Sekjen PDIP Ajak Akademisi Ziarah ke Makam Bung Karno

Momentum Konferensi Asia Afrika tahun 1955 yang kemudian menjadi roh gerakan Nonblok tahun 1961 dan Gerakan Nonblok ini juga satu nafas dengan apa yang disampaikan dalam pidato Bung Karno yang berjudul to build the world a new pada tanggal 30 September 1960.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 09 Nov 2022, 12:21 WIB
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto berkunjung ke benteng Van den Bosch, Ngawi. (Foto: Liputan6/Delvira)

Liputan6.com, Jakarta Akademisi lintas negara berkumpul pada acara "Bandung Belgrade Havana in Global History and Perspective bertajuk Whats dreams, what challenge, what projects for a global future". Kegiatan itu berlangsung di empat kota yakni Jakarta, Bandung, Blitar dan Surabaya pada 7-12 November 2022.

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut acara yang juga terdiri dari napak tilas Konferensi Asia Afrika itu menjadi momentum untuk menegaskan kembali pentingnya struktur dunia yang lebih adil lewat gerakan Nonblok.

"Kita menggunakan momentum Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 yang kemudian menjadi roh gerakan Nonblok tahun 1961 dan Gerakan Nonblok ini juga satu nafas dengan apa yang disampaikan dalam pidato Bung Karno yang berjudul to build the world a new pada tanggal 30 September 1960. Jadi gerakan non blok itu menjawab bahwa struktur dunia yang tidak adil dipengaruhi oleh perang dingin antara blok Barat dan blok Timur,” kata Hasto pada wartawan, Rabu (9/11/2022).

KAA dan Gerakan Nonblok, lanjut Hasto, yang membuat adanya gerakan untuk mengubah dunia yang lebih multipolar dan menghapus segala bentuk penjajahan. 

Gagasan Bung Karno untuk lakukan reformasi terhadap PBB, yang dinilai sudah tidak tepat lagi karena PBB lahir dari hasil Perang Dunia kedua, sementara struktur dunia telah mengalami perubahan dan telah bersifat  multipolar,” kata Hasto.

"Di sini kami undang seluruh akademisi negara negara yang jadi peserta KAA atau non blok di Bandung-Belgrade-Havana, itu lah yang kami ambil inisiatif,” sambungnya.

Rencananya, para akademisi juga akan diajak untuk mengunjungi makam Bung Karno selaku penggas KAA Bandung.

"Kami berpandangan bagaimana kalau kemudian datang ke makam Bung Karno, maka kemudian kami memfasilitasi bahwa seluruh akademisi peserta Konferensi memperingati KAA gerakan nonblok dan Konferensi Trikontinental di Havana tersebut kemudian nyekar ke makam Bung Karno di Blitar dan kemudian dilanjutkan di Surabaya, karena Bung Karno lahir di Surabaya dan baru bergerak ke Bali mengikuti puncak momentum G20,” pungkas dia.

Sebelumnya, Akademisi wakil dari Indonesia Connie Rahakundini Bakrie menyatakan para akademisi masih merasakan bahwa Gerakan Non-blok relevan dilaksanakan. Gerakan yang digagas Presiden Pertama RI Soekarno masih relevan dilakukan saat ini.

"Misalnya pernyataan Soekarno di Konferensi Asia Afrika yang menyatakan bahwa aliansi pertahanan di muka bumi itu harus dihapuskan karena merasa ini akan membuat dunia dalam ancaman. Dan rupanya kata Bung Karno pada 1955 itu terbukti dengan adanya perang Rusia-Ukraina hari ini,” jelas Connie.

 

 


Punya Pandangan Baru

Salah satu tempat yang dapat dikunjungi untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November. (foto: panoramio.com)

Dengan mengajak para akademisi mengikuti tapak tilas KAA ini, Connie menginginkan para peneliti memiliki pandangan baru ke depan dari semangat Gerakan Non-Blok itu. Sebab, menurut Connie, Bung Karno dalam pidatonya kerap menyampaikan gagasan dunia yang lebih adil, saling bekerja sama. 

"Makanya kemudian kami merasa pandangan Bung Karno tentang Nonaligned Movement harus terus digelorakan,” jelas dia.

Connie juga mengapresiasi program yang diinisiasi oleh Prof Darwis ini yang mempertemukan sekitar 33 akademisi dari berbagai negara mengikuti tapak tilas KAA ini.

"Ini adalah sebuah gabungan akademisi yang akan memunculkan apa, sih, harapan dan tantangan ke depan terkait Nonaligned Movement," jelas Connie.

Adapun acara tersebut digelar secara daring dan luring. Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah dan anggota DPR RI Andreas Hugo Pareira juga hadir di lokasi. Termasuk salah satu penggagas kegiatan Prof Darwis Khudori.

Para peneliti yang diajak dalam program ini antara lain ialah Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso), Beatriz Bissio (Brasil), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland), Bruno Drweski (Polandia), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), Nisar Ul Haq (India). 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya