Susah untuk Berkata Tidak, Apakah Kamu Seorang People Pleaser?

Istilah people pleaser kini sering digunakan, khususnya di kalangan remaja.

oleh Sefan Angeline Reba diperbarui 10 Nov 2022, 16:46 WIB
Ilustrasi People Pleaser (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Kebanyakan orang pasti memiliki teman yang selalu berusaha menyenangkan mereka di sekitarnya. Intinya, mereka melakukan apa pun untuk membuat orang lain bahagia.

Meskipun bersikap baik dan suka menolong merupakan hal yang umum, tetapi jika terlalu jauh untuk menyenangkan orang lain dapat membuat kalian merasa tertekan secara emosional.

Itulah yang dinamakan dengan istilah 'people pleaser'. Apakah itu?

Dilansir Verywellmind, Kamis (10/11/2022), people pleaser dapat dikatakan sebagai individu yang menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan mereka sendiri.

Beberapa karakteristik yang cenderung dimiliki oleh people pleaser, antara lain:

  • Susah untuk menolak ajakan atau pernyataan orang lain.
  • Overthinking dengan apa yang mungkin dipikirkan orang lain.
  • Berjuang dengan perasaan rendah diri.
  • Tidak memiliki waktu luang karena selalu ingin melakukan sesuatu untuk orang lain, dan lain sebagainya.

Sementara, sebagian orang mungkin menggambarkan kalian sebagai orang yang murah hati, ketika kalian adalah people pleaser. Namun, semua pekerjaan untuk membuat orang lain bahagia ini mungkin membuat kalian merasa lelah dan stres.

Perilaku seperti ini juga bisa menjadi gejala kondisi kesehatan mental. Salah satunya, Dependent Personality Disorder (DPD) atau Gangguan Kepribadian Dependen.

Dependent Personality Disorder (DPD) adalah jenis gangguan kepribadian cemas. Pengidap DPD menggambarkan kepribadian sebagai cara berpikir, perasaan, dan perilaku seseorang.


Lebih Banyak Wanita daripada Pria

ilustrasi zodiak perempuan/Photo by Bùi Thanh Tâm on Unsplash

Dilansir melalui Cleveland Clinic, Kamis (10/11/2022), Dependent Personality Disorder adalah jenis gangguan kepribadian cemas. Pengidap DPD menggambarkan kepribadian sebagai cara berpikir, perasaan, dan perilaku seseorang.

Gangguan kepribadian mempengaruhi cara orang berpikir atau bertindak, sehingga membuat mereka berperilaku berbeda dari waktu ke waktu.

Studi menunjukkan bahwa sekitar 10 persen orang dewasa memiliki gangguan kepribadian. Sementara, kurang dari 1 persen orang dewasa memenuhi kriteria DPD. Pasalnya, lebih banyak wanita daripada pria yang cenderung memiliki DPD.

Selain kecemasan sebagai salah satu gejala dari people pleaser, adapun hal lainnya yang bersinggungan dengan seorang people pleaser, yakni tidak memiliki jati diri.

People pleaser akan sering menyembunyikan kebutuhan dan preferensi mereka sendiri untuk mengakomodasi orang lain.

Hal ini dapat membuat kalian merasa seolah-olah tidak menjalani hidup Anda secara benar, bahkan mungkin membuat kalian merasa seolah-olah tidak mengenal diri sendiri sama sekali.


Cara Mengatasi Kecemasaan Saat Menjadi People Pleaser

Ilustrasi Kecemasan Credit: unsplash.com/Kinga

Berikut ada beberapa cara untuk menjaga kesehatan mental kalian, melansir dari Bustle, Kamis (10/11/2022):

1. Tetapkan Batasan

Memang ada banyak hal yang dapat kalian capai, tetapi bukan berarti kalian harus melakukan semuanya. Jika orang di sekitar kalian peduli dan menghormati kalian, mereka akan mengerti bahwa kalian memiliki batasan.

Bagi kebanyakan orang yang mengalami kecemasan, rasanya menyenangkan untuk melibatkan diri dalam pekerjaan sebagai cara untuk memfokuskan energi dan bekerja menuju hasil atau tugas tertentu.

Baik itu di kantor atau dalam suatu hubungan, kalian tidak bisa menjadi yang dominan atau pemimpian sepanjang waktu. Orang lain pun juga harus menanggung beban mereka sendiri.

Dengan menetapkan batasan tentang apa yang bisa dan tidak bisa kalian lakukan untuk orang lain, hal ini sangat membantu untuk melindungi diri dari kelelahan dan kecemasan.


Me Time hingga Ubah Pola Perilaku

Ilustrasi me time (dok.unsplash)

2. Me Time

Kalian harus meluangkan waktu sejenak untuk diri sendiri. Meskipun terlihat sepele, namun hal ini dapat meningkatkan konsentrasi hingga kesehatan mental.

Perlu diingat bahwa kalian berhak memiliki waktu untuk diri sendiri dan tidak perlu merasa berkewajiban untuk memberikan waktu dan energi kalian untuk hal-hal yang bukan prioritas, bahkan tidak membuat kalian merasa bahagia juga.

3. Menanamkan Perspektif bahwa Suatu Hubungan Membutuhan “Take and Give

Hubungan yang kuat dan sehat melibatkan tingkat feedback tertentu. Jika seseorang selalu memberi dan yang lain selalu menerima, itu berarti bahwa orang tersebut melupakan hal-hal yang mereka butuhkan untuk memastikan bahwa orang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Bahkan jika kalian senang menyenangkan orang lain, penting untuk diingat bahwa mereka juga harus mengambil langkah untuk memberikan timbal balik.

4. Ubah Pola Perilaku

Mungkin sulit untuk membuat perubahan secara mendadak, jadi seringkali lebih mudah untuk memulai dengan menegaskan diri kalian dengan cara-cara kecil.

Mengubah pola perilaku memang terlihat sulit. Dalam banyak kasus, kalian tidak hanya harus melatih diri sendiri, namun juga harus berusaha mengajari orang-orang di sekitar untuk memahami batasan yang kalian punya.

Contohnya, mulailah dengan mengatakan “tidak”, dan coba untuk berani mengungkapkan pendapat atau mintalah sesuatu yang kalian butuhkan.

Dampaknya akan meningkatkan kepercayaan diri yang lebih besar, yang mana akan membantu kalian dalam mengubah pola perilaku.

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya