Menyemangati Kakak Beradik Penderita Kerapuhan Tulang Agar Tak Takut Berobat

Kakak beradik penderita kerapuhan tulang di Pekanbaru dibawa berobat ke rumah sakit oleh personel Polda Riau.

oleh Syukur diperbarui 13 Nov 2022, 14:00 WIB
Bocah penderita kerapuhan tulang menjalani CT scan untuk mengetahui tingkat penyakit yang dideritanya sejak bayi. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Harapan Raihan dan Fajri Rahman sembuh dari penderitaan kerapuhan tulang semoga terwujud secepatnya. Setelah mendapatkan bantuan kursi roda, kakak beradik itu dibawa ke rumah sakit.

Raihan saat ini berumur 10 tahun dan Fajri berusia 8 tahun. Sejak lahir, keduanya tidak mampu berjalan seperti anak pada umumnya, meskipun sekilas tubuhnya tumbuh normal.

Sejak berumur 1 tahun, Raihan mengalami pergeseran tulang. Hingga berumur 10 tahun, bocah yang duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar itu, menderita sakit luar biasa ketika salah pergerakan.

"Bisa patah tulangnya, ini adiknya kemarin baru patah dan bergeser tulangnya karena salah bergerak," ujar ibu keduanya, Rini.

Raihan dan Fajri dijemput personel Bidang Dokter dan Kesehatan Polda Riau dari rumahnya di Jalan Sidomulyo, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Senapelan.

"Alhamdulillah, tim Bid Dokkes di bawah pimpinan dr Firman sudah menjemput keduanya dan dibawa ke Rumah Sakit Awal Bros ke dokter spesialis tulang," kata Sunarto, Jumat siang, 11 November 2022.

Sunarto menjelaskan, hasil pemeriksaan memperlihatkan keduanya menderita indikasi kerawanan tinggi patah tulang berulang.

"Dokter menyarankan rawat inap, namun kedua anak ini masih takut, mari doakan agar kakak beradik ini semangat agar pengobatannya maksimal sehingga cepat sembuh," jelas Sunarto.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Rencana Pengobatan

Dua kakak beradik penderita kerapuhan tulang saat dibawa ke rumah sakit oleh personel Polda Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Sunarto mengatakan, dokter sudah memeriksa keduanya memakai alat CT scan pada kepala sebagai pembanding tulang. CT scan juga dilakukan pada tulang panggul dan kaki yang patah.

"Hasilnya terdiagnosis sebagai osteogenesis imperfecta atau penyakit genetik tulang kaca pada tulang anggota gerak bawah," jelas Sunarto.

Sebagai tindak lanjut akan dilakukan terapi. Dokter spesialis tulang menyarankan menjaga aktivitas keduanya serta mempertahankan tulang karena resiko patah berulang sangat tinggi.

"Rencananya akan dimasukkan obat penguat tulang via infus, akan dilakukan sekali dalam setahun, sementara juga diberikan obat vitamin D," jelas Sunarto.

Hingga kini, Polda Riau masih menunggu kesiapan keluarga untuk semua rencana pengobatan itu.

"Masih ada ketakutan, nanti kalau sudah siap akan dijemput untuk diberikan penguat tulang di rumah sakit," kata Sunarto.

Menjelang kesediaan rawat inap itu, Sunarto menyebut tim dokter akan rutin berkunjung mengecek kesehatan keduanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya