Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta, mengatakan manusia ketika bertindak dalam kehidupan ekonomi tidak boleh rakus dan mementingkan diri sendiri.
Melainkan juga harus memperhatikan kehidupan yang akan datang, dan memperhatikan rakyat banyak. Hal itu disampaikan dalam Bincang-Bincang Pansasilanomics Jalan keadilan dan Kemakmuran, Jumat (11/11/2022).
Advertisement
Menurut dia, dalam konsep Pansasilanomics, manusia memiliki posisi di tiga tempat. Pertama, posisi individu; kedua posisi sebagai makhluk tuhan, dan ketiga, posisi sebagai makhluk sosial.
“Sehingga dalam tindakan ekonomi yang diambil sebagai seorang manusia yang bergerak dalam sistem ekonomi Pancasila selalu mengedepankan aspek keadilan dan kebersamaan dengan masyarakat lainnya dalam konteks usaha bersama,” kata Arif Budimanta.
Karena hal tersebut merupakan bagian pertanggungjawaban kita sebagai mahluk Tuhan di akhirat nanti. Artinya, ada aspek-aspek Transendental dan Profetik. Sebab, kata Arif, di dalam kehidupan ekonomi menurut keagamaan kita diminta untuk tidak merugikan orang lain.
Sebagai informasi, Transendental merupakan salah satu pendekatan Teologi Kontekstual yang melihat bahwa realitas bukan sebagai yang "ada di luar" dan lepas dari pengenalan manusia melainkan berada pada dinamika kesadaran diri.
Selanjutnya
Sementara, Profetik adalah definisi ilmu sosial yang menjadikan nilai-nilai normatif Islam sebagai landasan keilmuannya sehingga dapat diaktualisasikan dan menjadi petunjuk perilaku dan aksi sosial.
Maka sebagai manusia jangan bertindak eksploitatif, tapi harus memperhatikan lingkungan, dan harus memperhatikan permasalahan kemanusiaan untuk kemaslahatan bersama.
“Ini menggambarkan bahwa manusia dalam bertindak dalam kehidupan ekonomi tidak boleh rakus dan mementingkan diri sendiri,” pungkasnya.
Advertisement