Liputan6.com, Yogyakarta - Belakangan ini, wilayah Indonesia sering kali diguyur hujan deras. Kehadiran hujan yang tak bisa diprediksi sering ditakutkan menjadi 'penghalang' bagi kelompok atau institusi yang sedang mengadakan kegiatan penting.
Oleh karena itu, ada sebuah tradisi atau ritual memindahkan hujan berwujud upacara tradisional. Secara umum, orang yang bertugas melakukan ritual tersebut dijuluki pawang hujan.
Mengutip dari 'Tradisi Ritual Memindahkan Hujan dalam Perspektif Islam' oleh Rita Retno Anggraini, pemindahan hujan dilakukan dengan cara memberikan penghormatan berupa sesaji dan tindakan tertentu. Sesaji tersebut ditujukan kepada roh-roh para leluhur yang dianggap dapat membantu dalam proses memindahkan hujan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Tradisi tersebut dimaknai sebagai kesanggupan dan kewajiban untuk berbakti kepada leluhur sekaligus melestarikan warisan nenek moyang secara kolektif. Selain memindahkan hujan, para pawang juga berharap agar kehidupan tetap aman dan dijauhkan dari segala macam persoalan yang dapat merugikan masyarakat saat acara dilaksanakan.
Memasuki zaman yang semakin modern, membuat upacara tradisional sebagai warisan budaya leluhur masih memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya, upacara tradisional mengandung norma-norma atau aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat.
Bagi masyarakat Jawa, keberadaan leluhur diyakini dapat memberikan keselamatan. Para leluhur dianggap sebagai pelindung sehingga sangat dimuliakan dan diagungkan.
Tata cara dan mekanisme pawang hujan biasanya menggunakan beberapa jenis minuman dan puluhan linting rokok dari daun nipah sebagai persembahan pada makhluk halus. Selain itu, mereka juga menggunakan mantra dan meminta keluarga pengguna jasa pawang hujan untuk membacanya.
Para pawang hujan juga akan menggunakan media rantang nasi dan payung hitam serta membalikkan sapu lidi bekas yang telah ditancapkan bawang dan cabai merah. Para penyewa jasa pawang hujan biasanya dilarang mandi sepanjang hari.
Mereka dilarang menyentuh air dan dianjurkan untuk berpuasa. Tak kalah penting, mereka juga akan diminta berziarah ke makam orang yang dianggap memiliki kelebihan.
Penulis: Resla Aknaita Chak