Wall Street Perkasa Setelah Inflasi AS Mereda

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 1.201,43 poin atau 3,7 persen ke posisi 33.715,37.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Nov 2022, 07:34 WIB
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street catat reli terbesar sejak 2020 setelah rilis harga konsumen Oktober 2022 meningkatkan harapan investor kalau inflasi telah mencapai puncaknya.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 1.201,43 poin atau 3,7 persen ke posisi 33.715,37.

Lonjakan indeks Dow Jones tersebut catat kenaikan satu hari terbesar sejak saham berada di pasar koreksi selama pandemi COVID-19. Indeks S&P 500 melambung 5,54 persen menjadi 3.956,37 dalam reli terbesar sejak April 2020. Indeks Nasdaq melesat 7,35 persen ke posisi 11.114,15, dan catat kenaikan terbaik sejak Maret 2020.

Indeks harga konsumen Oktober 2022 naik hanya 0,4 persen pada bulan tersebut dan 7,7 persen dari tahun lalu. Ini kenaikan tahunan terendah sejak Januari 2022 dan perlambatan dari laju tahunan 8,2 persen pada bulan sebelumnya.

Ekonom mengharapkan kenaikan 0,6 persen dan 7,9 persen menurut Dow Jones. Ini tidak termasuk biaya makanan dan energi yang bergejolak, apa yang disebut consumer price index (CPI) inti meningkat 0,3 persen untuk bulan ini dan 6,3 persen secara tahunan, juga kurang dari yang diharapkan.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS anjlok setelah laporan CPI dengan imbal hasil treasury 10 tahun turun sekitar 30 basis poin menjadi 3,81 persen seiring pelaku pasar bertaruh the Federal Reserve (the Fed) akan memperlambat kampanye pengetatan agresif yang membebani pasar sepanjang tahun.

Imbal hasil obligasi bertenor dua tahun turun sekitar 30 basis poin menjadi 4,32 persen. Selain itu, dolar AS , titik tekanan lain baru-baru ini untuk saham, anjlok ke hari terburuk sejak 2009.

“Suku bunga masih menjalankan segalanya di pasar,” ujar Tim Courtney dari Exencial Wealth.

Ia mengatakan, dengan turunnya angka CPI, pasar sekarang bertaruh dengan cukup jelas kalau suku bunga naik hampir berakhir. “Jadi Anda melihat saham-saham yang sensitif terhadap suku bung aitu bekerja dengan sangat, sangat baik,” kata dia.


Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Saham teknologi yang paling terpukul oleh kenaikan inflasi dan lonjakan suku bunga memimpin kenaikan pada perdagangan Kamis pekan ini. Saham Amazon melonjak 12,2 persen. Apple dan Microsoft masing-masing naik lebih dari 8 persen. Saham Meta reli lebih dari 10 persen. Saham Tesla melompat 7 persen.

Saham semikonduktor mendapat dorongan juga dengan saham Lam Research melonjak 12 persen. Saham Applied Materials naik lebih dari 11 persen. Saham KLA bertambah 9 persen.

Kenaikan saham pada perdagangan Kamis, 10 November 2022 menghidupkan kembali reli yang dimulai pada pertengahan Oktober 2022 tetapi terhenti dalam beberapa pekan terakhir. Indeks Dow Jones menyentuh level tertinggi sejak Agustus 2022 pada Kamis pekan ini. Indeks S&P 500 naik di atas ambang batas 3.900 yang menjadi level resistance bagi pasar.


Penutupan Wall Street 9 November 2022

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 9 November 2022. Koreksi wall street terjadi seiring hasil pemilihan paruh waktu di AS tidak memberikan jawaban jelas tentang siapa yang akan mengendalikan Kongres. Di sisi lain, aksi jual kripto juga membebani pasar.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 646,89 poin atau sekitar 1,95 persen ke posisi 32.513,94. Indeks Dow Jones melemah dipimpin saham Disney yang turun 13,2 persen.

Hal ini setelah kinerja raksasa hiburan tersebut meleset dari perkiraan analis. Indeks S&P 500 tergelincir 2,08 persen ke posisi 3.748,57. Indeks Nasdaq merosot 2,48 persen ke posisi 10.3535,17.

Saham merosot ke posisi terendah pada perdagangan Rabu sore, 9 November 2022 seiring harga bitcoin turun ke level terendah baru.

Penurunan terjadi setelah pertukaran kripto Binance mengatakan mundur dari rencana untuk akuisisi saingannya FTX, mengutip hasil uji tuntas serta laporan baru-baru ini tentang dana pelanggan yang salah penanganan dan dugaan investigasi agensi AS terhadap FTX.

Keputusan tersebut membebani sentimen risiko secara keseluruhan dan menyeret sektor teknologi. Wall street keluar dari kenaikan tiga hari berturut-turut didorong sentimen pemilihan paruh waktu di AS. Wall street mengharapkan Partai Republik untuk mendapatkan kekuatan dan memblokir pajak dan rencana pengeluaran masa depan.

Namun, kontrol Kongres tidak jelas. NBC News belum memproyeksikan kendali Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan perkiraan NBC yang menunjukkan Partai Republik dapat memenangkan 222 kursi yang akan menjadi mayoritas tipis.

Dalam salah satu perlombaan kunci yang dapat menentukan kontrol Senat, anggota Partai Demokrat John Fetterman mengalahkan anggota Partai Republik Mehmet Oz untuk kursi Senat penting di Pennyslvania, menurut proyeksi NBC News.


Dibayangi Hasil Pemilu Paruh Waktu AS

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Perlombaan kunci Senat di Georgia antara Senator Demokrat Raphael Warnock dan mantan pemain NFL dari Partai Republik Herschel Walker akan menuju putaran pada 6 Desember 2022, menurut Menteri Luar Negeri Brad Raffensperger. Perlombaan Senat yang kritis di Nevada belum terselesaikan.

“Hasil pemilu masih belum pasti, tetapi gelombang merah yang diantisipasi oleh model, investor dan pasar taruhannya tidak terwujud, dan dalam jangka pendek yang akan menambah volatilitas yang sudah meningkat,” ujar Dennis Debusschere dari 22V Research, seperti dikutip dari CNBC, Kamis (10/11/2022).

Investor juga dinilai lelah menjelang laporan indeks harga konsumen Oktober yang akan dirilis pada Kamis pagi, 10 November 2022. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones mengantisipasi inflasi inti tumbuh 7,9 persen dari tahun sebelumnya, dan turun sedikit dari September sebesar 8,2 persen.

“Inflasi adalah musuh nomor satu the Fed, dan jika Anda melihat core CPI naik, saya yakin pasar akan bereaksi negatif terhadap itu,” tutur Johan Grahn dari Allianz Investment Management.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya