Liputan6.com, Jakarta - Hari Pahlawan diperingati setiap tahunnya pada tanggal 10 November. Pada tahun 2022, peringatan Hari Pahlawan bertepatan pada Kamis (10/11/2022) dengan tema yang diangkat adalah “Pahlawanku Teladanku”.
Peringatan Hari Pahlawan sejatinya bukan sebatas seremonial belaka. Lebih dari itu, sebagai generasi penerusnya harus mampu meneladani perjuangan-perjuangan pahlawan terdahulu dalam membela dan mempertahankan bangsa dari para penjajah.
Pemeran utama yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia tidak hanya Soekarno dan Hatta saja. Ternyata banyak tokoh lain yang turut berjuang dan rela berkorban untuk bangsa, di antara tokoh-tokoh tersebut adalah para kiai.
Baca Juga
Advertisement
Jika menilik ke belakang, para kiai zaman penjajahan tidak sekadar mengajar dan menyiarkan agama Islam saja. Namun mereka ikut terlibat melawan para penjajah. Bahkan, para kiai juga menjadi pemeran utama dalam membangun bangsa ini.
Atas jasanya kepada bangsa, para kiai yang pernah berjuang di masa penjajahan mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah. Ini merupakan bukti bahwa pemerintah mengakui para kiai zaman itu punya andil besar dalam kemerdekaan Republik Indonesia.
Mengutip situs resmi Nahdlatul Ulama (NU), ada beberapa para kiai juga pejuang NU yang telah dianugerahi pahlawan nasional oleh pemerintah. Berikut ini ulasan singkat mengenai sosok-sosok kiai di balik kemerdekaan Republik Indonesia.
Saksikan Video Pilihan Ini:
1. KH Hasyim Asy’ari
Bagi nahdliyin sosok Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari sudah tidak asing lagi. Ya, beliau adalah sosok di balik berdirinya NU yang kini menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Pengasuh pertama Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini mendapat gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 17 November 1964. Ia dinilai berperan besar dalam pendidikan melalui NU dan melawan penjajah.
Ayahanda KH Abdul Wahid Hasyim ini memiliki jasa yang cukup besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Ia mencetuskan Resolusi Jihad NU yang isinya merupakan semangat perjuangan melawan para penjajah.
2. KH Zainul Arifin
KH Zainul Arifin merupakan tokoh NU asal Barus, Sumatera Utara. Ia pernah menjadi perdana menteri Indonesia, Ketua DPR-GR, dan anggota badan pekerja Komite Nasional Pusat. Pada 4 Maret 1963, pemerintah memberikan gelar KH Zainul Arifin sebagai pahlawan nasional.
Advertisement
3. KH Abdul Wahid Hasyim
KH Abdul Wahid Hasyim merupakan putra KH Hasyim Asy’ari. Semasa hidupnya, ia pernah menjadi anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
KH Abdul Wahid Hasyim memelopori masuknya ilmu pengetahuan umum ke dunia pesantren di Tebuireng dengan mendirikan Madrasah Nidzmiyah. Di madrasah itu persentase ilmu umum sebesar 70 persen, sedangkan ilmu agama 30 persen.
Ayahanda KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 17 November 1960.
4. KH Zainal Musthafa
KH Zainal Musthafa merupakan ulama asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia adalah seorang kiai yang secara terang-terangan melawan para penjajah Belanda dan Jepang. Bahkan, KH Zainal Musthafa bersama santrinya mengadakan perang dengan Jepang.
Atas jasanya, pemerintah memberikan anugerah pahlawan nasional kepada KH Zainal Musthafa pada 1972.
5. KH Idham Chalid
KH Idham Chalid merupakan sosok ulama yang lahir di Kalimantan Selatan. Ia tercatat pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Ia juga pernah menjadi Ketua MPD dan Ketua DPR.
Ulama ini pernah mengemban amanah sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tahun 1956 hingga 1984. Sejauh ini, KH Idham Chalid menjadi ketua paling lama di organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.
Atas jasanya pada bangsa Indonesia, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 8 November 2011. Sosoknya juga diabadikan dalam pecahan uang kertas rupiah Rp5.000 sejak 19 Desember 2016.
Selain kelima para kiai di atas, ada juga kiai lain yang bergelar pahlawan nasional, seperti KH Abdul Wahab Chasbullah, KH As’ad Syamsul Arifin, KH Syam’un, KH Masykur, H. Andi Mappanyukki, H. Andi Djemma, hingga Usmar Ismail.
Advertisement