Soal ASO, Spektrum Digital Dinilai Lebih Andal dan Efisien Ketimbang Analog

Meskipun secara ideal sinyal analog memiliki spektrum lebih luas ketimbang sinyal digital, namun dalam dunia penyiaran, spektrum yang lebih tersebut tidak diperlukan dan terkadang mengganggu.

oleh Iskandar diperbarui 11 Nov 2022, 08:00 WIB
Set Top Box (STB) TV Digital terpasang di salah satu toko kawasan Glodok, Jakarta Barat, Kamis (3/11/2022). Penjualan STB TV Digital mengalami peningkatan hingga 60 persen usai pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) secara resmi menghentikan siaran TV Analog atau Analog Switch Off (ASO) Jabodetabek pada 2 November 2022. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Analog Switch Off (ASO) atau penghentian siaran TV analog yang digulirkan pemerintah memberikan impresi yang kurang tepat, di mana seakan-akan spektrum digital lebih baik dari analog.

Menurut Pengamat Sekuriti dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, spektrum digital sebenarnya lebih andal dan efisien dibandingkan spektrum analog.

"Sebaliknya spektrum analog mengkonsumsi frekuensi terlalu luas yang kurang diperlukan dan karena frekuensi adalah sumber daya yang terbatas dan pemborosan penggunaan frekuensi tentu mengakibatkan kerugian yang sangat besar dan harus dihindari," ujar Alfons melalui keterangan tertulisnya, dikutip Jumat (11/11/2022).

Ia menganalogikan, dalam dunia warna misalnya, warna di layar komputer terlihat sangat banyak dan terkadang sangat sulit bagi kita memilih warna yang tersedia.

Namun fakta sebenarnya adalah warna yang terkandung dan dapat ditampilkan komputer konvensional saat ini hanya terbatas 16.777.216 warna.

Angka tersebut didapatkan dari 256 pangkat 3 yang merupakan perkalian dari 3 warna dasar RGB (Red Green Blue) di komputer yang masing-masing variasinya terbatas "hanya" 256 gradasi.

"Mengapa 256? Karena komputer yang kita gunakan menggunakan sistem binari 00000000 sampai 11111111 dan angka desimal yang dihasilkan adalah 0 - 255, sehingga ada 256 level warna yang tersedia untuk setiap warna dasar," Alfons menjelaskan.

Lalu di dunia nyata, apakah warna yang ada hanya terbatas 16.777.216?

"Jelas tidak, dan hal ini menunjukkan secara ideal spektrum analog tidak terbatas dan merupakan spektrum sempurna yang sangat sulit atau hampir mustahil dapat disamai oleh spektrum digital," ucapnya menambahkan.

 


Digitalisasi Melahirkan Banyak Keuntungan

Pedagang memindai siaran TV Digital melalui Set Top Box (STB) di salah satu toko kawasan Glodok, Jakarta Barat, Kamis (3/11/2022). Penjualan STB TV Digital mengalami peningkatan hingga 60 persen usai pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) secara resmi menghentikan siaran TV Analog atau Analog Switch Off (ASO) Jabodetabek pada 2 November 2022. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Para penikmat audiophile dan pecinta fotografi yang serius tentunya mengerti dengan hal di atas. Tetapi kenyataannya memang digitalisasi mengutamakan efisiensi dan ada satu hal yang menguntungkan mereka, keterbatasan panca indera manusia dalam menyerap spektrum.

Walaupun dalam faktanya lampu yang dinyalakan 50 persen dan 50,53 persen itu berbeda, namun akan sangat sulit bagi orang awam untuk membedakan hal tersebut.

Hal yang sering terjadi adalah warna cat tembok yang ditampilkan di toko online atau brosur cetakan sering berbeda dengan kenyataannya dan tidak bisa 100 persen sama dengan aslinya.

Itu karena keterbatasan komputer atau printer menampilkan warna yang dapat dihasilkan oleh pabrik cat di dunia nyata.

Alfons berpendapat digitalisasi memiliki banyak keuntungan dalam implementasi dunia elektronik dan memiliki banyak kelebihan.

"Walaupun kita tahu bahwa suara dari lagu dari Spotify yang kita dengarkan hanya 90 % dari suara lagu aslinya karena adanya kompresi dan penghilangan gelombang yang tidak diperlukan supaya ukuran lagunya menjadi kecil dan cepat di kirimkan ke ponsel kita, namun kerugian kompresi ini tidak signifikan dibandingkan keuntungan di mana kita mendapatkan kecepatan dalam mengunduh dan mendengar lagu yang kita inginkan," paparnya.

Alfons menambahkan, demikian juga dengan foto JPEG yang kita tampilkan di komputer, sebenarnya sudah komputernya terbatas 'hanya' bisa menampilkan 16,7 juta warna, lalu fotonya juga di kompresi lagi.

"Tapi faktanya kita tetap senang-senang saja menerima hal ini karena ukuran file-nya kecil sehingga mudah dan cepat dikirimkan ke WhatsApp dan hemat bandwidth sehingga aman bagi kantong," ucapnya. 


ASO dan TV Digital

Calon pembeli melhat TV Digital yang dijual di salah satu mall Kawasan Lebak Bulus, Jakarta, Selasa, (8/11/2022). Selain TV Digital penjualan set top box sebagai digital tuner juga diklaim naik sampai 8 kali lipat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Meskipun secara ideal sinyal analog memiliki spektrum lebih luas ketimbang sinyal digital, namun dalam dunia penyiaran, Alfons menyebut spektrum yang lebih tersebut tidak diperlukan dan terkadang mengganggu.

"Berbeda dengan menikmati lagu audiophile yang ingin mendapatkan detail suara seotentik mungkin, banyaknya spektrum analog ini malah mengakibatkan pemborosan frekuensi dan mengganggu kualitas siaran itu sendiri," ujarnya.

Alfons menjelaskan, justru keterbatasan digital ini malah memberikan kenikmatan dalam penyajian konten yang lebih efisien karena kelebihan spektrum dalam gelombang analog memberikan efek yang kurang menyenangkan dalam menangkap siaran TV seperti berbayang atau bintik-bintik.

"Bayangkan Anda menonton Piala Dunia karena sinyal analog yang spektrumnya luas dan berhasil ditangkap antena mengakibatkan gambar pemain bola dan bolanya menjadi banyak (berbayang, red). Selain itu, transmisi sinyal digital membutuhkan bandwidth yang lebih kecil dibandingkan sinyal analog, di mana satu channel analog yang sama dapat digunakan untuk transmisi atau atau lebih channel digital," Alfons memungkaskan.

 

 


Infografis: Cara Pindah Dari TV Biasa Ke TV Digital

Infografis Cara Pindah Dari TV Biasa Ke TV Digital

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya