harus dihapuskan, karena merasa ini akan membuat dunia dalam ancaman. Kata-kataBung Karno 1955 itu terbukti dengan adanya perang Rusia-Ukraina hari ini,” jelas Connie.

Acara yang digelar di Bandung ini juga membahas bagaimana pandnagan gerakan non-blok ke depan harus mendorong dunia baru yang lebih adil.

“Kita revisit nonaligned movement dengan nilai2 atau pandangan baru ke depan,” kata dia.


Apresiasi

Sementara itu, Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah menyatakan apresiasinya pada Connie dan penyelenggaran acara di Bandung, yakni Akademisi dari Unpad Prof Hendarman.

“Terutama Prof Darwis, selaku promotor acara yang menghadirkan akademisi dari negara-negara Asia Afrika. Dengan membawa semangat bahwa KAA 1955 yang digagas Bung Karno di kota ini memiliki relevansi yang amat kuat. Ditambah pidato bung karno di PBB pada 30 September 1960 berjudul To Build The World Anew membangun suatu tatanan dunia baru. menunjukkan bahwa situasi hari ini membutuhkan keseimbangan,” kata dia.

Selaku promotor acara, Prof Hendarmawan menyebut acara yang 33 akademisi peserta KAA itu lebih cair antar akademisi dan lebih kongkret.

“Saya kira ini satu wujud implementasi dari akademik yang berorientasi pada kebaikan balancing dan jadi bagaimana peace perdamaian dan kemajuan bersama khususnya terhadap negara yg terlibat di konferensi asia afrika,” kata dia.

Sebelumnya, Presiden Kelima RI lMegawati Soekarnoputri memberikan sambutan secara virtual dalam opening ceremony acara 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective', di Gedung ANRI, Jakarta, Senin (7/11/2022).

"Maroko, Tunisia, Sudan, tadi saya sedikit cerita Aljazair adalah sedikit contoh negara-negara yang kemudian merdeka," kata Megawati.

"Bangsa-bangsa yang baru merdeka tersebut benar-benar digerakkan oleh suatu tekad agar 'penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan'," sambungnya.


Napas Perjuangan

Megawati lalu menceritakan soal sejarah selanjutnya yang mencatat, bagaimana Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok menjadi satu napas perjuangan umat manusia bagi tata dunia baru.

Yakni, mengedepankan penghormatan terhadap kemerdekaan, kesetaraan antar bangsa, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan bagi terwujudnya perdamaian dunia.

"Karena itulah tidak berlebihan sekiranya saya mengatakan, bahwa Konferensi Asia-Afrika telah menjadi dasar dan ruh, bagi terbangunnya solidaritas antar bangsa dan Gerakan Non-Blok menjadi wadah, menjadi gerakan pembebasan bangsa-bangsa dari himpitan perang dunia dan penjajahan yang masih berjalan pada waktu itu," terangnya.

Tak hanya itu, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan ini juga menyebut bahwa Gerakan Non-Blok telah mengubah sebuah gambaran landscape sistem internasional.

Dimana perubahan fundamental terjadi, ketika atas nama kemerdekaan bangsa-bangsa, Gerakan Non-Blok menyatukan bangsa-bangsa berhaluan progresif, untuk berdaulat dan berani keluar dari kepungan kedua blok raksasa yang pada waktu itu saling bertikai, yakni yang disebut Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat, dan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Soviet.

Dan pandangan bangsa-bangsa Asia-Afrika, baik Blok Barat maupun Blok Timur, keduanya selalu terus mengandung benih-benih kolonialisme, dan imperialisme, sebagai hal yang paling ditentang eksistensinya di dalam Konferensi Asia Afrika.

"Setelah Konferensi Asia Afrika, kalau kita tahu dan lihat dari dokumentasi yang ada, maka begitu banyak negara-negara di Asia-Afrika yang segera bisa merdeka," ungkapnya.

Maka dari itu, perjuangan untuk terus mengawal kembali gerakan Non-Blok ini menjadi pekerjaan rumah di kemudian hari.

"Karena itulah Gerakan Non Blok benar-benar menjadi motor perubahan wajah dunia dari bi-polar menjadi multipolar," jelas Megawati. Pernyataan ini mendapat applaus panjang dari peserta yang hadir.

Infografis Kader PDIP Tidak Loyal dan Sentilan Megawati. (Liputan6.com/Trieyasni)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya