Rahmah El Yunusiyah, 'Pahlawan' Wanita Reformator Pendidikan Islam dari Tanah Minang

Nama Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah mungkin tidak sepopuler seperti Raden Ajeng Kartini, Cut Nyak Dien, atau tokoh pahlawan wanita lainnya. Namun, sejarah mencatat ‘pahlawan’ muslimah ini termasuk wanita hebat yang banyak berjuang untuk bangsa, khususnya berjuang bagaimana mengangkat harkat dan martabat seorang wanita di masa penjajahan Belanda dan Jepang.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 11 Nov 2022, 18:30 WIB
Rahmah El Yunusiyah (Vidio.com)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah mungkin tidak sepopuler seperti Raden Ajeng Kartini, Cut Nyak Dien, atau tokoh pahlawan wanita lainnya. Namun, sejarah mencatat ‘pahlawan’ muslimah ini termasuk wanita hebat yang banyak berjuang untuk bangsa, khususnya berjuang bagaimana mengangkat harkat dan martabat seorang wanita di masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Rahmah lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 29 Desember 1900 M yang bertepatan dengan 1 Rajab 1318 H. Ia lahir dari pasangan Syekh Muhammad Yunus dan Rafi’iah. 

Sejak kecil Rahmah belajar ilmu-ilmu agama kepada ayahnya. Sementara dengan ibunya, ia banyak belajar tentang keputrian dan rumah tangga. Ia tumbuh besar menjadi wanita yang bercita-cita tinggi memperjuangkan hak-hak perempuan.

Rahmah memiliki pemikiran yang cerdas dan visioner. Ia tidak ingin jika kedudukan wanita hanya sekadar melahirkan seorang anak saja, menurut dia wanita bisa lebih dari itu. 

Salah satu bentuk konkret mewujudkan cita-citanya untuk memperjuangkan harkat martabat kaum wanita adalah dengan mendirikan Diniyyah Puteri pada 1 November 1923 di Padang Panjang. Murid pertama sekolah ini berjumlah 71 orang dari kalangan ibu-ibu muda.

Sekolah yang didirikan Rahmah berasaskan atas ajaran Islam. Sekolah tersebut didirikan dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif serta bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan Tanah Air dalam pengabdian kepada Allah SWT.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Sosok Inspirasi

Mengutip laman Pendidikan Agama Islam Universitas Darussalam Gontor, tokoh wanita Islam ini terkenal memiliki prinsip dan sikap yang teguh. Ia pernah mendapat tawaran bantuan dari Belanda, namun menolaknya. Ia tidak ingin sekolah yang dibangunnya dipengaruhi oleh penjajah yang kemudian membelokkan dari tujuan mulianya. 

Rahmah juga termasuk wanita yang bertanggung jawab. Ketika Jepang masuk Indonesia, ia mengungsikan murid-muridnya dan membiayai segala keperluannya.

Di bawah kendali Rahmah Diniyyah Puteri berkembang pesat. Banyak tokoh pendidikan, pemimpin nasional, politikus, hingga tokoh agama baik dalam negeri maupun luar yang melirik keberhasilan Diniyyah Puteri.

Pada 1957 Rahmah meraih gelar Syaikhah dari Senat Guru Besar Universitas Al-Azhar. Ia menjadi wanita pertama yang mendapatkan gelar ini, Sebab, sebelumnya gelar ini belum dianugerahkan kepada siapapun.

Rahmah wafat pada 26 Februari 1969 M yang bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1388 M. Makamnya terletak di sisi barat Asrama Diniyyah Puteri yang ia dirikan. Makam tokoh wanita Islam ini berukuran panjang 1,2 m dan lebar 80 cm. Jirat makamnya sudah dilapisi keramik berwarna hitam dengan tinggi jirat 20 cm. 

Sosok Rahmah El Yunusiyah telah menginspirasi kaum wanita. Ia adalah pahlawan bagi wanita. meskipun namanya belum diangkat menjadi Pahlawan Nasional, jejak perjuangannya tidak akan pernah terlupakan. 

Saat Suryadharma Ali menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia, ia menyebut jika rahmah El Yunusiyah layak untuk diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya