Liputan6.com, Jakarta - Diabetes merupakan penyakit kronis yang paling tinggi kenaikan angka prevalensinya saat ini dan menjadi 10 besar penyebab kematian di dunia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Prevalensi penderitanya pun terus meningkat.
Permasalahan terkait penyakit diabetes adalah sebagian besar (sekitar 3 diantara 4 orang) orang tidak sadar jika ia menderita diabetes. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengecek kadar gula darah secara rutin turut menjadi faktor.
Advertisement
Tidak sedikit orang yang terlambat menyadari gejala diabetes yang dialaminya. Ini karena gejala yang dialami dianggap sepele sehingga sering diabaikan.
Seringkali, diabetes ditemukan ketika sudah memasuki tahap lanjut atau sudah disertai dengan komplikasi yang berujung terlambat menerima penanganan.
"Jadi seringkali memang itu keluhan-keluhan pasien enggak disadari. Walaupun sebenarnya ada istilah 3P," ujar dokter spesialis penyakit dalam Dr. dr. Fatimah Eliana Taufik, SpPD, K-EMD, FINASIM dalam webinar peringatan Hari Diabetes Sedunia 2022 bersama Diabetasol pada Kamis (10/11/2022).
3P ditemukan pada kebanyakan penderita diabetes. Akan tetapi, bagi orang yang menderita diabetes tipe 2, gejala ini mungkin kurang terlihat dibandingkan bagi penderita diabetes tipe 1.
Dalam beberapa kasus, seseorang dengan diabetes mungkin tidak mengalami gejala-gejala ini sama sekali.
Melansir dari situs Verywell Health, 3P merupakan gejala umum diabetes yang terdiri dari polidipsia, poliuria, dan polifagia yang berarti sering haus, sering buang air kecil, dan sering lapar.
"Orangnya suka minum, banyak minum, karena banyak minum akhirnya banyak kencing, dan dia juga banyak makan," ujar Eliana.
1. Polidipsia
Polidipsia adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan rasa haus yang ekstrem dan berlebihan. Polidipsia seringkali dikaitkan dengan kondisi yang mempengaruhi sistem ginjal dan dapat menyebabkan seseorang buang air kecil lebih sering daripada yang seharusnya.
Peningkatan intensitas buang air kecil ini membuat tubuh merasa seolah-olah perlu mengganti cairan yang hilang saat buang air kecil. Ini juga dikaitkan dengan kondisi yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan seperti keringat berlebih, diet tinggi garam, dan penggunaan diuretik.
Polidipsia adalah salah satu gejala diabetes yang paling umum. Diabetes menyebabkan jumlah glukosa yang berlebihan dalam darah, sehingga tubuh perlu melakukan sesuatu untuk menyeimbangkan kadar tersebut.
Ginjal memproduksi lebih banyak urin agar glukosa dapat diekskresikan dengan cepat dan mengembalikan kadar glukosa dalam darah ke normal. Hal ini menyebabkan tubuh kehilangan cairan sehingga Anda merasa haus tanpa henti.
Advertisement
2. Poliuria
Poliuria berarti sering buang air kecil dan biasanya terjadi beriringan dengan polidipsia. Ini merupakan salah satu gejala diabetes yang paling umum. Ketika glukosa menumpuk, ia masuk ke tubulus di dalam ginjal. Jika ini terjadi tetapi glukosa tidak dapat diserap kembali ke dalam aliran darah, maka dapat menyebabkan peningkatan buang air kecil.
Ginjal berusaha untuk menyaring glukosa serta menyaring lebih banyak air dari bagian lain dari tubuh. Hal ini menyebabkan kelebihan produksi urin yang perlu dikeluarkan.
Mungkin sulit untuk mendiagnosis penyebab poliuria tanpa mempertimbangkan polidipsia karena keduanya biasanya muncul pada saat yang bersamaan. Ketika seseorang sangat haus, mereka cenderung buang air kecil lebih banyak karena minum lebih banyak cairan.
Ketika seseorang buang air kecil lebih banyak, ia merasa lebih dehidrasi dan lebih haus.
Meskipun orang dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 mengalami polidipsia dan poliuria, jenis gangguan langka lain yang dikenal sebagai diabetes insipidus sentral (CDI) juga dapat menyebabkan rasa haus dan buang air kecil yang berlebihan.
3. Polifagia
Polifagia adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan rasa lapar yang berlebihan. Ada kalanya nafsu makan meningkat, misalnya setelah peningkatan aktivitas fisik atau selama perubahan hormon.
Akan tetapi, normalnya hal ini akan hilang setelah Anda makan. Mengonsumsi sesuatu dapat memuaskan rasa lapar Anda.
Meskipun demikian, dalam kasus polifagia, makan tidak akan menghentikan rasa lapar. Anda akan tetap lapar meski sudah makan satu porsi besar.
Pada penderita diabetes, glukosa tidak mudah ditransfer ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi.
"Kemampuan mendorong gula masuk ke dalam sel pada pasien diabetes kan menurun atau terbatas," ujar Dokter Spesialis Gizi Klinis dr. Ekky M. Rahardjo. MS, Sp.GK yang hadir dalam kesempatan yang sama.
Hal ini menyebabkan tubuh terus mengirim sinyal ke otak bahwa ia lapar sebab tidak mendapatkan energi yang dibutuhkannya dari makanan yang sudah dimakan. Inilah yang menyebabkan Anda terus merasa lapar.
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement