'Innalillahi' Tren Topik Twitter, Ketahui Arti dan Penggunaan yang Tepat

Sebagai umat Islam, sebaiknya kita mengetahui arti Innalillahi agar penggunaannya tepat. Sebab, istilah ini sebenarnya adalah penggalan dari kalimat yang lengkapnya adalah Innalillahi wainnailaihi raaji'un

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Nov 2022, 12:30 WIB
Ilustrasi - Duka Cita Sepak Bola Warna Hitam - Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 (Bola.com/Adreanus Titus)

Liputan6.com, Banyumas - Kata Innalillahi jadi tren topik Twitter pada Kamis, 10 November 2022. Sebagian besar terkait dengan musibah meninggalnya seorang fans NTC 127, boy band asal Korea.

Pada Kamis siang, lebih dari 3.300 penggua Twitter mencuitkan kata Innalillahi. Namun begitu, ada pula yang menyematkan kata tersebut dalam unggahan berbeda.

Misalnya, mengenai musibah banjir. Kemudian, ada pula yang mencuitkan kata tersebut dalam unggahan yang tidak berhubungan dengan musibah, melainkan hanya menjaring perhatian dari kata yang sedang tren topik.

Terlepas dari itu, sebagai umat Islam, sebaiknya kita mengetahui arti Innalillahi agar penggunaannya tepat. Sebab, istilah ini sebenarnya adalah penggalan dari kalimat yang lengkapnya adalah Innalillahi wainnailaihi raaji'un.

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un sendiri berasal dari potongan ayat Al-Qur’an, yaitu dari surah Al-Baqarah ayat 156. Berikut lafalnya beserta artinya:

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali),". (QS. Al-Baqarah: 156).

Kalimah Allah ini kemudian banyak diucapkan:

اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Yang artinya: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali.\

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Penjelasan dan Penggunaan Innalillah

Berikut adalah ulasan KH Munawir Amin, alumnus Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) X PCNU Indramayu, yang dimuat di laman NU.

Menurut dia, Innalillah adalah sebuah ungkapan yang keluar dari satu pemahaman terhadap wujud alam semesta. Innalillah diucapkan untuk sebuah kejadian, peristiwa, bencana, malapetaka, wabah, pandemi, atau apapun yang bersifat tragis atau menyedihkan.

Innalillah adalah bahasa agama untuk mengomentari musibah, kecelakaan, atau bahkan kematian. Kalimat innalillah diucapkan dengan tidak membedakan jenis musibah. Kaki tergelincir, diucapkan innalillah. Jatuh dari kendaraan, diucapkan innalillah.

Rumah rata dengan tanah diucapkan innalillah. Seseorang meninggal dunia diucapkan innalillah. Innalillah diucapkan dengan tidak melihat bobot berat, ringan, besar, atau kecilnya suatu musibah.

Namun begitu, Innalillah tidak sama dengan ungkapan belasungkawa. Innalillah tidak sama dengan kalimat duka cita. Innalillah adalah sebuah ungkapan hati yang bersifat kualitatif, muncul berdasarkan keyakinan terhadap suatu agama.

Innalillah tidak muncul dengan melihat kuantitas atau jumlah yang dikomentari. Satu orang yang meninggal dunia diucapkan innalillah. Dua orang yang meninggal dunia pun diucapkan satu kali innalillah. Ribuan orang meninggal dunia dalam satu detik yang sama juga hanya diucapkan satu kali innalillah.

Kita tidak mengucapkan innalillah untuk tiap kasus per kasus, meskipun itu baik. Sehingga bila jumlah korban yang meninggal dunia tercatat ribuan jiwa umpamanya, kita tidak disuruh untuk membaca innalillah ribuan kali sesuai dengan jumlah korban.

Innalillah pada hakikatnya tidak ditujukan pada apa yang dikomentari. Innalillah secara tekstual tidak ditujukan pada saudara saudara kita yang terkena musibah. Innalillah lebih banyak ditujukan pada diri kita sendiri. Makna innalillahi wa inna ilayhi raji'un adalah

“Sesungguhnya kami adalah milik Gusti Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami akan kembali”.

Di dalam teks innalillah tidak ada makna yang ditujukan pada orang lain. Di dalam teks innalillah hanya ada kita dan Gusti Allah. Artinya, innalillah adalah sebuah pengakuan suci akan ketiadaan diri seseorang.

Dengan membaca innalillah, seseorang sebenarnya telah menyatakan diri tidak ada, atau mati. Innalillah meniadakan akal kita, innalillah meniadakan materi kita, dan bahkan innalillah meniadakan jiwa kita.


Doa Saat Tertimpa Musibah

Rasulullah SAW mengajarkan, saat kita tertimpa musibah agar membaca doa di bawah ini:

إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أجِرْنِي فِي مُصِيبَتي وأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْها

Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘un. Allâhumma ajirnî fî mushîbatî wa akhlif lî khairan minhâ.

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”

Dalam hadis Shahih Muslim disebutkan bahwa barangsiapa membaca doa tersebut, niscaya Allah akan memberinya pahala dalam musibahnya dan memberinya ganti yang lebih baik daripadanya. (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir).

Musibah, meski berwujud dalam satu bentuk, bisa dimaknai dalam berbagai sudut pandang. Musibah dapat diartikan sebagai adzab atau peringatan atau sebagai ujian atau cobaan.

Cara memahami musibah dari perspektif pertama ini lebih utama karena dapat menimbulkan introspeksi (muhasabah), yang mendorong manusia mengoreksi kekurangan-kekurangannya lalu berusaha memperbaiki diri. Redaksi doa di atas memberi pesan tentang hakikat kepemilikan yang seluruhnya dikembalikan kepada Allah sebagai Pemilik Sejati.

Juga tentang ajaran bahwa segenap musibah tak ada yang sia-sia, bahkan bisa berpahala, bila si penerima musibah mampu menyikapinya secara tepat. Doa tersebut juga mengandung optimisme, ditandai dengan harapan kepada Tuhan akan karunia pengganti yang lebih baik.

Tim Rembulan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya