Simak Hoaks Terkini Seputar Kematian Akibat Vaksin

Hasil penelusuran menunjukan sebagian informasi seputar seputar kematian akibat vaksin Covid-19 hoaks.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Nov 2022, 07:00 WIB
Cek fakta panda merah mati setelah divaksin covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks seputar kematian akibat vaksin Covid-19 beredar di media sosial, kabar palsu ini menimbulkan kekhawatiran dan dapat menurunkan minat vaksinasi.

Untuk memudahkan masyarakat membedakan informasi benar dan hoaks seputar kematian akibat vaksin Covid-19, Cek Fakta Liputan6.com menelusuri sejumlah informasi.

Hasil penelusuran menunjukan sebagian informasi seputar seputar kematian akibat vaksin Covid-19 hoaks, simak kumpulannya.

Vaksin Genosida Uni Eropa Membuat 100 Ribu Kematian

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin genosida Uni Eropa membuat 100 ribu kematian dalam seminggu. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 27 Oktober 2022.

Klaim vaksin genosida Uni Eropa membuat 100 ribu kematian dalam seminggu berupa tangkapan layar tumbnails YouTube berjudul "SHOCKING: 100,000 PLUS DEATHS A WEEK! - VACCINE GENOCIDE! - EU To PROSECUTE PRESIDENT?"

Tangkapan layar tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"📣 SHOCKING : LEBIH 100.000 KEMATIAN DALAM SEMINGGU - PEMBANTAIAN MASSAL VAKSIN - EUROPA UNION ______________

#yang dipuja - puja sebagai pemimpin hanya wayang demi membunuh 95% populasi dunia!"

Benarkah klaim vaksin genosida Uni Eropa membuat 100 ribu kematian dalam seminggu? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

 


Panda Merah di Kebun Binatang Toronto Mati usai Divaksin Covid-19

Beredar di media sosial postingan yang menyebut seekor panda merah di kebun binatang Toronto mati setelah divaksin covid-19. Postingan itu beredar sejak beberapa waktu yang lalu.

Salah satu akun ada yang mempostingnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 26 Oktober 2022.

Dalam postingannya terdapat dua artikel berjudul masing-masing:

"The Toronto Zoo Just Got Covid-19 Vaccines for Their Animals& Started Giving Doses" atau dalam Bahasa Indonesia "Kebun Binatang Toronto Baru Mendapatkan Vaksin Covid-19 untuk Hewan dan Segera Disuntikkan"

Sementara artikel kedua berjudul "The Toronto Zoo's Red Panda Cub Has Died& He Was Only 3 Months Old" atau dalam Bahasa Indonesia "Panda Merah Kebun Binatang Toronto Mati dan Baru Berusia 3 Bulan"

Akun itu menambahkan narasi "Mereka membunuh panda merah"

Lalu benarkah postingan yang menyebut seekor panda merah di kebun binatang Toronto mati setelah divaksin covid-19? Simak hasil penelusurannya di sini.


Vaksin Covid-19 Sebabkan Sindrom Kematian Mendadak Bagi Atlet

Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan postingan video yang menyebut sejumlah atlet meninggal dunia karena terkena Sudden Arrythmic Death Syndrome (SADS) atau kematian yang terjadi secara tiba-tiba akibat serangan jantung setelah vaksin covid-19. Postingan ini beredar sejak beberapa waktu lalu.

Dalam postingan video berdurasi 58 detik itu terdapat potongan-potongan video atlet yang tiba-tiba pingsan atau terjatuh di lapangan.

Selain itu terdapat potongan artikel mengenai meninggalnya atlet di seluruh dunia karena serangan jantung. Postingan ini disertai narasi:

"Mysterious deaths of athletes around the world following the rollout of experimental mRNA vaccines is being written off in the media as "sudden adult death syndrome (SADS)."

This is the price of people allowing themselves to be ruled by Satanic leaders, Zionists, and international finance capital"

atau dalam Bahasa Indonesia

"Kematian misterius atlet di seluruh dunia setelah peluncuran vaksin mRNA eksperimental sedang ditulis di media sebagai" sindrom kematian orang dewasa mendadak (SADS)."

Ini adalah harga dari orang-orang yang membiarkan diri mereka diperintah oleh para pemimpin setan, Zionis, dan modal keuangan internasional"

Lalu benarkah postingan video yang menyebut vaksin covid-19 menyebabkan SADS dan membuat atlet meninggal dunia secara mendadak? Simak dalam artikel berikut ini...


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya