Memahami Ekonomi Pancasila ala Arif Budimanta

Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta, pada 2019 lalu telah meluncurkan buku Pancasilanomics

oleh Tira Santia diperbarui 11 Nov 2022, 19:00 WIB
Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta dalam Bincang-Bincang Pansasilanomics Jalan keadilan dan Kemakmuran, Jumat (11/11/2022)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta, pada 2019 lalu telah meluncurkan buku Pancasilanomics, Jalan Keadilan dan Kemakmuran. Dalam kesempatan ini, dia menjelaskan, ekonomi Pancasila hadir untuk melindungi, dan menjaga kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. 

Dia menjelaskan, corak ekonomi Pancasila berbeda dengan corak ekonomi yang dapat dikategorikan dalam dua dikotomi besar dunia, yaitu corak kapitalisme yang memiliki sifat dasar individualisme. Kedua, corak sosialisme yang memiliki ciri dasar peran negara yang sangat erat.

“Nah, beda dengan Pancasila. Pancasila disatu sisi merupakan landasan ideologi pada kapitalisme. Tetapi Pancasila menempatkan keadilan sebagai subjek. Contoh Pancasila kedua dan keempat yang merupakan problematika mengenai keselamatan kemanusiaan menjadi penting,” kata Arif dalam Bincang-Bincang Pansasilanomics Jalan keadilan dan Kemakmuran, Jumat (11/11/2022).

Adapun pancasila kedua dan keempat yang dimaksud Arif adalah Kemanusiaan yang adil dan beradab, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Menurut dia, kehadiran negara sangat penting untuk menciptakan kehidupan perekonomian yang berasas kekeluargaan dan gotong-royong, serta memberikan sumbangsih guna memperkuat kerja pemerintah untuk kesejahteraan rakyat.

Lebih lanjut, dia mengatakan, meskipun buku Pancasilanomic ini bukan merupakan terbitan terbaru, namun buku ini merupakan hasil refleksi yang panjang dari dirinya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).

 


Sejarah

Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta dalam Diskusi Publik Megawati Institute dengan tema “Politik Ekonomi di Pilpres Filipina dan Korea Selatan”, secara virtual, Selasa (10/5/2022).

Dia pun ingin membagikan hasil pemikiran dan pengalamannya sebagai WNI yang sudah terjun ke berbagai bidang, dan lahirlah buku Pancasilanomic.

“Pancasilanomic ini adalah buku yang diterbitkan pada tahun 2021. Buku merupakan hasil refleksi yang panjang, kami sebagai warga Indonesia memberikan kesempatan bisa sekolah di IPB bisa S3 dan bisa memiliki pengalaman, pengalaman menjadi anggota DPR RI, kemudian pengalaman dalam dunia eksekutif, dan legislatif ini menghasilkan kontekstualisasi,” ujarnya.

Dia pun berharap buku ini dapat memberikan satu refleksi sumbangan pemikiran bagi kalangan ekonomi atau peminat ekonomi, dan peminat ilmu politik serta peminat ilmu sosial untuk mengembangkan satu sistem perekonomian nasional yang memiliki karakteristik dan corak yang dilandasi Pancasila.

 


Tantang Ekonom Asbun soal Pertumbuhan Ekonomi, Luhut: Datang ke Saya

Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyambut baik layanan e-VOA/Istimewa.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,7 persen hingga kuartal III 2022 patut diapresiasi. Level pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan berada di atas Singapura sebesar 4,40 persen di periode yang sama.

"Banyak tuh ekonom-ekonom, pengamat asbun (asal bunyi) saja, makanya saya tantang eh kau datang ke mari biar pun saya tentara, bukan ekonom, saya mengerti juga barang ini," ucap Luhut saat memberikan sambutan dalam Indonesian Fintech Summit di Bali, Kamis (10/11).

Tidak hanya soal pertumbuhan ekonomi yang dibanggakan oleh Luhut. upaya pemerintah terhadap performa positif ekonomi Indonesia juga terjadi pada inflasi.

Di saat sejumlah negara mengalami inflasi tinggi, Luhut menyampaikan bahwa penanganan pemerintah menurunkan inflasi, cukup menggunakan cara sederhana yaitu mensubsidi biaya transportasi terhadap sejumlah komoditi.

"Sebenarnya ada hal-hal kampungan kita kerjakan tapi it works," ucapnya.

Ia kemudian menyinggung sejumlah kritk yang kerap kali disasar ke pemerintah terkait utang Indonesia kepada Bank Dunia. Luhut tidak menampik Indonesia memiliki utang, namun jika dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB), porsi utang Indonesia tidak lebih besar dibandingkan utang negara-negara lain.

"Jadi orang bilang utang-utang, kita paling rendah utangnya through GDP 9Gross Domestic Product) ukurnya," imbuhnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya