Liputan6.com, Jakarta - Memupuk nilai peduli lingkungan memang sebaiknya dilakukan sejak dini. Hal itu juga yang diterapkan di SDN 2 Sukajaya, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Program peduli lingkungan ini juga mendapatkan dukungan dari Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang.
Program pemberdayaan masyarakat melalui replika sekolah cinta bumi zero plastik di SDN 2 Sukajaya ini telah dilakukan sekitar 2019.
Advertisement
Sejumlah langkah yang dilakukan mulai dari memanfaatkan sampah plastik menjadi kerajinan, bank sampah siswa, sampah menjadi berkah, bangun instalasi pemanfaatan air limbah kantin untuk menyiram tanaman di sekolah serta mengolah lidi sawit jadi kerajinan piring. Untuk menerapkan program zero plastic ini juga dibagikan tempat makan dan minum kepada siswa sehingga menghindari sampah plastik sekali pakai.
Kepala Sekolah SDN 2 Sukajaya, Sukasmono menuturkan, sasaran program zero plastic tersebut ditujukan seluruh siswa dari kelas I-VI. Program tersebut tidak hanya melibatkan siswa tetapi secara tidak langsung juga orangtua. Ia mengakui, dampak penerapan program kesadaran lingkungan ini memang tidak dapat instan.
Namun, hal itu cikal bakal untuk meningkatkan kesadaran siswa sejak dini untuk mencintai lingkungan. Dengan demikian juga berdampak terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sukasmono melihat perubahan yang terjadi dengan ada program tersebut minimal buang sampah tidak sembarangan.
“Ada perubahan, tak bisa instan. Perubahan biasanya buang sampah sembarangan tapi masukin ke tas, anak-anak tak sembarangan buang sampah,” tutur dia saat ditemui awak media, Rabu, 9 November 2022.
Bank Sampah Siswa
Sukasmono menuturkan, program zero plastic ini berdampak ke orangtua karena secara tidak langsung juga orangtua memilah sampah terutama berkaitan dengan bank sampah. Sampah yang dipilah tersebut dapat ditukarkan dengan alat tulis, buku serta bisa uang yang akan masuk buku tabungan. Sampah plastik, kardus, kertas, dan aluminium ini dapat ditukarkan melalu bank sampah. Kegiatan penukaran di bank sampah tersebut dilakukan setiap Sabtu.
Adapun sampah yang ditukarkan tersebut dihargai Rp 2.000 untuk botol plastic per kilogram, cup plastik sebesar Rp 2.000 per kilogram, kertas dan kardus sebesar Rp 3.000 per kilogram, besi aluminium Rp 4.000 per kilogram. Sampah tersebut akan dijual kepada pengepul.
“Sampah dijual ada tiga jenis plastik botol, kardus, dan kertas,” ujar Guru SDN 2 Sukajaya, Kholita (52).
Selain itu, sekolah tersebut juga membuat pos penjaga dari ecobrick yang berasal dari botol plastik air minum kemasan satu liter yang diisi dengan sampah plastik. Sukasmono menuturkan, dengan ecobrick ini dapat membuat sekolah hemat membuat pos penjaga di sekolah.
Advertisement
Tanamkan Nilai Peduli Lingkungan kepada Siswa
Menjalankan program zero plastic ini memang ditemui kendala. Salah satunya memberikan arahan. “Kendala banyak, kami harus sabar dan berikan arahan terhadap siswa dan guru,” ujar dia.
Melalui program zero plastic ini, Sukasmono menuturkan, pihaknya mendapatkan prestasi predikat sekolah adiwiyata tingkat kabupaten. Selain itu, SDN 2 Suka Jaya juga masuk seleksi program sekolah penggerak. Ia juga berharap program peduli lingkungan ini akan meningkatkan sekolah dan program terus berlanjut meski sudah lepas dari program pemberdayaan masyarakat Pertamina Hulu Energi (PHE).
Sementara itu, Manager Communications Relaitons & CID Pertamina Hulu Rokan (PHR) Handri Ramdhani menuturkan, sekolah cinta bumi zero plastic ini mengajarkan siswa peduli lingkungan.
Program ini bertujuan menanamkan nilai-nilai peduli lingkungan kepada siswa di sekolah tersebut. Diharapkan nilai peduli lingkungan itu tidak hanya diterapkan di sekolah tetapi juga rumah. “Siswa tetap konsisten dan menularkan kepada anggota kelaurga sehingga berimplikasi besar,” ujar dia.