Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, Twiiter mengumumkan tarif USD 8 atau Rp 125 ribu per bulan bagi pengguna yang ingin akun mereka memiliki centang biru atau terverifikasi.
Namun, hal tersebut ternyata memunculkan masalah baru bagi platform media sosial milik Elon Musk tersebut.
Advertisement
Warganet mengeluhkan, bila semua orang memiliki centang biru dan terverifikasi, bagaimana mereka tahu akun tersebut asli dan bukan bot.
Sebagai solusi, akun tertentu akan mendapatkan kata "Official" atau "Resmi" baru dengan warna centang abu-abu di profil mereka.
Perubahan strategi ini diungkap oleh Esther Crawford di Twitter, yang bertanggung jawab atas rencana perusahaan mengubah layanan berlangganan Twitter Blue..
"Tanda centang abu-abu baru ini akan tersedia untuk beberapa akun terpilih ketika langganan Twitter Blue baru diluncurkan," kata Crawford, dikutip dari 9to5Mac, Rabu (9/11/2022).
Adapun akun-akun yang memenuhi syarat untuk label "Official" baru mencakup, antara lain pemerintah, perusahaan komersial, mitra bisnis, outlet media besar, penerbit, dan beberapa toko masyarakat.
Sayangnya, masih belum diketahui secara rinci bagaimana pengguna dapat mengajukan permohonan untuk label baru ini.
Walau akun pengguna sebelumnya terverifikasi, maka tidak secara otomatis berarti mereka akan mendapatkan label "Official" baru.
Disebutkan, label ini tidak dapat dibeli. Ini berarti, Twitter memiliki kuasa untuk menentukan akun mana yang memilikinya.
Crawford mengonfirmasi, pengguna tidak perlu verifikasi ID untuk mendapatkan tanda centang Twitter, tetapi untuk label abu-abu "Official" perlu verifikasi ID.
"Perusahaan juga akan terus bereksperimen dengan cara untuk membedakan antara jenis akun Twitter terverifikasi," tambahnya.
Karyawan Twitter Diminta Kembali Bekerja
Twitter diketahui telah melakukan PHK massal terhadap para karyawannya pada akhir pekan lalu. Menurut laporan, setidaknya ada sekitar 3.700 hingga 3.800 karyawan yang terdampak putusan ini, atau sekitar setengah dari keseluruhan karyawan.
Namun dari laporan terbaru Bloomberg, perusahaan ternyata meminta sejumlah karyawan untuk kembali ke Twitter. Informasi ini diketahui dari dua sumber anonim yang mengetahui hal tersebut.
Mengutip informasi dari Engadget, Selasa (8/11/2022), keputusan ini diambil karena perusahaan menyadari ada beberapa pemecatan dilakukan secara tidak sengaja.
Lalu, perusahaan juga baru menyadari ada beberapa karyawan terdampak pemecatan ternyata memiliki pengalaman untuk membantu pengembangan fitur dalam Twitter di bawah kepemimpinan Elon Musk.
Terkait laporan ini, Twitter memang belum komentar apa pun. Kendati demikian, ada laporan menyebut, perusahaan membutuhkan kembali para karyawan yang bertugas sebagai pengembang Android dan iOS.
Di sisi lain, para karyawan terdampak pemecatan ini dilaporkan telah melayangkan gugatan hukum class action terhadap Twitter di pengadilan federal San Fransisco.
Dalam gugatannya, mereka menyebut tindak PHK yang dilakukan perusahaan dengan ikon bentuk burung berwarna biru itu bertentangan dengan hukum.
Menurut UU Worker Adjustment and Retraining Notification (WARN) Amerika Serikat, perusahaan dengan 100 atau lebih karyawan diharuskan memberi tahu mengenai adanya PHK massal 60 hari sebelumnya. Sementara keputusan yang diambil Twitter terbilang mendadak.
Untuk itu, para penggugat meminta pengadilan untuk mengeluarkan perintah yang memaksa Twitter mematuhi UU WARN. Mereka juga meminta pengadilan melarang perusahaan menarik hak karyawan sedang berperkara.
Advertisement
Pendiri Twitter Jack Dorsey Minta Maaf Usai PHK Massal
Di sisi lain, salah satu pendiri dan mantan CEO Twitter, Jack Dorsey, melontarkan permintaan maaf. Hal ini dia nyatakan dalam menanggapi pemangkasan karyawan di perusahaan media sosial, tersebut usai diambil alih oleh Elon Musk.
Seperti diketahui pada Jumat lalu, Elon Musk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada setengah dari karyawan Twitter, yang berdampak pada pekerja di seluruh departemen.
Dorsey pun mengklaim, dirinya bertanggung jawab atas situasi PHK ini dan menyebut dirinya mengembangkan perusahaan terlalu cepat.
"Orang-orang di Twitter dulu dan sekarang kuat dan tangguh. Mereka akan selalu menemukan jalan tidak peduli betapa sulitnya saat itu," tulis Dorsey di akun Twitter-nya, dilansir The Verge.
"Saya sadar banyak yang marah kepada saya. Saya memiliki tanggung jawab mengapa semua orang berada dalam situasi ini: Saya mengembangkan ukuran perusahaan terlalu cepat. Saya minta maaf untuk itu," ujarnya, dikutip Minggu (6/11/2022).
Dorsey sebelumnya menjadi CEO Twitter dalam dua kali masa jabatan yang tidak berurutan. Ia sempat turun dari jabatannya di 2007, setelah kembali menjabat di tahun 2015 dan mengundurkan diri November 2021 lalu.
Dia lalu digantikan oleh Parag Agrawal, sebelum perusahaan diambil alih oleh Elon Musk, di mana Dorsey mendukung pengambilalihan tersebut.
Sebelum memecat sekitar 50 persen karyawan Twitter, termasuk 15 persen tim yang bertanggung jawab untuk moderasi konten, sang CEO Tesla juga mencopot Agrawal dan sejumlah petinggi lainnya.
Pemangkasan Karyawan Twitter
Sebagai informasi, platform micro blogging ini diketahui memiliki jumlah karyawan sekitar 7.500 orang di berbagai negara. Karenanya, PHK yang dilakukan mencakup setengah karyawan yang ada saat ini.
Adapun, pada Jumat 4 November 2022 pukul 09.00 pagi waktu setempat, perusahaan media sosial Twitter menyampaikan informasi kepada para karyawannya lewat email terkait pengurangan pegawai.
"Dalam upaya untuk menempatkan Twitter di jalur yang sehat, kami akan melalui proses sulit untuk mengurangi tenaga kerja global kami pada Jumat 4 November," demikian isi email pendahuluan yang dikirim pada Kamis 3 November 2022 dan dilihat oleh Reuters.
Twitter mengatakan kantornya akan ditutup sementara dan semua akses masuk akan ditangguhkan untuk "membantu memastikan keamanan setiap karyawan serta sistem Twitter dan data pelanggan."
Namun, platform media sosial itu mengatakan karyawan Twitter yang tidak terpengaruh oleh PHK akan diberitahu melalui alamat email kantor mereka. Sementara staf yang diberhentikan akan diberitahu lewat alamat email pribadi mereka, kata memo itu.
(Ysl/Isk)
Advertisement