Cuaca Panas Ternyata Berpengaruh pada Kesehatan Mental Manusia

Selain mempengaruhi fisik, cuaca panas juga mempengaruhi psikis.

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 10 Nov 2022, 19:13 WIB
Warga beraktivitas menggunakan payung saat suhu udara mencapai 35 derajat Celcius di Kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (22/10/2019). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah) Event

Liputan6.com, Jakarta- Cuaca panas memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan fisik dan mental kita. Suhu yang melonjak juga dapat memperburuk gejala pada mereka yang memiliki kondisi kesehatan mental. 

Gelombang panas serta peristiwa cuaca lainnya seperti banjir dan kebakaran dikaitkan dengan peningkatan gejala depresi pada orang dengan depresi dan peningkatan gejala kecemasan pada mereka yang mengalami gangguan kecemasan umum.

"Kami melihat di seluruh spektrum kesehatan mental, bahwa suhu panas yang ekstrem dapat merusak kesehatan mental,” kata Nick Obradovich, seorang ilmuwan sosial komputasi di Max Planck Institute for Human Development, mengutip New York Times, Kamis (10/11/2022).

Penelitian menemukan hubungan antara kenaikan suhu dan berbagai masalah kesehatan mental termasuk kelelahan mental, agresi, dan bahkan tingkat bunuh diri yang lebih tinggi. 

Obradovich mengatakan, hubungan ini tidak hanya terbatas pada lonjakan suhu, tetapi juga terjadi pada orang-orang yang tinggal di iklim yang secara konsisten panas. Meskipun tentu saja tren kesehatan mental juga dapat bergantung pada berbagai faktor di luar suhu.

Dikaitkan dengan bunuh diri, secara kasar, tiap kenaikan 1℃ suhu rata-rata bulanan, kematian yang berhubungan dengan kesehatan mental meningkat sebesar 2,2%. Lonjakan kelembaban relatif juga mengakibatkan peningkatan kasus bunuh diri.

Masalah lain juga timbul dengan fakta bahwa efektivitas obat-obatan penting yang digunakan untuk mengobati penyakit kejiwaan bisa berkurang karena efek panas. Panas juga dapat memengaruhi kesehatan mental dan kemampuan berpikir dan bernalar orang yang tidak memiliki gangguan kesehatan mental. 

Penelitian menunjukkan bahwa area otak yang bertanggung jawab untuk membingkai dan menyelesaikan tugas-tugas kognitif yang kompleks terganggu oleh stres panas.


Kata Penelitian

Warga duduk di kursi malas Taman Alnwick saat gelombang panas melanda Eropa di Alnwick, Inggris, Rabu (24/7/2019). Badan cuaca nasional Inggris, Met Office, meramalkan suhu akan memuncak di negara tersebut hingga bisa mencapai 39 Celcius. (Owen Humphreys/PA via AP)

Bukti menunjukkan bahwa "suhu ekstrem dapat memengaruhi segala sesuatu mulai dari suasana hati Anda sehari-hari hingga kemungkinan Anda mengalami krisis kesehatan mental akut," kata Obradovich.

Satu studi yang diterbitkan dalam JAMA Psychiatry pada Februari 2022 lalu misalnya. Studi tersebut meneliti catatan medis lebih dari 2,2 juta orang dewasa yang mengunjungi unit gawat darurat dari 2.775 kabupaten di seluruh Amerika Serikat antara tahun 2010 dan 2019.

Para penulis menemukan bahwa ada sekitar 8 persen lebih banyak kunjungan gawat darurat untuk masalah kesehatan mental pada hari-hari terpanas di musim panas daripada hari-hari paling dingin. 

Kunjungan gawat darurat untuk masalah-masalah seperti melukai diri sendiri, serta untuk penggunaan obat-obatan, kecemasan, suasana hati dan gangguan skizofrenia, semuanya meningkat secara konsisten sebanding dengan suhu.

Tren ini cukup merata baik untuk pria maupun wanita, untuk orang dewasa dari segala usia dan untuk orang-orang yang tinggal di semua bagian AS, kata Amruta Nori-Sarma, seorang ilmuwan kesehatan lingkungan di Boston University School of Public Health dan seorang penulis penelitian.

Penelitian lain juga menemukan bahwa suhu yang lebih tinggi untuk sementara dapat memicu gejala orang dengan gangguan bipolar dan paparan sinar matahari yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko episode manik. Suhu yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan kematian  orang-orang dengan skizofrenia dan kondisi kesehatan mental lainnya.


Apa yang Terjadi Dalam Tubuh?

Orang-orang yang memakai masker pelindung untuk membantu mengekang penyebaran virus corona berjalan di sepanjang penyeberangan pejalan kaki, Tokyo, Jepang, 1 Agustus 2022. Cuaca panas terus berlanjut di wilayah metropolitan karena suhu diperkirakan akan meningkat hingga 35 derajat Celcius (95 derajat Fahrenheit), menurut biro meteorologi Jepang. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

"Ketika kita tidak nyaman, kita tidak dalam kondisi terbaik kita," kata C. Munro Cullum, seorang neuropsikolog klinis di UT Southwestern Medical Center, di Dallas. Kita kerap jadi gelisah, kesal, dan nyeri menjadi kurang tertahankan, katanya.

Tubuh kita juga terbiasa dengan tingkat stres dasar tertentu,” kata Dr Martin Paulus, direktur ilmiah dan presiden Laureate Institute for Brain Research di Tulsa, Okla, yang bekerja dengan Dr Obradovich di studinya pada 2018.

Ketika tubuh mencoba mengatur suhunya selama gelombang panas, katanya, hal itu menambah ketegangan tambahan dan menimbulkan stres dan inflamasi yang lebih parah. Ketika orang tidak berpikir jernih karena panas, kemungkinan besar mereka akan menjadi frustrasi, dan ini dapat menyebabkan agresi.

Ada bukti kuat yang mengaitkan panas ekstrem dengan peningkatan tindak kejahatan disertai kekerasan. Bahkan hanya dengan peningkatan suhu sekitar satu atau dua derajat celsius dapat menyebabkan lonjakan 3-5% tindak kekerasan.

Fakta bahwa hubungan antara panas dan kesehatan mental ini sangat konsisten pada orang-orang di seluruh dunia menunjukkan bahwa panas melakukan sesuatu pada otak.

Beberapa peneliti menghipotesiskan bahwa panas dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam pensinyalan otak atau peradangan di otak. Tetapi teori lain yang menonjol adalah bahwa panas menyebabkan gangguan tidur, yang pada akhirnya dapat memperburuk gejala kesehatan mental.

Malam yang panas secara signifikan memperburuk tidur. Kita tahu dari sejumlah besar literatur dalam psikologi dan psikiatri bahwa kurang tidur, kesulitan tidur, dan insomnia sangat erat kaitannya dengan status kesehatan mental yang lebih buruk dari waktu ke waktu. Ada kemungkinan bahwa penjelasan untuk efek panas pada kesehatan mental mungkin berasal dari kombinasi berbagai teori yang ada ini.


Elemen Potensial Lain dan Prediksi

Olof Wood berjalan melintasi struktur mirip karang yang disebut mikroba, yang tersingkap oleh air yang surut di Great Salt Lake (6/9/2022). Gelombang panas terik memecahkan rekor di Utah, di mana suhu mencapai 105 derajat Fahrenheit (40,5 derajat Celcius) pada hari Selasa, menjadikannya hari terpanas September yang tercatat sejak tahun 1874. (AP Photo/Rick Bowmer)

Seiring dengan memburuknya pemanasan global, kecemasan lingkungan dapat memperburuk stres, kecemasan, depresi, atau bahkan gejala gangguan stres pascatrauma terkait bencana, tambahnya.

Orang-orang tertentu juga lebih rentan terhadap panas daripada yang lain. Dalam studi tahun 2018, tim Dr. Obradovich dan Dr. Paulus menemukan bahwa mereka yang berpenghasilan lebih rendah mengalami efek kesehatan mental yang lebih buruk akibat panas daripada mereka yang berpenghasilan lebih tinggi, dan wanita mengalami efek yang lebih buruk daripada pria.

Jika digabungkan, mereka menemukan bahwa efek panas pada kesehatan mental dua kali lebih buruk bagi wanita berpenghasilan rendah daripada pria berpenghasilan tinggi.

Pada 2090, diperkirakan bahwa perubahan iklim dapat bertanggung jawab atas peningkatan hingga 5% pada semua kategori kejahatan, secara global. Alasan peningkatan ini melibatkan interaksi kompleks dari faktor psikologis, sosial dan biologis. Misalnya, zat kimia otak yang disebut serotonin, yang, antara lain, menjaga tingkat agresi tetap terkendali, dipengaruhi oleh suhu tinggi.

Infografis Suhu Panas Menerjang Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya