Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan cerita di balik pemakaman Presiden Pertama RI Soekarno atau Bung Karno di Blitar.
Hasto menyatakan, sebenarnya Bung Karno dalam wasiatnya menginginkan dimakamkan di Batutulis, Bogor, Jawa Barat.
Advertisement
"Saya jelaskan meskipun di wasiat Bung Karno, beliau ingin dimakamkan di Bogor, Batutulis," kata Hasto di Makam Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Kamis (10/11/2022).
Namun, adanya ketakutan dan intervensi dari Orde Baru, membuat Bung Karno akhirnya dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
"Karena situasi politik saat itu, untuk pemakaman sang proklamator saja, ada khawatiran yang berlebihan dari rezim orde baru," ucapnya.
Meski ada banyak intervensi Orba, Hasto menyebut semangat proklamator kemerdekaan itu tak pernah padam bahkan usai ia meninggal dunia sekalipun.
"Tidak hanya bagi bangsa Indonesia tetapi terbukti dengan kehadiran para akademisi digali seluruh pemikiran-pemikiran beliau, karena sangat relevan bagi situasi sekarang dan masa depan dunia," tutur Hasto.
Kunjungi Makam
Sebelumnya, Para peserta napak tilas Konferensi Asia Afrika (KAA) yang terdiri dari para akademisi dari 33 negara, hari ini mengunjungi makam Bung Karno di Blitar, Jawatimur pada Kamis (10/11/2022).
Para peserta yang terdiri dari para akademisi itu berkumpul pada acara Bandung Belgrade Havana in Global History and Perspective bertajuk Whats dreams, what challenge, what projects for a global future.
Kegiatan itu berlangsung di empat kota yakni Jakarta, Bandung, Blitar dan Surabaya pada 7-12 November 2022.
Advertisement
Upacara
Sebelum nyekar di makam sang proklamator, para akademisi ikut menghadiri upacara hari pahlawan di halaman kompleks makam Bung Karno. Upacara dipimpin langsung oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Usai upacara, Hasto mengajak para akademisi itu untuk duduk bersila dan mendoakan Bung Karno. Para peserta nampak khidmat menunduk mendoakan Bung Karno.
Mereka ikut memanjatkan doa untuk putra sang fajar. Tak lupa semua peserta juga menabur bunga mawar di makam.
