Liputan6.com, Jakarta - Sponsor apparel rutin memproduksi jersey baru klub sepak bola setiap musimnya. Tujuan utama adalah memberi warna baru kepada tim.
Tidak tanggung-tanggung, apparel sampai mengeluarkan tiga seragam. Tujuan utama adalah membantu klub membedakan diri dengan lawan dengan banyaknya opsi.
Advertisement
Alasan lain adalah pertimbangan bisnis. Kehadiran banyak jersey diharapkan dapat mendongkrak pendapatan dari suporter yang rela membeli demi mengasosiasikan diri dengan klub kesayangan.
Namun, Fiorentina merasakan pengalaman tidak mengenakkan pada musim 1992/1993 karena seragam tandang.
Sekilas, tidak ada yang aneh pada jersey sepak bola ini. Seragam tersebut justru dinilai unik karena memakai desain pola abstrak zig-zag pada bagian atas hingga lengan.
Nama-nama seperti Gabriel Batistuta, Francesco Baiano, Brian Laudrup, dan Stefan Effenberg pun sudah memakainya mengarungi kompetisi.
Namun jika dilihat lebih dekat, terdapat masalah besar pada pola jersey tersebut. Garis-garis tebal itu bertabrakan sehingga membentuk Swastika.
Sampai Dibakar
Di Hindu, Swastika merupakan salah satu simbol religius yang disucikan. Tapi di Eropa, Swastika merepresentasikan teror dari Nazi. Fiorentina dan sponsor apparel klub Lotto pun diserbu protes.
"Fiorentina dan Lotto menegaskan efek Swastika yang terlihat adalah kebetulan, bukan kesengajaan," tulis keterangan resmi kedua pihak.
Kontroversi yang muncul dari masalah tersebut membuat Fiorentina tidak lagi memakai seragam itu. Beberapa suporter bahkan sampai membakarnya.
Membuat nestapa lebih buruk, Fiorentina mengakhiri musim di posisi tiga terbawah sehingga terdegradasi untuk kali pertama dalam 54 tahun.
Advertisement
Diburu Kolektor
Hanya sedikit seragam yang selamat. Uniknya, jersey itu kini jadi buruan kolektor karena langka.
"Bagaimana mungkin sesuatu yang begitu indah juga ternoda pada saat bersamaan? Seragam ini begitu dicari meski cuma dipakai beberapa kali, saat Fiorentina mencatat performa buruk," kata kolektor seragam sepak bola Phil Delves, dikutip These Football Times.
"Sangat menarik karena jersey ini ditarik dari produksi hanya karena kesalahan di otoritas tertinggi, tapi masuk daftar jersey terpopuler sepanjang masa. Jersey ini masih bakal dibicarakan dalam 50 tahun ke depan karena memiliki cerita luar biasa," sambungnya.