Sudah Makan Banyak Tapi Tetap Kurus, Kok Bisa?

Jika kalian termasuk kaum yang makan banyak tapi tetap kurus, mungkin bisa jadi itu pertanda terkena gangguan makanan. Berikut faktanya!

oleh Sefan Angeline Reba diperbarui 10 Nov 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi Body Shaming Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Kita semua pasti punya satu teman yang tampaknya terlihat kurus, namun mengonsumsi makan yang cukup banyak. Apakah itu suatu keberuntungan? Atau ternyata ada pengaruh terhadap makanan yang mereka konsumsi?

Apakah hal ini berpengaruh terhadap metabolisme seseorang?

Dilansir melalui Sbs.com, Kamis (10/11/2022), Profesor John Brewer dari St Mary’s University, London mengungkapkan bahwa metabolisme yang cepat tidak selalu menjadi alasan di balik kesehatan berat badan seseorang.

Ia juga menambahkan bahwa kebanyakan orang kurus mempertahankan berat badan yang sehat karena asupan kalori total mereka, bukan metabolisme mereka.

Hal yang sama mungkin berlaku sebaliknya. Banyak sekali orang yang kelebihan berat badan memiliki tingkat metabolisme yang sangat normal atau bahkan cukup tinggi. Tapi mereka akan mengabaikan semua itu dengan mengonsumsi terlalu banyak kalori.

Terlepas dari berat badan seseorang, perlu diperhatikan juga hal ini bisa mengacu pada gangguan makan atau eating disorder.

Menurut buku The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, dikutip melalui Healthline, eating disorder adalah serangkaian kondisi psikologis yang menyebabkan berkembangnya kebiasaaan makan yang tidak sehat.

Penderita eating disorder terlihat darai obsesi mereka terhadap makanan, berat badan, bahkan bentuk tubuh.

Dalam kasus yang serius gangguan makan dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius, bahkan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani.

Berikut enam jenis eating disorders yang paling umum beserta gejalanya dihimpun Liputan6.com:


Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa

Ilustrasi gangguan makan, anoreksia, bulimia. (Photo by Annie Spratt on Unsplash)

1. Anoreksia Nervosa

Orang dengan anoreksia umumnya menganggap bahwa diri mereka kelebihan berat badan, bahkan jiwa mereka terlihat sangat kurus.

Mereka cenderung terus memantau berat badan mereka dan menghindari jenis makanan tertentu, termasuk membatasi asupan kalori.

Gejala umumnya terlihat dari ketakukan yang intens untuk menambah berat badan atau perilaku yang terus menerus untuk menghindari kenaikan berat badan.

Anoreksia bisa sangat merusak tubuh. Dalam kasus yang parah, anoreksia dapat menyebabkan kegagalan jantung, otak, hingga berakhir dengan kematian.

 

2. Bulimia Nervosa

Mirip dengan anoreksia, namun cenderung berkembang selama masa remaja dan dewasa awal.

Pengidap bulimia sering mengonsumsi makanan dengan jumlah banyak yang tidak biasa dalam jangka waktu tertentu.

Gejalanya hampir sama seperti anoreksia, namun penderita bulimia biasanya mempertahankan berat badan mereka dengan wajar, berbeda seperti anoreksia yang mementingkan kehilangan banyak berat badan.

Efek samping bulimia meliputi pembengkakan kelenjar ludah, iritasi usus, kerusakan gigi, hingga gangguan hormonal.

Selain itu, bisa membuat ketidakseimbangan kadar elektrolit, yang mana menyebabkan stroke dan serangan jantung.


Binge Eating Disorder dan Pica

Ilustrasi Makan di Malam Hari Credit: pexels.com/pixabay

3. Binge Eating Disorder

Gangguan makan berlebihan adalah bentuk paling umum yang sering terjadi di kalangan remaja. Orang dengan gangguan makan berlebihan tidak membatasi kalori, bahkan tidak melakukan perilaku yang sehat, yakni olahraga.

Biasanya, penderita lebih sering mengonsumis makanan dalam jumlah berlebihan dan mungkin tidak peduli makanan yang dikonsumsi itu bergizi atau tidak.

Dampaknya dapat meningkatkan risiko komplikasi medis, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

4. Pica

Pica adalah gangguan makan yang melibatkan hal-hal yang tidak dianggap makanan dan tidak memberikan nilai gizi. Contohnya, seperti sabun, kertas, rambut, kuku, dan lain sebagainya.

Hal ini paling sering terlihat pada individu dengan kondisi yang mempengaruhi fungsi sehari-hari, termasuk cacat intelektual, austime, hingga skizofrenia.

Penderita Pica kemungkinan besar menimbulkan risiko keracunan, hingga infeksi, cedera usus, bahkan kekurangan nutrisi. Tergantung pada zat yang ia telanm maka Pica bisa berakibat fatal.


Rumination Disorder dan Gangguan Asupan Makan Terbatas

ilustrasi bayi makan MPASI/Copyrihght unsplash.com/Hessam Nabavi

5. Rumination Disorder

Rumination disorder atau gangguan perenungan adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang memuntahkan makanan yang sebelumnya telah dikunyah atau ditelan.

Gangguan ini dapat berkembang selama masa bayi, masa kanak-kanan, hingga dewasa.

Pada bayi, ia cenderung berkembang antara usia 3 sampai 12 bulan. Sementara, anak-anak dan usia dewasa dengan kondisi tersebut biasanya memerlukan terapi untuk mengatasinya.

Orang dewasa dengan gangguan seperti ini dapat membatasi jumlah makanan yang mereka konsumsi, terutama di tempat umum. Hal ini dapat menyebabkan mereka kehilangan berat badan dan menjadi kurus.

 

6. Gangguan Asupan Makan Terbatas

Individu yang mengalami gangguan ini karena kurangnya minat untuk makan atau tidak menyukai bau, rasa, warna, dan tekstur tertentu.

Gejala umumnya meliputi penurunan berat badan hingga perkembangan yang buruk dan penghindaran atau pembatasan asupan makan.

Perlu diperhatikan, penderita gangguan asupan makan terbatas melampaui perilaku umum, seperti pilih-pilih makan pada balita atau asupan makan yang lebih rending pada orang dewasa yang lebih tua.

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya