Pemilu Paruh Waktu AS: Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam Jadi Salah Satu TPS

Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam jadi salah satu TPS dalam pemilu paruh waktu AS hari Selasa 8 November ini. 

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Nov 2022, 11:04 WIB
Ilustrasi midterm election, pemilu sela, pemilu paruh waktu, AS. (Liputan6.com/ Trie Yasni)

Liputan6.com, Jakarta Selasa 8 November 2022 midterm election atau pemilu sela atau pemilu paruh waktu AS digelar. Warga pun berbondong-bondong menuju tempat pemungutan suara (TPS).

Salah satunya adalah Patricia. Ia begitu gembira dapat memberikan suaranya dan mengajak lebih banyak warga datang ke TPS untuk menyalurkan aspirasi mereka.

Sementara Peter Pieh, yang baru pindah dari Washington DC ke Maryland, sangat senang bisa memberikan suara secara langsung karena menurutnya selama tinggal di DC ia tidak pernah memberikan suara untuk memilih anggota Kongres karena DC bukan negara bagian.

Kedua warga Maryland ini bersama dengan jutaan warga Amerika lainnya berbondong-bondong datang ke TPS untuk memilih anggota DPR dan Senat Amerika, serta menentukan beberapa isu strategis yang menjadi keprihatinan bersama.

Masjid Komunitas Indonesia Ikut Jadi TPS

Tempat pemungutan suara umumnya didirikan secara temporer di sekolah dasar, perpustakaan, atau fasilitas umum lain. Namun untuk pertama kalinya di negara bagian Maryland, TPS didirikan di masjid dan pusat kebudayaan Islam, IMAAM Center.

Hakim ketua Komisi Pemilihan Umum di TPS itu, Sarah Lanning, mengkonfirmasi hal itu.

"Saya kira baru pertama kali kami mendirikan TPS di sebuah masjid karena dari dokumen-dokumen sebelumnya biasanya TPS didirikan di sinagog dan gereja. Untuk wilayah ini biasanya kami menggunakan sekolah dasar, tetapi saat ini sedang direnovasi. Lalu IMAAM mengajukan diri dan kami setuju. Jadi kami bangun TPS di sini."

 


Masjid Jadi TPS Pemilu Paruh Waktu, Donat hingga Sate Ayam Menjamu

Relawan di IMAAM Center mempersiapkan makanan khas Indonesia, seperti sate ayam, bagi para pemilih yang sudah berikan suara. Para pemilih gembira dengan tersedianya makanan dan minuman hangat ini karena pemilu berlangsung di tengah udara dingin. (VOA)

Ditanya apakah Hakim ketua Komisi Pemilihan Umum, Sarah Lanning khawatir akan terjadinya gangguan keamanan selama pelaksanaan pemungutan suara, Sarah mengatakan ia lebih khawatir dengan distrik atau negara bagian lain.

"Secara jujur saya tidak khawatir (dengan potensi terjadinya gangguan keamanan.) karena di wilayah ini orang sudah mendapat informasi sangat baik tentang proses pemilu dan yakin dengan proses ini."

"Berdasarkan pengalaman saya sebagai hakim pemilu di suatu wilayah, saya tidak khawatir dengan adanya gangguan apapun karena seluruh petugas pemilu begitu berdedikasi tinggi untuk mempromosikan pemilu yang adil dan bebas, dan kita berada di wilayah di mana orang pada umumnya percaya dengan hal itu. Kami sangat beruntung. Saya tidak khawatir dengan potensi terjadinya gangguan di sini, saya lebih khawatir dengan distrik atau negara bagian lain,” ujarnya.

Penggunaan tempat ibadah sebagai lokasi pemungutan suara merupakan hal yang umum dilakukan di beberapa negara bagian, terutama di mana banyak komunitas Muslim berada, seperti di Dearborn, Michigan.

Khusus TPS di masjid dan pusat kebudayaan Islam IMAAM Center ini, beberapa sukarelawan IMAAM Center menyediakan kopi, donat, dan berbagai penganan kecil, termasuk makanan khas Indonesia seperti sate ayam, bagi pemilih yang telah memberikan suara.


