Liputan6.com, Malang - Rawon merupakan masakan khas Malang, Jawa Timur. Banyak yang beranggapan bahwa rawon merupakan makanan raja terdahulu yang bermula dari makanan rakyat jelata.
Mengutip dari 'Griya Boedaya: Momoditas Wahana Berliterasi Budaya sebagai Wujud Pengenalan Budaya Lokal di Jawa Timur oleh Iffa Maisyaroh dan Silvi Oktavia, rawon yang bermula dari makanan rakyat jelata ini menjadi lebih mudah dikenal. Pasalnya, makanan ini dinilai menjadi bagian dari banyak kalangan.
Rawon merupakan masakan berkuah pekat dengan bumbu utama keluak (kluwek). Keluak inilah yang memberikan warna pekat dan rasa gurih pada hidangan ini.
Keluak memiliki bentuk yang besar dan agak lonjong. Perlu diketahui juga bahwa dalam keluak terdapat 6-8 biji berwarna putih kekuningan yang mengandung racun.
Baca Juga
Advertisement
Untuk menghilangkan racun tersebut, keluak perlu direbus cukup lama. Selain itu, keluak juga harus direndam dalam tanah dan ditimbun dengan campuran abu dan daun pisang.
Keluak ditimbun hingga warna kulit biji berubah keabuan dan mengeras. Kulitnya juga harus dipecahkan sebelum mendapatkan daging biji yang berwarna hitam kecoklatan.
Daging keluak yang terasa pahit juga perlu dibuang karena akan memengaruhi cita rasa masakan. Setelah itu, keluak direndam di dalam air hingga lunak untuk kemudian dihaluskan bersama bumbu lainnya.
Selain keluak, ada juga beberapa bumbu lainnya, seperti daging, keluak, lengkuas, daun salam, serai, daun jeruk, garam, dan gula. Bahan rempah- rempah tersebut akan membantu memberikan rasa tambahan untuk daging sekaligus menghilangkan rasa pekat dari daging.
Sementara itu, daging yang digunakan pada rawon biasanya adalah daging sapi yang dipotong kecil-kecil. Rawon biasa disajikan bersama dengan tauge, telur asin, kerupuk udang, dan sambal. Masyarakat Jawa Timur umumnya menyajikan rawon sebagai menu makan siang atau sebagai salah satu menu dalam acara hajatan.
(Resla Aknaita Chak)