Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura II Kantor Cabang Utama (KCU) menghadirkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum atau SPKLU di area parkir domestik Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Bandara Soekarno Hatta menjadi bandar udara pertama yang menghadirkan jasa layanan publik SPKLU. Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhamad Awaluddin mengatakan, saat ini pemerintah terus mendorong adanya penambahan fasilitas kendaraan bermotor berbasis tenaga listirk, hingga pihaknya selaku operator bandara menyediakan fasilitas SPKLU.
Advertisement
"Kami sebagai operator bandara tentu turut berperan serta mendukung program pemerintah soal kendaraan listrik agar zero emisi. Makanya, kami menyediakan SPKLU dan bisa mengklaim, bahwa hanya kami sebagai operator bandara yang pertama menyediakan fasilitas layanan publik ini," katanya, Rabu (9/11/2022).
Terlebih, saat ini secara perlahan, lingkungan di bandar udara khususnya Soekarno-Hatta, mulai mengusung tema Green Airport atau Green Energi. Sehingga, keadaan atau kehadiran mobil listrik dan pelengkapnya sangat membantu tujuan pengelola dalam mewujudkan tema tersebut.
"Untuk menuju Green Airport ini pun, kita secara perlahan melakukan perubahan mulai menggunakan mobil listrik sebagai kendaraan operasional," ujarnya.
Sementara itu, agar bisa menggunakan layanan di SPKLU tersebut, para pengendara bisa langsung datang ke lokasi, dan melakukan pembayaran melalui sistem cashless, baik itu Qris hingga kartu pembarayaran yang di scan atau tap pada layar tertentu.
Kemudian, pengendara bisa langsung melakukan pengisian dengan pilihan normal atau fast charging yang dikenakan tarif mulai Rp 1.630 sampai Rp 2.440.
"Tarifnya mulai Rp 1.630 sampai Rp 2.440, dengan daya 40 ribu kWh dalam satu SPKLU dan ada 5 pengisian listrik," katanya.
PLN Tawarkan Waralaba SPKLU dan SPBKLU, Minat?
PT PLN (Persero) buka potensi untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak guna mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik, termasuk dengan BUMN lainnya.
Selain untuk memangkas ketergantungan BBM impor, komitmen ini juga searah dengan rencana pemerintah menuju Net Zero Emission pada 2060 serta mendukung Indonesia pemain utama kendaraan listrik dunia.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, dalam mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik, PLN berkolaborasi dengan banyak pihak. Tidak hanya sinergi BUMN, PLN juga berkolaborasi dengan produsen mobil ataupun motor listrik.
“Kami berkolaborasi dengan banyak pihak. Kami membangun sistem pengisian baterai kendaraan listrik, dan juga memberi layanan untuk pemasangan home charging. Ini kami lakukan untuk mempercepat hadirnya ekosistem kendaraan listrik," kata Darmawan dalam keterangan tertulis, Rabu (19/10/2022).
PLN juga mendukung ekosistem kendaraan listrik dengan gencar menciptakan skema kerja sama bersama mitra melalui franchise pembangunan SPKLU dan SPBKLU.
Dengan begitu, lanjut Darmawan, ke depan ekosistem terwujud seiring dengan banyaknya SPKLU dan SPBKLU yang difasilitasi PLN.
Selain menyiapkan suplai listrik, PLN juga telah meluncurkan Electric Vehicle Digital Services (EVDS) yang terintegrasi dengan PLN Mobile untuk menjawab kebutuhan masyarakat terkait kendaraan listrik.
"Sektor transportasi perlu menjadi perhatian sebagai upaya memangkas emisi karbon. Tak kurang dari 280 juta ton CO2e dihasilkan dari sektor transportasi. Kalau dibiarkan, maka pada pada 2060 emisinya akan ada 860 juta ton CO2e per tahun," terang Darmawan.
Advertisement
Kehadiran IBC
Sementara Direktur Utama Indonesia Battery Corporation Toto Nugroho mengatakan, kehadiran IBC sudah membuktikan bahwa BUMN punya komitmen untuk mempercepat hadirnya ekosistem kendaraan listrik. Pasalnya, pemegang saham IBC adalah PT PLN (Persero), PT Aneka Tambang Tbk, MIND ID, dan PT Pertamina (Persero).
"Kita mendukung ekosistem kendaraan listrik dari motor listrik hingga mobil listrik. Arah bisnis kami tidak hanya bicara baterai tetapi juga ekosistemnya," sebut dia.
Toto menjelaskan, arah pengembangan ekosistem kendaraan listrik tidak sekadar transisi energi dan memangkas emisi karbon, tetapi juga mendorong lapangan pekerjaan baru.
"Kenapa kita harus mendorong percepatan ekosistem kendaraan listrik? Ya, karena kita punya bahan baku, realisasi pertumbuhan industri otomotif dan kita punya kapasitas supply chain otomotif di indonesia," pungkasnya.