Ekspor Meroket, Mendag Tetap Waspadai Perlambatan Ekonomi di Negara Ini

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan, pertumbuhan ekspor terus menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia yang tumbuh positif 5,72 persen pada triwulan III 2022.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 09 Nov 2022, 18:30 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan melakukan kunjungan memantau harga kebutuhan pokok (bapok) di Pasar tradisional Pa'baeng-baeng, Makassar, Sulawesi Selatan atau Sulsel, Minggu, (6/11/2022). Dia mengungkapkan, pertumbuhan ekspor terus menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia yang tumbuh positif 5,72 persen pada triwulan III 2022.

 

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan, pertumbuhan ekspor terus menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia yang tumbuh positif 5,72 persen pada triwulan III 2022.

Pada periode ini, pertumbuhan ekonomi didukung ekspor barang dan jasa yang naik 21,64 persen secara tahunan (year on year) dengan kontribusi mencapai 26,23 persen, meningkat dari kontribusi pada triwulan II dengan persentase sebesar 24,74 persen.

"Kinerja ekonomi Indonesia terus membaik selama 2022. Pada triwulan III 2022, ekonomi Indonesia tumbuh positif lebih tinggi dari capaian triwulan I sebesar 5,02 persen dan triwulan II yang tumbuh 5,45 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tentunya juga didukung peningkatan kinerja ekspor nasional," ujar Mendag Zulkifli Hasan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (9/11/2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan sebesar 21,64 persen, tertinggi kedua setelah impor barang dan jasa yang tumbuh 22,98 persen.

Peningkatan kinerja ekspor tahun ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya fenomena peningkatan harga komoditas ekspor dunia (supercycle commodity).

Selain itu, perbaikan kinerja industri dalam negeri yang tercermin dari perbaikan angka Purchasing Manager Index (PMI) industri manufaktur Indonesia juga turut mendorong ekspor manufaktur Indonesia hingga triwulan III 2022 dengan kontribusi mencapai 46,21 persen terhadap total ekspor Indonesia.

“Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada 2022 antara lain batu bara, kelapa sawit, nikel, dan kopi. Sementara untuk angka PMI manufaktur Indonesia tercatat selalu berada di atas 50, bahkan pada September mencapai angka tertinggi sepanjang 2022, yakni sebesar 53,7," jelas Mendag Zulkifli Hasan.

 


Nilai Ekspor

Mendag Zulkifli Hasan saat menghadiri kegiatan ‘Kemitraan Usaha UMKM dengan Marketplace dan Ritel Modern’ hari Jumat (28/10) di Malang, Jawa Timur.

Menurut Mendag Zulkifli Hasan, nilai ekspor Indonesia pada triwulan III merupakan nilai ekspor triwulanan tertinggi selama dua tahun terakhir.

Pada triwulan III 2022, total ekspor Indonesia mencapai USD 78,20 miliar, mengalami peningkatan 27,30 persen secara tahunan. Kinerja ini ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencapai USD 73,84 miliar dengan pertumbuhan 26,28 persen.

"Produk utama ekspor nonmigas Indonesia pada triwulan III 2022 adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), besi dan baja (HS 72), mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87). Khusus untuk batu bara (HS 27), pada triwulan III tercatat meningkat pesat dari USD 8,84 miliar pada triwulan III 2021 menjadi USD 15,72 miliar di triwulan III 2022," terang Mendag Zulkifli Hasan.

Dari sisi tujuan, lanjutnya, kinerja ekspor nonmigas Indonesia juga mencatatkan kinerja positif terhadap negara mitra dagang utama. Tiongkok masih menempati posisi pertama sebagai negara mitra dagang Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD 17,34 miliar pada triwulan III 2022.

Nilai ekspor ini berkontribusi sebesar 23,49 persen dari ekspor nonmigas Indonesia pada triwulan III 2022 dan mengalami peningkatan 29,70 persen.

"Selain Tiongkok, ekspor ke India juga tumbuh pesat pada triwulan III dengan membukukan nilai sebesar USD 6,48 miliar atau tumbuh 61,18 persen," imbuh Mendag Zulkifli Hasan.

Mendag Zulkifli Hasan menambahkan, meskipun kinerja ekspor Indonesia menunjukkan kinerja yang baik, Kementerian Perdagangan tetap mewaspadai perlambatan ekonomi yang sudah terjadi di beberapa mitra dagang Indonesia. Negara mitra dagang tersebut di antaranya Arab Saudi, Singapura, Hongkong, dan Uni Eropa.


Prestasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Tak Pernah di Bawah 5 Persen pasca Pandemi

Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 sebesar 5,72 persen (yoy).

Capaian ini memperpanjang tren pemulihan ekonomi secara tahunan yang konsisten tumbuh selama 4 kuartal berturut-turut meski masih dalam suasana pandemi Covid-19.

"Kalau diperhatikan tren pertumbuhan ekonomi tahunan meningkat persisten selama empat kuartal berturut-turut di atas 5 persen sejak kuartal IV 2021," kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Senin (7/11/2022).

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2021 tercatat 5,02 persen. Lalu 5,02 persen di kuartal I-2022, 5,45 persen di kuartal II-2022 dan 5,72 persen di kuartal III-2022.

Berdasarkan data tersebut kata Margo, menunjukkan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin kuat. Hal ini pun dinilai positif bagi Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian global.

"Ini prestasi di tengah terpaan kondisi global, bisa menjaga ekonomi dan trennya menguat," terang Margo.


Pendorong Ekonomi

Seseorang melintas dekat jendela berlatar gedung bertingkat dan permukiman di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tren pemulihan ekonomi tersebut ditopang oleh sejumlah sektor unggulan Indonesia. Mulai dari industri, pertambangan, pertanian, dan konstruksi.

"Itu adalah empat sektor utama penopang ekonomi Indonesia," kata dia.

Di kuartal III ini, sektor industri memiliki kontribusi 17,88 persen dan sektor pertambangan berkontribusi 13,47 persen. Kemudian sektor Pertanian berkontribusi 12,91 persen, sektor perdagangan berkontribusi 12,74 persen, dan sektor konstruksi berkontribusi 9,45 persen.

Dilihat dari sisi pertumbuhannya, Margo mengatakan seluruh sektor mengalami pertumbuhan kecuali di sektor jasa kesehatan. Sektor jasa kesehatan di kuartal III mengalami kontraksi sebesar 1,74 persen.

Turunnya kontribusi sektor kesehatan karena pencarian dari insentif kesehatan di periode ini lebih rendah dibandingkan triwulan III-201 atau secara tahunan.

"Juga karena ada penurunan insentif pada kesehatan baik secara yoy, ctc maupun qtq ini yang menyebabkan bawa jasa kesehatan mengalami kontraksi di kuartal III-2022," pungkasnya.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya