Liputan6.com, Beijing - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sepakat untuk tidak datang ke KTT G20 Bali. Ketidakhadiran keduanya membuat harapan perdamaian redup untuk jangka waktu dekat.
Pakar hubungan internasional dan pendiri Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja menilai kedua pemimpin memang belum siap untuk hadir di meja perundingan. Synergy Policies merupakan think-tank independen dan konsultan tata kelola pemerintahan untuk sinergi lintas sektor dan lintas tingkatan pemerintahan.
Advertisement
Kehadiran Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky padahal bisa membantu mencari solusi bagi ekonomi global yang bergejolak akibat pendekatan militer dan sanksi. Presiden AS Joe Biden, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Presiden China Xi Jinping pun akan hadir.
"Kalau Putin dan Zelensky datang, kita mestinya bisa mengangkat isu itu, apalagi Biden dan negara-negara Uni Eropa akan hadir. Tapi karena mereka tidak hadir, kemungkinan besar karena Putin ataupun Zelensky sama-sama belum siap masuk meja perundingan," ujar Dinna Prapto Raharja kepada Liputan6.com, Jumat (11/11/2022).
Fakta bahwa presiden Rusia dan Ukraina tak hadir menandakan pendekatan militer masih menjadi pilihan di antara kedua negara. Alhasil, perang di Eropa akan menjadi pekerjaan rumah bagi tuan rumah G20 selanjutnya.
"Masih merasa ada solusi militer buat masalah antar mereka, maka yang bisa dibahas di G20 summit lebih ke apa saja agenda-agenda yang masih perlu dibawa lagi ke forum G20 2023 saat India memegang Presidensi," jelas Dinna.
Pakar hubungan internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Nur Rachmat Yuliantoro mengakui bahwa kehadiran Vladimir Putin membuat acara kurang optimal. Namun, ia menilai bahwa keputusan Putin bisa dilihat dari segi positifnya juga.
"Ketidakhadiran Putin membuat G20 Summit akan terkesan kurang optimal. Tetapi, mungkin hal ini yang terbaik agar event itu berjalan lancar, mengingat banyak pemimpin negara lain mengancam bahwa mereka tidak akan hadir jika Putin datang," ujar Nur Rachmat kepada Liputan6.com.
Spotlight di KTT G20 Bali
Presiden Biden, Presiden Xi, hingga Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov akan hadir di KTT G20. Siapa kira-kira yang akan paling disorot?
Dinna Prapto Raharja berkata ketiganya akan sama-sama disorot karena aneka isu yang berkembang di tingkat internasional. Senada, Nur Rachmat berkata tidak mengagetkan jika delegasi AS, China, Rusia akan menjadi sorotan.
"Tidak keliru juga menyebut bahwa Xi, Biden, dan Lavrov, serta tidak ketinggalan Jokowi, akan mendapatkan perhatian lebih besar sesuai dengan kepentingan maupun kapasitas masing-masing," ujar Nur Rachmat.
Terkait agenda nasional di KTT G20, Nur Rachmat yakin bahwa semua agenda yang dibawa Indonesia memiliki kepentingan besar, terutama dalam ekonomi global dan pandemi. Kesuksesan G20 Bali juga akan berpengaruh terhadap profil Indonesia di tingkat global.
"Indonesia juga berharap bahwa perhelatan G20 Summit dapat mengangkat profilnya sebagai pemimpin regional maupun global yang semakin diperhitungkan," jelasnya.
Sementara, Dinna Prapto Raharja menyebut sulit untuk menyorot mana isu yang paling penting, namun ia menggarisbawahi isu resesi, pangan dan energi.
" Indonesia berkepentingan menjaga pertumbuhan ekonomi tetap tinggi & tidak mengalami resesi. Indonesia juga berkepentingan pasokan pangan dan energi terjamin dengan harga terjangkau," jelas Dinna.
"Jadi di tingkat internasional, dalam forum G20, Indonesia bisa mencapai itu lewat dialog strategis antar kepala negara tentang jalur-jalur diplomatik untuk menjaga kepentingan Indonesia," jelasnya.
Dinna pun meminta agar ada dialog paralel di tataran teknis kementerian agar memiliki panduan untuk menempuh jalur-jalur dialog strategis di level internasional.
Advertisement
Delegasi KTT G20 Bakal Disambut Tari Pendet dan Diantar Mobil Listrik
Para delegasi KTT G20 rencananya akan mulai tiba di Bali pada 13 November mendatang.
Menurut rencana, mereka akan disambut dengan tari tradisional khas Bali, yakni Tari Pendet dan kemudian akan diantar menggunakan kendaraan listrik ke hotel yang telah ditentukan di area Nusa Dua, Bali.
Menyambut kedatangan delegasi, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali terus berbenah baik dari infrastruktur atau sistem untuk menyambut gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung pada tengah November nanti.
Dari sistem lalu lintas pesawat, Bandara Ngurah Rai akan melakukan penyesuaian operasional pada 12-18 November 2022 untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan KTT G20.
"Sebagai pintu gerbang utama dalam kedatangan dan keberangkatan para delegasi peserta KTT G20 Bali, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali telah mempersiapkan skenario penyesuaian operasional bandara,: kata Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi dikutip dari Antara, Minggu (30/10/2022).
Ia melanjutkan, penyesuaian di Bandara Ngurah Rai akan meliputi operasional di sisi udara (airside) dan sisi darat (landside).
Bandara Ngurah Rai Akan Menyesuaikan
Beberapa penyesuaian operasional di Bandara Ngurah Rai adalah sebagai berikut:
1. Jam operasional (operating hours) Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai ditetapkan selama 24 Jam.
2. Pemberlakuan pembatasan operasional penerbangan (Limited Operation) untuk penerbangan reguler pada tanggal 14 November pada pukul 00.00 sampai dengan 02.00 WITA dan pukul 13.00 sampai dengan 21.00 WITA
3. Pemberlakuan pembatasan operasional penerbangan (Limited Operation) untuk penerbangan reguler pada tanggal 17 November pada pukul 12.00 sampai dengan 19.00 WITA
4. Prioritas pelayanan penerbangan selama pemberlakuan pembatasan operasional penerbangan (Limited Operation) diberikan untuk penerbangan sebagai berikut:
a) Penerbangan VVIP G20 (Pesawat Utama dan Pesawat Pendukung)
b) Penerbangan pesawat kemiliteran (military flight) pendukung G20
c) Penerbangan charter delegasi G20
d) Penerbangan bukan niaga (charter flight) delegasi G20; dan
e) Penerbangan reguler dalam negeri dan luar negeri dengan jumlah pergerakan tertentu/terbatas.
Advertisement