Pemilih: Tak Bersuara, Tak Boleh Protes

Ilustrasi pemilu paruh waktu AS (Liputan6.com/Abdillah)

Pemilu paruh waktu dilangsungkan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Senat di Kongres, serta beberapa isu strategis yang menjadi keprihatinan warga di negara bagian di mana pemilu dilangsungkan. Meski dari segi kampanye, jumlah pemilih yang memberikan suara dan kemeriahannya tidak sebesar pemilu presiden, tetapi pemilu paruh waktu tetap menarik perhatian.

Salah seorang pemilih yang ditemui di Virginia, Thomas, yang enggan memberikan nama belakangnya, berharap pemilu paruh waktu ini dapat kembali menyatukan warga Amerika yang kini dihadapkan pada situasi yang sangat memecah belah.

Ditanya mengapa menurutnya penting untuk memilih anggota Kongres, ia menjawab, "Ini sangat penting karena jika tidak (memberikan suara) maka kita kehilangan hak untuk menyuarakan aspirasi kita. Hasil pemilu ini akan menentukan siapa yang kita pilih, kemana uang pajak kita digunakan, kebijakan dan program apa yang akan diwujudkan. Jika kita tidak memberikan suara dan kita tidak setuju dengan kebijakan yang diambil, kita tidak berhak mengeluh atau protes.”

Hal senada disampaikan Peter Pieh di Maryland.

"Saya punya bayi laki-laki, saya ingin ia punya masa depan yang lebih baik dari saya. Jadi saya merasa berkewajiban sebagai warga negara untuk memberikan suara. Ikut pemilu dan memberikan suara merupakan piranti paling ampuh yang dimiliki seseorang di dunia. Ini satu-satunya cara untuk memilih dan tidak memilih orang (di Kongres.red), juga aturan hukum dan kebijakan yang berdampak pada masyarakat," tutur Peter.

Tempat-tempat pemungutan suara di seluruh Amerika akan dibuka hingga pukul enam malam, sebagian lainnya hingga pukul tujuh malam. Proses penghitungan suara akan segera dilakukan namun hasilnya akan sangat tergantung dengan negara bagian masing-masing.


AS Gelar Pemilu Paruh Waktu 2022, Disebut Lebih Sengit dari Sebelumnya

Ilustrasi Kampanye. (Freepik/Rawpixel)

Selasa 8 November 2022 Amerika siap melangsungkan midterm election atau pemilu paruh waktu. Pertarungan paling sengit diperkirakan akan berlangsung di negara bagian Arizona, Nevada, Georgia dan Pennsylvania, di mana selisih suara tokoh-tokoh yang memperebutkan kursi di DPR dan Senat akan sangat tipis.

Sementara di negara bagian AS lain, mengutip laporan VOA Indonesia, Selasa (8/11/2022), persiapan untuk mengantisipasi kekecewaan dan potensi kekerasan juga dilakukan. Sebuah survei menunjukkan satu dari lima orang di Amerika percaya dengan teori konspirasi terkait pemilu ini.

Berbeda dengan pemilu paruh waktu AS di tahun-tahun sebelumnya, kali ini pertarungan berlangsung begitu sengit. Sebagian besar dipicu oleh beredar luasnya disinformasi yang berulangkali disampaikan mantan Presiden Donald Trump dan simpatisannya bahwa pemilu tahun 2020 telah dicurangi, meskipun berbagai audit dan penghitungan suara ulang, serta berbagai pengadilan telah menolak gugatan hukum yang diajukan.

Survei yang dilakukan oleh Public Religion Research Institute (PRRI) atas 2.523 orang dewasa Amerika berusia 18 tahun ke atas di 50 negara bagian antara tanggal 1-11 September 2022 menunjukkan 1 dari 5 orang yang disurvei percaya dengan berbagai teori konspirasi, baik yang terkait pemerintah yang saat ini berkuasa, maupun yang terkait pemilu.

25 persen orang yang disurvei percaya akan terjadinya sesuatu yang dahsyat untuk memulihkan keberadaan pemimpin yang sah, 19% percaya perlunya melakukan aksi kekerasan untuk menyelamatkan negara, dan 17% percaya bahwa pemerintah, media dan dunia keuangan dikendalikan oleh pedofil yang menyembah setan.

 

Infografis 69 Obat Sirup Dicabut Izin Edarnya (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya