Potret Kesederhanaan Masyarakat dalam Wayang Suket

Sesuai namanya, wayang suket merupakan wayang yang dibuat dari rumput.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Nov 2022, 09:00 WIB
Wayang suket, Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani Dirgantara)

Liputan6.com, Yogyakarta - Kemunculan wayang suket bermula dari pemikiran ketika melihat banyak anak di desa bermain suket. Suket dalam bahasa Jawa berarti rumput.

Sesuai namanya, wayang suket merupakan wayang yang dibuat dari rumput. Wayang suket menunjukkan bahwa hidup masyarakat sangat lekat dengan spirit agraris yang memiliki daya tahan khusus.

Mengutip laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, di desa, rumput menjadi mainan anak-anak atau teman berbagi bekerja di rumah. Masyarakat desa dengan kreatif menciptakan aneka bentuk wayang dari rumput yang kemudian disebut dengan wayang suket.

Bisa dikatakan bahwa wayang suket merupakan hasil kreativitas masyarakat desa dalam membuat wayang. Wayang tersebut ditampilkan dalam pertunjukan yang dikemas dalam bentuk teater musikal sederhana.

Tentu saja, pertunjukan tersebut tetap mengantongi rumput suket sebagai semangat berbagi dan pantang menyerah. Konsep pertunjukan wayang suket sebenarnya cukup sederhana, yakni ketika ada anak-anak bermain di lahan pertanian atau sawah.

Tak hanya sebagai bentuk kreativitas dan alat pertunjukan, wayang suket juga memiliki pesan tak terlihat. Melalui wayang suket, masyarakat belajar berbagi dan bergurau yang sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pertunjukan wayang suket mungkin tidak bisa benar-benar natural. Namun, justru karena itulah wayang suket bisa tampil apa adanya.

Hal tersebut mencerminkan cerita tentang mereka, yaitu kesederhanaan masyarakat desa. Pertunjukan wayang suket juga tak seperti yang kulit pada umumnya karena tidak menggunakan alat gamelan perunggu, melainkan cukup dengan gamelan besi atau musik menggunakan mulut.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya