Liputan6.com, Bali Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis nilai ekonomi digital di Indonesia mencapai lebih dari USD 330 miliar atau Rp 5.184 triliun (asumsi kurs Rp 15.710 per dolar AS) pada 2023.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menuturkan, Indonesia berada di jalur pertumbuhan yang tepat untuk mencapai lebih dari USD 330 miliar pada 2030. Bahkan, saat ini ekonomi digital Indonesia menyentuh angka USD 70 miliar atau Rp 1.099 triliun, termasuk yang tertinggi di kawasan ASEAN.
Advertisement
“Untuk mencapai target itu, pemerintah, bank sentral dan OJK senantiasa melakukan koordinasi serta kerja sama memastikan bahwa kebijakan dan layanan yang kita buat dapat mendukung perusahaan dan startup bisa mencapai target tersebut,” kata Mahendra dalam acara 4th Indonesia Fintech Summit 2022, Kamis (10/11/2022).
Mahendra menjelaskan, pihaknya melihat kemajuan teknologi yang juga diakselerasi oleh pandemi COVID-19 telah mengubah aktivitas bisnis.
“Masyarakat kini sangat mengandalkan layanan dan produk berbasis digital didukung oleh personalize, seamless and practical experience. Seiring dengan permintaan yang tinggi, lembaga keuangan pun menyesuaikan dengan bertransformasi dan mengembangkan produk dan layanan baru,” kata dia.
Regulator juga melihat beberapa perkembangan di dalam sektor keuangan termasuk inovasi berbasis blockchain. Beberapa inovasi ini tidak masuk dalam parameter regulasi yang sudah ada, tidak semua inovasi termasuk dalam kategori layanan dan produk keuangan.
“Beberapa dari inovasi ini bukanlah produk finansial tetapi mereka bisa dimanfaatkan untuk menyediakan layanan keuangan. Hal ini pun menuntut kami regulator untuk membuat peraturan yang sesuai demi mengikuti dinamika inovasi tersebut," ujar dia.
Mitigasi Potensi Risiko
Untuk itu, sebagai regulator harus bisa mengimbangi antara kemunculan inovasi-inovasi digital dan mitigasi potensi risiko yang mungkin terjadi.
Tak hanya itu, saat Indonesia sedang proaktif mempersiapkan diri dari dampak terburuk perlambatan ekonomi global, OJK berkeyakinan ekonomi dapat tumbuh kuat pada tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya.
Artinya, Indonesia memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi ASEAN.
“Keyakinan ini didukung oleh jumlah populasi Indonesia terutama anak muda serta masyarakat dari kalangan pendapatan menengah yang masih memiliki banyak ruang untuk bertumbuh dan berkembang,” ujar Mahendra.
Dengan demikian, ASEAN dikatakan bisa menjadi satu-satunya regional yang bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang sehat pada tahun-tahun mendatang.
“ASEAN bisa menjadi satu-satunya regional yang bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang sehat pada tahun-tahun mendatang,” pungkasnya.
Advertisement
Indonesia Bisa Lolos dari Jerat Resesi
Sederet krisis dalam beberapa tahun ke belakang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Baru-baru ini, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis points (bps) ke kisaran 3-3,25 persen pada September silam.
Kebijakan moneter ini berdampak pada biaya pinjaman meningkat tajam untuk rumah tangga dan bisnis. Efek berganda dari kebijakan ini juga berimbas pada nilai tukar dollar sehingga dapat berpengaruh pada perekonomian global.
Namun optimisme selamat dari gempuran ancaman resesi ini muncul dari pemerintah Indonesia. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan ketahanan eksternal Indonesia saat ini masih cukup baik.
"Indonesia faktor eksternal masih sangat kuat sehingga Indonesia tidak termasuk dalam rentang terhadap masalah keuangan. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di antara Negara G20 nomor dua tertinggi setelah Saudi Arabia dari faktor eksternal aman," kata Airlangga, dalam konferensi pers di Istana, dikutip Senin (31/10/2022).
Menurut Airlangga Hartarto ekonomi Indonesia didukung oleh perkembangan ekonomi digital yang selama ini menunjukkan kinerja positif.
Nilai ekonomi digital Indonesia selama 2021 tercatat sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu sebesar USD 70 miliar. Nilai ini diperkirakan mampu mencapai USD 146 miliar pada 2025. Selain itu, 40 persen pangsa pasar ekonomi internet Asia Tenggara berada di Indonesia.
Kinerja positif ini sejalan dengan rilisan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menyatakan platform e-dagang (e-commerce) menjadi salah satu dari empat sektor prospektif untuk berinvestasi di Indonesia.
Layanan E-Commerce
Namun, penyedia layanan e-commerce perlu beradaptasi untuk menunjukkan kinerja bisnis agar tetap mendapatkan kepercayaan para pemilik modal. Belum lama, perusahaan rintisan besutan grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) mengumumkan rencananya untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Mengusung ekosistem omnichannel terintegrasi bersama anak usahanya, tiket.com yang merupakan pionir agen perjalanan online (Online Travel Agent/OTA) di Indonesia, dan Ranch Market sebagai jaringan supermarket terkemuka, Blibli optimis memberikan dampak signifikan bagi perekonomian tanah air lewat sektor digital.
Kekuatan di Sektor Bisnis ResilienRencana Blibli melantai tentu bukan tanpa fundamental yang kuat. Blibli fokus pada model bisnis Business to Consumer (B2C) yang mana memiliki margin usaha lebih tebal dibandingkan model Consumer to Consumer (C2C). Selain itu dari sisi kinerja, Blibli mampu mencatatkan pertumbuhan total processing value (TPV) sebesar 89,29 persen secara tahunan atau Rp 24,13 triliun pada semester I-2022.
Chief Financial Officer Blilbi Hendry mengatakan, Blibli punya empat segmen dalam pembagian TPV. Pertama, 1P retail. Di sini Blibli menawarkan produk sendiri sehingga Blibli punya kontrol penuh atas harga dan margin.
Kedua, 3P retail. Pada segmen ini, Blibli menjalin kerja sama dengan brand principal dan menjual ke pihak ketiga dalam menawarkan produk. Dia bilang, sekitar 50 persen dari segmen ini berasal dari perjalanan gaya hidup dan perjalanan tiket.com.
Segmen ketiga, institusi dan keempat, dari gerai fisik. Sekadar informasi, segmen gerai fisik ini baru dimulai pada Maret 2021 dengan membuka toko fisik, baru dilanjutkan akuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) atau Ranch Market.
CEO & Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto menyebutkan Ekosistem Blibli menyinergikan tiga platform unggulan, yaitu commerce (Blibli); online travel agent (OTA) dan gaya hidup (tiket.com); serta high quality supermarket chain terkemuka (Ranch Market). “Dengan demikian, Blibli dapat senantiasa fokus membangun kepercayaan, memberikan kemudahan dan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan, serta menyediakan layanan yang lebih lengkap, bermanfaat dan terintegrasi dari tiap channel dan platform di dalam ekosistem,” ujar Kusumo.
Baca Juga
Advertisement